Liputan6.com, Padang - Mandi balimau merupakan tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Minangkabau untuk menyambut datangnya Ramadan. Tradisi ini biasanya digelar oleh warga Kota Padang.
Satu hari menjelang pelaksanaan ibadah puasa, masyarakat akan berbondong-bondong menuju ke Sungai Batang Kuranji dan Sungai Lubuk Mintutun untuk mandi bersama. Sayangnya, tradisi Ramadan ini pernah membawa kontroversi.
Mengutip dari sumbarprov.go.id, tradisi ini tidak mencerminkan masyarakat muslim. Pasalnya, tradisi mandi bersama ini justru memperlihatkan laki-laki dan perempuan yang saling berbaur di sungai.
Mulai dari tua, muda, laki-laki, hingga perempuan berbaur menjadi satu. Meskipun masih mengenakan pakaian, tetapi hal tersebut dinilai kurang pantas.
Baca Juga
Advertisement
Menilik dari sejarahnya, tradisi mandi balimau tak memiliki catatan pasti tentang asal-usulnya. Namun, masyarakat tetap melaksanakan tradisi ini setiap tahunnya.
Adapun dari sisi etimologi, 'mandi balimau' berarti mandi dengan menggunakan jeruk nipis atau limau. Selain limau, masyarakat juga menggunakan rempah-rempah dari daun padan yang telah diiris-iris dan aneka macam bunga.
Setelah mandi, rempah-rempah tersebut kemudian ditaburkan ke tubuh. Meski tak ditemukan asal-usulnya, tradisi ini sebenarnya merupakan warisan dari kebudayaan agama Hindu.
Beberapa masyarakat juga menyebut tradisi ini lahir karena adanya akulturasi agama Hindu dan budaya Minangkabau. Awalnya, tradisi ini bertujuan untuk menyucikan diri.
Tradisi mandi balimau ini juga difungsikan sebagai ajang silaturahmi dengan masyarakat sekitar. Namun, karena masih menjadi kontroversi, tradisi mandi balimau ini perlahan mulai ditinggalkan.
(Resla Aknaita Chak)