Jeepney Sang Raja Jalanan di Filipina Lancarkan Aksi Mogok, Aktivitas Sekolah dan Perkantoran Terdampak

Jeepney yang dikenal sebagai "raja jalanan" adalah bagian penting dari sistem transportasi di Filipina.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 07 Mar 2023, 07:30 WIB
Sebagai salah satu dari transportasi umum, jeepney di Filipina menawarkan tumpangan yang lebih murah dibanding kereta, taksi, atau becak bermotor. (Dok. Wikipedia/Bahnfrend)

Liputan6.com, Manila - Aksi mogok selama seminggu oleh pengemudi jeepney di Filipina dimulai pada Senin (6/3/2023), mendorong sekolah dan universitas di sejumlah kota besar untuk menangguhkan kelas tatap muka.

Otoritas lokal di Manila, Quezon City, Marikina, Muntinlupa, dan Pasig City telah mengatakan kepada sekolah-sekolah untuk beralih ke kelas pembelajaran jarak jauh karena gangguan akibat aksi mogok.

Pemerintah lokal Quezon City, kota terpadat di Filipina, juga meminta orang-orang untuk bekerja secara online.

Jeepney yang dikenal sebagai "raja jalanan" adalah bagian penting dari sistem transportasi di Filipina. Transportasi umum itu menawarkan tumpangan yang lebih murah dibanding kereta, taksi, atau becak bermotor.

Kendaraan -yang awalnya diadaptasi dari jip militer yang ditinggalkan oleh Amerika Serikat (AS) pasca Perang Dunia II- dikenal ikonik dengan dekorasi warna-warninya.

Namun, pemerintah mengatakan, keberadaan jeepney merusak lingkungan dan ingin menggantinya dengan alternatif yang lebih modern. Operator telah diberitahu untuk bergabung dengan koperasi atau korporasi sebelum akhir tahun sebagai bagian dari rencana modernisasi, sehingga sektor tersebut tidak terlalu terfragmentasi.


Tidak Terjangkau

Kendaraan jeepney di sebuah jalan di Manila, Filipina (28/8/2020). Jeepney merupakan salah satu alat transportasi populer di Filipina. Sebagian besar jeepney dihias warna-warni, dengan desain lukisan dan ilustrasi terinspirasi dari budaya lokal dan internasional. (Xinhua/Rouelle Umali)

Operator dan pengemudi khawatir pedoman baru dapat mendorong keluar operator yang lebih kecil dan biaya upgrade kendaraan tidak terjangkau. Harga jeepney tradisional antara 150.000 hingga 250.000 peso, sedangkan jeepney modern seharga hingga 2,5 juta peso atau sekitar Rp692 juta.

Subsidi sebesar 160.000 peso yang ditawarkan oleh pemerintah tidak cukup, menurut para pengemudi, yang sudah berjuang untuk pulih dari dampak pembatasan akibat COVID-19 dan kenaikan harga bahan bakar.

"Modernisasi tidak jadi soal bagi mereka yang punya uang," kata pengemudi jeepney Benito Garcia kepada AP dalam aksi protes pada Senin seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (7/3). "Tetapi bagi kami para pengemudi dan operator jeepney, kami tidak mampu membayarnya."

Menurut data yang dikutip oleh Senator Grace Poe, upah harian rata-rata pengemudi jeepney adalah 755 peso atau sekitar Rp210 ribu.

Manibela, salah satu grup transportasi yang mengumumkan aksi mogok, mengatakan bahwa sekitar 80 persen operasi jeepney di Metro Manila terpengaruh.

Namun, dalam pernyataan pada Senin, kantor komunikasi presiden mengatakan bahwa tidak ada gangguan kecuali di beberapa rute di kawasan ibu kota negara.

"Bus telah disediakan untuk membantu penumpang," ungkap kantor komunikasi presiden, menambahkan bahwa setidaknya 11 jeepney dan kelompok kendaraan utilitas di Metro Manila menentang pemogokan tersebut.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya