Liputan6.com, Bogor - Salah satu malam yang istimewa dalam Islam adalah malam Nisfu Sya’ban. Sebagian umat Islam mengisi malam Nisfu Sya’ban dengan membaca surat Yasin sebanyak tiga kali setelah salat Maghrib.
Setiap bacaan surat Yasin pada malam tersebut ditujukan untuk memohon umur panjang semata-mata hanya beribadah kepada Allah SWT, memohon rezeki yang halal untuk bekal ibadah kepada Allah SWT, serta memohon keteguhan iman dari Allah SWT.
Terkait membaca surat Yasin pada malam Nisfu Sya’ban, apakah ada dalilnya dan bagaimana hukumnya?
Baca Juga
Advertisement
Mengutip tayangan YouTube Al Bahjah TV, KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya menjelaskan bahwa tidak ada anjuran khusus dari Rasulullah SAW untuk membaca surat Yasin pada malam Nisfu Sya’ban. Akan tetapi, ijtihad para ulama tentang surat Yasin yang dikatakan Qalbul Quran pada malam 15 Sya’ban termasuk tawasul dengan amal saleh.
“Yang diajarkan nabi adalah kalau kita punya hajat maka lakukan amal baik, apakah membaca Al-Qur’an (atau) sedekah. Setelah itu, minta kepada Allah,” tuturnya dikutip Senin (6/3/2023)..
“Maka cara meninjau dari sisi syariatnya membaca Yasin kemudian berdoa itu sah, bukan saja di malam Nisfu Sya’ban,” sambung Buya Yahya.
Menurut Buya Yahya, apabila memiliki hajat setelah membaca surat Yasin pada malam Nisfu Sya’ban seperti agar dikuatkan iman, mendapatkan rezeki yang halal, dan dipanjangkan umur itu sah-sah saja.
“Bahkan bukan saja Yasin, Al-Qur’an penuh pun boleh. Karena itu bab tawasul, minta kepada Allah dengan amal saleh. Sah, boleh,” ujarnya.
Buya Yahya menyatakan membaca surat Yasin pada malam Nisfu Sya’ban tidak haram.
“Ada orang yang mengatakan haram (membaca) Yasin (pada malam Nisfu Sya’ban). Jangan mengatakan haram, dari mana mengatakan haram? Jelaskan secara syariatnya,” imbuhnya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Dalilnya
Apakah membaca surat Yasin pada malam Nisfu Sya’ban ada dalilnya dari nabi?
“Enggak ada. Nabi memang tidak memerintahkan membaca yasin di malam Nisfu Sya’ban. Akan tetapi, Nabi mengajarkan kisah dalam riwayat Imam Bukhari tentang tiga orang yang terperangkap dalam gua kemudian ingin keluar dari gua enggak bisa, lalu mereka menyebut kebaikannya,” jelasnya.
“Maka, dikatakan para ulama ini tawasul dengan amal saleh, maka kalau Anda punya hajat apapun Anda boleh membaca surat (dalam) Al-Qur’an (seperti) surat Yasin atau yang lainnya. Setelah itu, (berdoa) ya Allah berkat bacaanku ini kabulkan hajatku. Itu sah,” Buya Yahya menyimpulkan.
Mengutip situs NU, pembacaan surat Yasin pada malam Nisfu Sya’ban sebenarnya tidak perlu dipersoalkan karena memang tidak ada masalah secara syar’i di situ. Amalan yang dibaca adalah salah satu surat di dalam Al-Quran. Pihak yang diminta juga tidak lain adalah Allah SWT. Mereka juga meminta yang baik-baik untuk kemaslahatan dunia dan akhirat baik pribadi maupun kepentingan umum.
Hal tersebut dijelaskan dengan detail oleh Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Maliki berikut ini.
لكن لا مانع أن يضيف الإنسان إلى عمله مع إخلاصه مطالبه وحاجاته الدينية والدنياوية، الحسية والمعنوية، الظاهرة والباطنة، ومن قرأ سورة يس أو غيرها من القرآن لله تعالى طالبا البركة في العمر، والبركة في المال، والبركة في الصحة فإنه لا حرج عليه، وقد سلك سبيل الخير (بسرط أن لا يعتقد مشروعية ذلك بخصوصه) فليقرأ يس ثلاثا، أو ثلاثين مرة، أو ثلاث مئة مرة، بل ليقرأ القرآن كله لله تعالى خالصا له مع طلب قضاء حوائجه وتحقيق مطالبه وتفريج همّه وكشف كربه، وشفاء مرضه وقضاء دينه، فما الحرج في ذلك...؟.. والله يحب من العبد أن يسأله كل شئ، حتى ملح الطعام وإصلاح شسع نعله
Artinya: “Tapi tak ada larangan bagi seseorang yang mengiringi amal salihnya dengan permintaan dan permohonan hajat agama dan dunia, jiwa dan raga, lahir dan batin. Siapa saja yang membaca surat Yasin atau surat lainnya dengan ikhlas lillahi taala sambil memohon keberkahan pada usia, harta, dan kesehatan, maka hal itu tak masalah. Artinya, orang ini telah menempuh jalan yang baik (dengan catatan ia tidak meyakini bahwa amal salihnya itu disyariatkan secara khusus untuk hajat tersebut).
Silakan membaca surat Yasin 3 kali, 30 kali, 100 kali, atau mengkhatamkan 30 juz Al-Qur’an secara ikhlas lillahi taala diiringi dengan permohonan atas segala hajat, doa agar harapan terwujud, permintaan agar dibukakan dari kebimbangan, pengharapan agar dibebaskan dari kesulitan, permohonan kesembuhan dari penyakit, permintaan kepada Allah agar utang terbayar.
Lalu di mana masalahnya? Allah senang terhadap hamba-Nya yang bermunajat kepada-Nya atas pemenuhan hajat apapun termasuk hajat atas garam pelengkap masakan dan hajat atas tali sandal yang rusak. (Lihat Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas al-Maliki, Ma Dza fi Sya‘ban? cetakan pertama, 1424 H, halaman: 119).
Advertisement