Liputan6.com, Gorontalo - Penanganan persoalan stunting atau tengkes di Kabupaten Bone Bolango (Bonebol) belum juga menemui titik terang. Sebab, hingga sekarang persoalan tengkes masih terus menghantui daerah di ujung timur Gorontalo itu.
Pasalnya, data stunting di daerah tersebut belum menunjukkan data yang real. Bahkan, angka ini terus dipertanyakan oleh Bupati dan Wakil Bupati Bonebol.
Baca Juga
Advertisement
Meski berbagai upaya sudah dilakukan daerah untuk menekan angka stunting. Data yang dirilis Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) saat ini berada di angka 22,3 persen.
Upaya tersebut mulai dari rembuk stunting, yang dilaksanakan tahun 2022 yang mewah bahkan Best Practice di sejumlah daerah baik di dalam Provinsi Gorontalo hingga luar daerah.
Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya menghabiskan anggaran yang besar namun hasilnya hingga sekarang masih nihil atau belum memberikan dampak yang signifikan.
Hal ini membuat Wakil Bupati, Merlan S Uloli geram. Dengan nada lantang ia meminta persoalan stunting ini harus dikeroyok secara bersama.
"Semua daerah yang berhasil menurunkan stunting itu atas kerja sama semua pihak bukan hanya Dinas Kesehatan saja. Jangan semua OPD diajak berdebat data, pasti akan sakit kepala," kata Merlan.
"Jangan hanya dari ruang rapat sampai hotel bicara aksi terus orang stuntingnya tidak kelihatan," tegasnya di seluruh OPD.
Menurut Ketua Percepatan Penurunan Stunting di Bonebol itu, di daerah tersebut para pimpinan OPD belum bersatu dan mempunyai konsep dalam menurunkan angka stunting. Hanya habis energi dan biaya pada rembuk stunting yang dilaksanakan di hotel dengan biaya yang mahal.
"Jadi sekarang kita akan bagi yang urus data, program, mitra kerja dan sponsor agar tidak sekadar menggugurkan kewajiban," ia menandaskan.