Bursa Saham Asia Lesu Jelang Keputusan Bank Sentral Australia

Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar bergerak lesu. Indeks Nikkei 225 dan Topix di Jepang turun tipis pada perdagangan Selasa, 7 Maret 2023. Investor menanti keputusan bank sentral Australia.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Mar 2023, 08:53 WIB
Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar melemah pada perdagangan Selasa, 7 Maret 2023. Indeks Nikkei 225 di Jepang susut. (AP Photo/Hiro Komae)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar melemah pada perdagangan saham Selasa, (7/3/2023). Investor menanti keputusan bank sentral Australia seiring melambatnya data ekonomi di regional.

Dikutip dari CNBC, indeks ASX 200 melemah 0,22 persen di Australia. Bank sentral Australia diprediksi akan naikkan suku bunga overnight sebesar 25 basis poin menjadi 3,6 persen. Hal itu menandai tingkat teringgi sejak Juni 2023.

Indeks Nikkei 225 di Jepang melemah tipis. Indeks Topix tergelincir. Indeks Kospi Korea Selatan merosot 0,03 persen dan indeks Kosdaq terpangkas 0,1 persen pada jam pertama perdagangan.

Sementara itu, futures indeks Hang Seng berada di posisi 20.653, lebih tinggi dibandingkan penutupan terakhir indeks Hang Seng di posisi 20.603,19.

Baik China dan Australia mengunggah data perdagangan masing-masing pada Februari dan Januari. Data inflasi untuk Filipina dan Thailand juga akan rilis.

Wall Street

Di Amerika Serikat, sebagian besar saham menahan kenaikan di tengah indeks Dow Jones membukukan kemenangan beruntun dalam empat hari. Investor juga menunggu pernyataan ketua the Federal Reserve Jerome Powell pada Selasa dan Rabu pekan ini yang akan informasikan langkah bank sentral selanjutnya pada kebijkan suku bunga.

Pada penutupan perdagangan wall street, Senin, 6 Maret 2023, indeks Dow Jones naik 40,47 poin atau 0,12 persen menjadi 33.431,44. Indeks S&P 500 menguat 0,07 persen ke posisi 4.048,42. Indeks Nasdaq melemah 0,11 persen ke posisi 11.675,74. Pada sesi tertinggi, indeks Dow Jones melambung 118 poin, sedangkan indeks Nasdaq melonjak hampir 1,2 persen.


Investor Menanti Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Imbal hasil obligasi sedikit naik dengan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun menguat satu basis poin setelah sentuh di atas level psikologis 4 persen. Pergerakan imbal hasil menguat meningkatkan biaya pinjaman bagi konsumen dan dapat  menandakan penurunan kepercayaan investor.

Terlepas dari pergerakan ini, beberapa saham teknologi terdorong lebih tinggi dengan Apple melonjak hampir 2 persen setelah Goldman Sachs memberikan rekomendasi beli. Produsen iPhone menyumbang sekitar 7 persen dari S&P. Saham Alphabet dan Microsoft juga menguat.

Di sisi lain, investor juga sedang menunggu pernyataan ketua the Federal Reserve atau bank sentral AS Jerome Powell yang dijadwalkan pada Selasa dan Rabu pekan ini. Pernyataan investor itu akan memandu investor anggota parlemen tentang bagaimana bank sentral berpikir tentang inflasi dan kebijakan kenaikan suku bunganya, sehingga dapat menentukan ke mana arah pasar.

“Sangat bijaksana bagi pasar untuk tidak terlalu terburu-buru mengingat ini adalah minggu yang penting yang dapat mengubah arah,” ujar Quincy Krosby dari LPL Financial.

Selain itu, pekan data ekonomi yang padat juga akan ditutup pada Jumat dengan data pekerjaan Februari setelah laporan Januari menunjukkan ekonomi menambahkan 517.000 tenaga kerja. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan 225.000 pekerjaan pada bulan lalu.


Saham Apple Menguat

Ilustrasi: Selain menjadi toko ritel pertama di Asia Tenggara, Apple Store ini juga menjadi toko pertama yang sepenuhnya menggunakan energi terbarukan (sumber : bgr.com)

Saham Apple naik lebih dari 2,5 persen pada awal pekan menyusul prospek bullish dari Goldman Sachs. Goldman Sachs merekomendasikan beli dan target harga menyiratkan saham itu dapat naik lebih dari 30 persen yang sebagian terkait dengan kekuatan yang tumbuh dalam penawaran layanan dan langganan.

“Anda mendapatkan suara segar sekarang melihat saham membalikkan sinyal jual netral yang dimiliki Goldman Sachs selama lima tahun terakhir,” ujar Direktur Pelaksana Virtus Investment Partners, Joe Terranova.

Ia menilai, apa yang terjadi saat ini dengan Apple adalah berusaha memulihkan momentum positifnya. “Fundamental tidak pernah dipertanyakan untuk perusahaan ini. Itu semua tentang momentum,” kata dia.

Sepanjang 2023, saham Apple telah naik 19,4 persen sepanjang 2023. Saham Apple kembali bangkit usai melemah 26,8 persen pada 2022.

Sementara investor dapat lebih aman di Apple. Managing Partner Douglas C.Lanes and Associates, Sarat Sethi menuturkan, saham tidak akan bisa menghindari tren pasar yang lebih luas.

“Saya pikir begitu kita melewati ini, kita akan fokus kembali pada laba dan fokus pada apa yang akan dilakukan makro ke pasar secara keseluruhan,” tutur dia.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya