Liputan6.com, Jakarta - Momen wisuda merupakan hal yang ditunggu-tunggu oleh mereka yang menjalani masa pendidikan. Karena pada saat ini siswa telah menyelesaikan semua pendidikan yang mereka jalani.
Setiap negara memiliki tradisi perayaan kelulusan yang berbeda, misalnya saja di Indonesia, siswa SMA kerap merayakan kelulusannya dengan cara mencoret-coret seragam baju sekolahnya, yang nanti akan disimpan untuk dijadikan kenang-kenangan. Selain itu, pada kelulusan kuliah umumnya akan ada selebrasi pelemparan topi toga.
Advertisement
Lalu, bagaimana dengan negara-negara lain?
Ternyata beberapa negara merayakan kelulusan dengan cara unik, berikut ini di antaranya, dilansir dari bachelorstudies, Minggu (12/3/2023):
1. Italia
"Trashing" atau secara terbuka menyiram lulusan baru dengan sampah adalah hal biasa tidak hanya di Italia, tetapi juga di Argentina dan Inggris. Bukan sembarang sampah yang digunakan tapi telur, glitter, tepung, saus tomat. Biasanya juga gunting diperlukan untuk memotong pakaian para lulusan.
Praktik ini sangat umum sehingga universitas Italia telah mengeluarkan peraturan yang mengaturnya: confetti harus dapat terurai secara hayati, pembuangan sampah harus dilakukan jauh dari jalan utama, dan Anda tidak dapat pergi ke mana pun saat ujian masih berlangsung.
2. Finlandia
Di Finlandia, lulusan PhD -- gelar pendidikan yang bisa dimiliki oleh mahasiswa S3 yang sudah menyelesaikan masa perkuliahannya -- dapat memakai dan mempersembahkan pedang pada saat upacara wisuda, karena pedang mewakili perjuangan para mahasiswa untuk pencapaiannya di bidang tersebut.
Tapi ada aturannya, bukan sembarangan pedang, di Universitas Lund para lulusan harus mendapatkan pedang sipil resmi Republik Finlandia, dengan panjang tepat 87 cm, berat 1,6 pon kurang lebih 700 gram, dan dibawa di sisi kiri. Wanita membutuhkan ikat pinggang untuk mencocokkan pakaian mereka dengan pedang.
3. Norwegia
2018 menandai berakhirnya russefeiring, yaitu pesta musik dan minum selama sebulan di Norwegia untuk merayakan kelulusan sekolah menengah Norwegia. "Russefeiring," atau "russ" singkatnya adalah festival pesta dan minum selama berminggu-minggu yang menghalangi ujian akhir di Norwegia.
Sementara ritual khusus untuk tradisi Russ bervariasi di seluruh sekolah, banyak ritual yang dilakukan tidak senonoh sehingga direktur Administrasi Jalan Umum Norwegia, Terje Moe menyoroti soal berhubungan seks di bundaran dan berlari telanjang di jembatan, dua praktik yang mendapatkan popularitas dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam sebuah artikel di situs web TheLocal Norwegia, dia berkata, "Saya hampir tidak ingin dilihat sebagai perusak kesenangan atau sebagai Bibi Sofie. Tapi ingin menjadi lulusan yang terhormat, Kota Ringsaker memiliki 97 tantangan lain untuk dipilih. Saya yakin itu juga terjadi di tempat lain di negara ini."
Menurut Reuters, Terje Moe Gustavsen, mantan menteri transportasi yang kemudian menjabat sebagai direktur Administrasi Jalan Umum Norwegia, mengatakan dalam sebuah pernyataan "No to sex on roundabouts". "Semua orang tahu bahwa melakukan aksi di sekitar bundaran berbahaya karena ada lalu lintas, mungkin tidak terlalu berbahaya bagi seseorang untuk tidak mengenakan pakaian di tempat tersebut, tetapi pengemudi bisa terkejut dan benar-benar lupa bahwa mereka sedang mengemudi," katanya.
Oleh karena itu, untuk penghargaan para siswa yang lulus, Kota Ringsaker telah menghapus hubungan seks di jalan dari daftar tantangan kelulusan, dan russefeiring 2018 berlangsung tanpa ada insiden besar.
Advertisement
4. China
Tidak seperti di Italia pakaian wisudawan dipotong-potong, di China siswa berpakaian seperti pengantin, bajak laut, siswa dalam "Republican Period", kadang suka meniru acara lamaran untuk pernikahan.
Kenapa perayaan mereka seperti ini?, menurut sebuah artikel di Forbes, "Upacara kelulusan tidak menyenangkan, orang tua biasanya tidak hadir, dan siswa juga tidak berpelukan dengan profesor ketika wisuda. Pembicara biasanya adalah birokrat partai dan pejabat yang berafiliasi dengan sekolah, mereka memberikan pidato yang membosankan. Nyatanya, satu-satunya tempat bagi lulusan untuk mengekspresikan diri secara kreatif, adalah pemotretan formal".
Hal ini bisa menjadi perayaan imajinasi, dan kesenangan sebelum memasuki dunia kerja yang keras.
5. Jepang
Mengenakan topi dan gaun bukanlah hal yang aneh, bahkan banyak dari kita terlihat konyol memakainya. Awalnya, Universitas Eropa membutuhkannya karena kebanyakan lulusannya adalah biksu yang religius.
Sekolah tinggi seni Kanazawa, Jepang mengambil langkah lebih jauh. Yaitu lulusannya harus berdandan mengenakan apa pun yang mereka sukai, bahkan ada beberapa lulusan membawa cello seukuran aslinya, menjadi Iron Man, dll.
6. Denmark
Di negara ini, para siswa merayakan kelulusan dengan cara memakai topi putih dan ada beberapa truk terbuka berwarna-warni yang dipenuhi dengan siswa yang menari, berteriak, melambai, dan bersenang-senang.
Perayaan ini adalah bagian dari perayaan kelulusan SMA, yang telah menyelesaikan sekolah mereka, dan bersiap untuk melanjutkan pendidikannya kembali di Universitas.
7. Korea Selatan
Selain ke enam negara tersebut, di Korea selatan juga merayakan kelulusan dengan cara berpakaian tradisional, selain perayaan, siswa sekolah Korea Selatan, merayakan kelulusan dibarengi dengan perayaan kedewasaan.
Siswa sekolah menengah atas yang mengenakan pakaian tradisional menghadiri upacara kelulusan dan kedewasaan bersama di Sekolah Menengah Wanita Dongmyung, Seoul, Korea Selatan.
Sekolah menengah atas di Korea Selatan mengajar siswa selama tiga tahun, dari kelas satu usia 15–16 hingga kelas tiga usia 17–18, dan siswa biasanya lulus pada usia 17 atau 18 tahun di negara itu.
Advertisement