Liputan6.com, Jakarta Semangat kolaborasi dengan berbagai pihak terlihat jelas pada wajah pelaku pariwisata dari Desa Pasir Panjang, Desa Papagarang dan Desa Golomori yang menjadi 3 diantara desa-desa wisata yang menjadi penyangga Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.
“Kami tidak ingin hanya menjadi penonton dari wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Komodo,” ujar Mustafa Moeis, Penggerak Desa Wisata Pasir Panjang, dalam acara Biannual Tourism Forum (BTF) yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) dikutip, Senin (6/3/2023).
Advertisement
Mustafa mengakui, pihaknya saat ini tengah giat mengembangkan berbagai atraksi wisata yang dapat mengundang wisatawan berkunjung ke desanya,
“Melalui Kelompok Sadar Wisata Meet Native Rinca, saat ini kami tengah kembangkan sejumlah produk dan layanan wisata di lokasi Gua Kalong, Batu Balok, Pulau Gadoh dan Pulau Pempe. Sejak tahun 2019 lalu, pertunjukan pentas seni budaya tarian Animal Pop Komodo dan Manca Bajo, kami juga kembangkan hingga saat ini,“ terang Mustafa.
Lebih jauh, ia mengatakan, sejak dibuka kembali untuk wisatawan pada Mei tahun lalu, Desa Pasir Panjang sudah beberapa kali melakukan pementasan.
“Terdapat sekitar 1855 kunjungan wisatawan ke desa. Hal ini berdampak pada peningkatan ekonomi warga yang terlibat dalam atraksi wisata desa ini,” tutur Mustafa.
Cerita berbeda datang dari Risman, penggerak wisata Desa Papagarang, yang menuturkan asal muasal desanya yang merupakan pemekaran Desa Komodo.
“Saat ini kami mencoba memulai rencana pengembangan desa wisata. Kami ingin wisatawan yang berkunjung ke sini, dapat menikmati ekowisata mangrove, menikmati sunset dan sunrise dari Bukit Santai, juga menginap di homestay dan menyicipi kuliner khas Manggarai Barat di Desa Papagarang,” ucap Risman.
Potensi Pariwisata
Lain halnya lagi dengan Alfa Hidayat, Penggerak Desa Wisata Golomori, semangat dan optimismenya dalam menggerakkan warga desa untuk mengembangkan potensi pariwisata, terlihat saat menjelaskan potensi wisata di depan para stakeholder pariwisata Biannual Tourism Forum ini.
“Kami tengah menggerakkan warga untuk memulai usaha di Pantai Laing Lewe dengan sajian kopi, makanan dan minuman ringan sambil menikmati perairan laut yang tenang dan pemandangan unik bukit Golomori. Selain itu kami juga punya satu tradisi berupa pasar barter yang hanya ada di akhir pekan. Inisiatif pengembangan paket wisata untuk menarik lebih banyak kunjungan ke desa wisata kami muncul sejak kami mendapatkan pelatihan tentang bagaimana mengembangkan paket wisata yang menarik dari Program Kampanye Sadar WIsata,” jelas Alfa yang sehari-hari berprofesi sebagai nelayan.
Biannual Tourism Forum menjadi Peluang Kolaborasi Desa Wisata dengan Stakeholder Kolaborasi menjadi salah kata kunci yang selalu ditekankan Menparekraf/Kabaparekraf, Sandiaga Salahuddin Uno, dalam mendorong kembali bangkitnya pariwisata pascapandemi, terutama yang terkait peningkatan kapasitas pelaku pariwisata.
Pada kesempatan sebelumnya, Sandiaga menjelaskan Kemenparekraf mengedepankan kolaborasi sebagai salah satu konsep utama mengembangkan potensi desa wisata.
“Kemenparekraf berkomitmen untuk berperan mendukung peningkatan dan penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) andal dan profesional di bidang parekraf. Dengan mengedepankan konsep inovasi, adaptasi, dan kolaborasi diharapkan akan mendukung dan menggali potensi desa wisata yang dapat dikembangkan dan diberdayakan, serta mendorong lebih banyak terbukanya lapangan kerja melalui sektor pariwisata,” tegasnya.
Advertisement
Desa Wisata
Melalui acara Biannual Tourism Forum yang digelar di 6 Destinasi Prioritas Pariwisata (DPP) meliputi Danau Toba, Borobudur Yogyakarta Prambanan, Bromo Tengger Semeru, Lombok, Labuan Bajo dan Wakatobi, Kemenparekraf memfasilitasi desa-desa wisata untuk berada dalam satu kolaborasi berbagai pihak termasuk memperoleh peluang akses pembiayaan dalam pengembangan potensi dan keunikan desa wisata.
Biannual Tourism Forum 2023 kali ini secara khusus menjadi forum penguatan komitmen rencana pengembangan desa wisata yang menjadi hasil yang diharapkan dari pelaksanaan Program Kampanye Sadar WIsata 5.0, yang telah bergulir sejak tahun 2022 lalu hingga akhir 2023 dengan dukungan penuh dari Bank Dunia.
Adapun stakeholder yang dihadirkan pada Biannual Tourism Forum di Labuan Bajo berasal dari Super Apps Traveloka, Asosiasi Travel Agent Indonesia, Asisten Deputi Pembiayaan Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Direktorat Pengembangan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), PT. WIKA, PT. Langit Biru Pertiwi, NGO Swisscontact, Praktisi Desa Wisata, Perwakilan BPPD Kabupaten Manggarai Barat, serta Kepala Dinas Pariwisata Manggarai Barat.
Pekerjaan Rumah
Sekretaris Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Bapekraf, Adella Raung, saat membuka Biannual Tourism Forum mengatakan, “Mari kita saling berkolaborasi untuk membangkitkan pariwisata yang merupakan karya dari para pelaku pariwisata dengan semangat Geber (Gerak Bersama), Gercep (Gerak Cepat) dan Gaspol (Gali semua potensi lapangan kerja),” ucap Adella.
Sementara saat penandatanganan komitmen bersama antara penggerak desa wisata (local champion), Kepala Desa dan Kepala Dinas Paeriwisata di Kabupaten Manggarai Barat, Direktur Pengembangan SDM Pariwisata, Kemenparekraf, Florida Pardosi mengatakan, forum ini bertujuan mempertemukan desa wisata dengan berbagai institusi, kelembagaan dan perusahaan serta kolaborasi apa yang bisa dikembangkan.
"PR (Pekerjaan Rumah) kita masih banyak, sektor pariwisata butuh sektor lainnya, begitu pula desa wisata tidak bisa berdiri. Kami meminta kepada para local champion memiliki bekal yang cukup dari kegiatan pelatihan yang telah diberikan dalam rangkaian Program Kampanye Sadar Wisata yang selama ini sudah berjalan, serta berkomitmen untuk melaksanakan program ini secara berkelanjutan,” harap Florida.
Advertisement