Kasus Stalking Jadi Masalah di Jepang, Ini Ciri-Ciri dan Jurus Mengatasi Stalker

Kasus stalking di Jepang jadi sorotan, hati-hati dengan tindakan stalker yang mengganggu privasi. Hal ini pun menjadi PR polisi di Jepang.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 16 Mei 2023, 12:54 WIB
Jangan remehkan aksi staker. Hentikan kebiasaan stalking./Copyright pexels.com/@elijahsad

Liputan6.com, Tokyo - Data terbaru dari kepolisian Jepang menunjukkan bahwa isu stalking masih menjadi masalah serius di negara tersebut. Stalking merupakan tindakan menguntit seseorang dan mencari-cari tentang informasinya.

Target stalking bisa berdampak ke semua umur, termasuk anak bawah umur.

Dilansir Jiji Press, Senin (6/3/2023), kasus stalking pada 2022 di Jepang mencapai 1.028. Jumlah itu bertambah 91 kasus dari tahun 2021. Stalking bisa terjadi baik itu di dunia nyata atau internet.

Meski Jepang sudah punya undang-undang untuk melarang stalking, kasus terkait hal tersebut nyatanya tetap merebak di Negeri Sakura.

Tahun 2022, polisi Jepang sampai mengeluarkan 131 restraining order (perintah pembatasan) kepada pelaku stalking.

Kasus stalking merupakan hal serius, karena selain menggaggu privasi dan memberikan tekanan psikologis kepada korban, terkadang stalking bisa berujung ke pembunuhan. Pada 2022, ada 10 upaya pembunuhan dan satu pembunuhan akibat stalking ini.

Menurut situs Tell Japan, pelaku stalking bisa saja dilakukan mantan kekasih, kenalan, anggota keluarga, atau bahkan orang asing.

Situs itu mengungkap perilaku stalker tak hanya menghubungi seseorang secara terus-terusan, berikut beberapa ciri-cirinya:

  • Menghubungi orang terus-terusan, padahal tak diinginkan.
  • Mencari-cari dan memposting foto seseorang untuk diancam.
  • Melecehkan anggota keluarga, sahabat, atau teman kerja seseorang.
  • Mencari-cari informasi secara obsesif, baik itu di internet, bahkan di tempat sampah.
  • Melacak keberadaan diri orang dengan GPS atau kamera tersembunyi.
  • Merusak properti seseorang.
  • Menyebarkan rumor di internet atau dunia nyata.
  • Menunggu seseorang di rumah atau tempat kerja.
  • Mencoba melakukan hacking kepada targetnya.
  • Memberikan seseorang hadiah yang tak diinginkan.

Tindakan stalker memang bisa diblokir, tetapi jika tindakan mereka sudah sangat menganggu maka jangan ragu untuk mengambil tindakan keamanan diri. 

Berikut cara mengatasi stalker berdasarkan informasi Tell Japan:


Tips Melawan Aksi Stalking

Ilustrasi. (dok. Ben Berwers/Unsplash)

Aksi stalking bisa berlangsung lama, sehingga target harus mendapat support supaya merasa aman dan tidak anxious.

Berikut sejumlah tips aman untuk melawan stalker yang terus mengganggu privasi:

1. Hubungi pihak berwajib jika merasa situasi sudah berbahaya, atau jika sudah ada ancaman.

2. Percayai instingmu. Jika merasa dalam bahaya, mungkin itu memang benar.

3. Dokumentasi segala hal yang terjadi saat stalking terjadi. Buat catatan.

4. Informasikan keadaan kepada seseorang yang bisa kamu percaya, termasuk ke sekolah atau tempat kerja, untuk membantu rencana keamanan. 

5. Tunjukkan muka stalker serta kendaraannya ke pihak tempat sekolah atau kerja kamu.

6. Beritahu juga ke tetangga untuk antisipasi jika stalker itu datang ke area rumah.

7. Jangan menyalahkan korban stalking.

8. Jangan membagikan informasi tentang korban ke si stalker tersebut.

9. Jika khawatir, berjalanlah bersama teman di tempat umum. Coba ganti rute ke tempat kerja atau sekolah.

10. Bangun koneksi dengan otoritas penyedia bantuan bagi korban.

 


Kekerasan Anak Meningkat di Jepang, Kasus Stalking dan Revenge Porn Disorot

Orang-orang di atas kapal melihat bunga sakura yang mekar penuh di parit istana Chidorigafuchi di Tokyo pada Senin, 28 Maret 2022. Banyak orang berjalan di bawah pohon untuk menikmati bunga dan kelopak Sakura yang jatuh daripada minum dan makan sambil duduk. (AP Photo/Koji Sasahara)

Sebelumnya dilaporkan, Jepang sedang menjadi sorotan internasional karena kurangnya minat generasi muda untuk berkeluarga. Sayangnya, laporan dugaan kekerasan anak juga meningkat di Jepang.

Berdasarkan laporan Kyodo News, Kamis (2/3/2023), kasus dugaan kekerasan yang menimpa anak di bawah umur mencapai 115.762 di Jepang pada 2022. Jumlah itu naik 7.703 kasus dari tahun sebelumnya.

Sementara, kasus kekerasan yang diungkap kepolisian mencapai 2.181 kasus pada 2022, naik dari 2.174 di tahun sebelumnya.

Totalnya ada 37 anak meninggal. Sebanyak 24 dari kasus itu adalah insiden pembunuhan-bunuh diri keluarga.

Sebanyak 80 persen kasus yang polisi investigasi adalah kekerasan fisik. Namun, 70 persen kasus mengandung kekerasan emosional yang setengahnya melibatkan anggota keluarga.

Kasus revenge porn juga menjadi pekerjaan rumah bagi para polisi Jepang. Revenge porn merupakan jenis pelecehan seksual yang  dengan mudahnya Anda jumpai di internet, biasanya pelaku menyebarkan konten seksual berupa foto atau video tanpa persetujuan orang yang terlibat di dalamnya. Tindakan ini biasanya dilakukan untuk mempermalukan korban dan membuatnya tertekan.

Ada 1.782 kasus dalam ketegori revenge porn pada 2022, setengahnya dilakukan oleh pacar, namun ada juga yang dilakukan sahabat atau kenalan online.

Pada Februari 2023, Jepang juga baru saja melarang hubungan seks dengan anak-anak yang berusia di bawah 16 tahun. Sebelumnya, usia consent Jepang adalah 13 tahun. Namun, hubungan sesama remaja berusia 13 tahun dibolehkan asalkan perbedaan usia tidak lebih dari lima tahun. Jepang juga menegaskan larangan untuk melarang perekaman pakaian dalam secara rahasia.

Hal lain yang disorot kepolisian adalah perilaku stalking -- tindakan di mana orang secara diam-diam dan sengaja menguntit seseorang dengan maksud tertentu. Tindakan kejahatan itu mencetak rekor baru hingga ada 1.744 kasus yang membuat polisi menerapkan perintah larangan stalking di tahun 2022.

Meski demikian, pengaduan tentang stalking menurun 597 kasus dari tahun sebelumnya menjadi 19.131 kasus.

Infografis 4 Cara Tampil Menawan Saat Foto Pakai Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya