Banyak Masyarakat Indonesia Piknik ke Luar Negeri, Sandiaga Uno Sedih

Banyaknya masyarakat Indonesia memilih jalan-jalan ke luar negeri daripada dalam negeri mulai mengundang perhatian Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Mar 2023, 20:00 WIB
Banyaknya masyarakat Indonesia memilih jalan-jalan ke luar negeri daripada dalam negeri mulai mengundang perhatian Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno. (Liputan6.com/Henry)

Liputan6.com, Jakarta Banyaknya masyarakat Indonesia memilih jalan-jalan ke luar negeri daripada dalam negeri mulai mengundang perhatian Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno.

Sandiaga Uno mengatakan, turut khawatir terkait jumlah wisatawan dalam negeri yang justru bepergian ke luar negeri sehingga berpotensi menyebabkan arus pendapatan negara justru keluar (net out flow).

"Saya sangat mengkhawatirkan, jumlah wisatawan kita yang ke luar negeri, karena saya sudah mendapatkan data awal bahwa load factor (keterisian penumpang) dari penerbangan ke luar negeri jauh lebih penuh diisi oleh masyarakat Indonesia daripada wisman yang datang berkunjung ke Indonesia. Ini perlu kita sikapi secara serius karena akan berpotensi menjadi net outflow dan bocornya devisa kita," ujar Sandiaga dalam The Weekly Brief with Sandi Uno yang dikutip dari Antara, Senin (6/3/2023).

Banyak Berobat

Lebih lanjut, Sandiaga memaparkan setidaknya dalam layanan kesehatan terdapat sekitar 600 hingga 2 juta masyarakat Indonesia yang menghabiskan 11 miliar USD atau sekitar Rp160 triliun untuk pergi ke luar negeri melakukan pengobatan (medical tourism) dengan salah satu tujuan favorit atau populer adalah Penang, Malaysia.

"Kita harus cepat bergerak jangan sampai kita menyesal karena banyak yang keluar negeri, terutama berkaitan dengan layanan kesehatan," imbuhnya.

Untuk itu, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin agar dapat dilakukan reformasi struktural di bidang kesehatan, seperti penambahan suplai dari layanan kesehatan termasuk SDM.

Kemudian dokter-dokter dari luar Indonesia, terutama diaspora Indonesia bisa diberi kesempatan untuk berkarya di Indonesia. Apalagi, katanya, bakal ada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) wisata kesehatan di Sanur. Kawasan ini akan didorong untuk mampu menahan laju orang Indonesia mendapatkan layanan kesehatan ke luar negeri.

"Seluruh industri pariwisata dan ekraf harus bergotong royong, bergandengan untuk pastikan. Tahun sebelumnya bahkan sebelum pandemi kita masih net in flow sekitar 4 juta tapi ini ada potensi kita net outflow, masih awal data-datanya," tukasnya.


Jokowi: 2 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Devisa Kita Hilang Rp165 Triliun

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memerintahkan jajaran terkait untuk segera melakukan penanganan bencana di Nusa Tenggara Timur (NTT) di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 5 April 2021. (Biro Pers Sekretariat Presiden/Lukas)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan, 2 juta masyarakat Indonesia masih memilih berobat ke luar negeri apabila sakit. Mulai dari, ke Malaysia, Singapura, Jepang, Amerika, hingga Jerman.

"Informasi yang saya terima, hampir 2 juta masyarakat kita itu masih pergi berobat ke luar negeri apabila sakit," kata Jokowi saat meresmikan Rumah Sakit Mayapada Hospital Bandung Jawa Barat, Senin (6/3/2023).

"Kurang lebih 1 juta ke Malaysia, kurang lebih 750.000 ke Singapura, dan sisanya ke Jepang, ke Amerika, ke Jerman, dan lain-lain," sambung dia.

Menurut dia, hal ini merugikan negara. Pasalnya, Indonesia kehilangan devisa hingga Rp165 triliun karena banyaknya masyarakat memilih berobat ke luar negeri.

"Mau kita terus-teruskan? Rp165 triliun devisa kita hilang gara-gara itu. Karena ada modal keluar, capital outflow," kata Jokowi.

Dia pun heran banyak masyarakat Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri. Padahal, kata dia, rumah sakit di Indonesia juga memiliki fasilitas yang bagus salah satunya, Mayapada Hospital Bandung.

"Saya tadi baru saja masuk ke rumah sakit ini, Mayapada Hospital Bandung. Apa yang saya lihat, semuanya, ruangannya, alat kesehatannya, tata ruangnya, green buildingnya sangat, sangat bagus," jelas Jokowi.


Perbaiki Fasilitas Kesehatan

Kemeterian Kesehatan memutuskan menjadikan tiga rumah sakit pemerintah pusat di DKI Jakarta fokus untuk merawat pasien Covid-19. (Foto: Unsplash.com/Martin Sanchez)

Jokowi pun mendukung rumah sakit-rumah sakit di dalam negeri juga membangun fasilitas seperti yang dimiliki Mayapada Hospital Bandung. Kendati begitu, dia menyebut Indonesia saat ini kekurangan dokter spesialis dan sub spesialis.

"Saya sudah bisikin Pak Menkes, ini harus diurus. Alkes dan ruang fisik sudah banyak yang bagus, tapi masih banyak yang belum bagus. Itu harus diperbaiki. Sehingga layanan rumah sakit ke masyarakat menjadi semakin baik," tutur Jokowi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya