Campak Merebak di Papua Tengah, Bamsoet Minta Kemenkes Fokus Tangani Wabah

Ketua MPR Bambang Soesatyo menyoroti soal 83 anak di Papua Tengah yang terinfeksi campak. Dari data itu, 15 diantaranya meninggal dunia karena kesulitan mendapatkan akses kesehatan.

oleh Diviya Agatha diperbarui 07 Mar 2023, 16:30 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) minta Kemenkes fokus tangani campak (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyoroti soal 83 anak di Papua Tengah yang terinfeksi campak. Dari data yang ia terima, 15 diantaranya meninggal dunia karena kesulitan mendapatkan akses kesehatan.

Pria yang akrab disapa Bamsoet meminta pada pihak pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bersama dengan Dinas Kesehatan untuk benar-benar fokus menangani wabah ini.

"Meminta pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama Dinas Kesehatan setempat untuk benar-benar concern menangani wabah campak yang kembali terjadi di Papua," ujar Bamsoet melalui keterangan yang diterima Health Liputan6.com, Selasa (7/3/2023).

"Salah satunya dengan melakukan imunisasi MR massal yang menyasar kelompok usia anak yakni 9 bulan hingga 15 tahun, dengan tujuan untuk membentuk antibodi dan proteksi diri terhadap virus campak tersebut. Mengingat, imunisasi masih menjadi upaya pencegahan terbaik menghadapi virus," tambahnya.

Selain itu, Bamsoet turut meminta Kemenkes RI untuk fokus pada tantangan atau kendala apapun dalam upaya penanganan kasus campak di papua tersebut. Dalam hal ini, berkaitan dengan akses jalan menuju fasilitas kesehatan yang sulit.

Kesulitan akses jalanan menuju fasilitas kesehatan itu dianggap mempersulit tenaga kesehatan agar dapat tersebar secara merata di sana. 

"Diperlukan solusi tepat serta upaya riil guna memaksimalkan penanganan kasus campak di Papua, yakni dengan membangun akses jalan di wilayah-wilayah terdalam hingga mengirimkan tenaga kesehatan yang disebar ke wilayah yang minim akses," kata Bamsoet.


Minta Anggaran untuk Vaksin dan Obat

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet)

Lebih lanjut, Bamsoet mengungkapkan bahwa ia meminta komitmen pemerintah agar bisa menyediakan anggaran yang cukup untuk vaksin dan obat-obatan.

Serta, turut mempersiapkan fasilitas layanan kesehatan, terutama untuk wilayah tertinggal, terdalam dan terluar (3T) seperti di Papua.

Bamsoet menegaskan, pemerintah dan dinas kesehatan juga perlu terus memantau persebaran kasus campak di seluruh wilayah, disamping bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menggencarkan kampanye pencegahan dan introduksi imunisasi MR.

"Sehingga diharapkan masyarakat khususnya orang tua lebih aware juga memahami pentingnya imunisasi anak secara lengkap. Mengingat masyarakat di Papua menolak imunisasi dasar lantaran minimnya pengetahuan dan informasi terkait vaksin MR," ujar Bamsoet.

Sebagai penutup, Bamsoet pun meminta komitmen pemerintah untuk memprioritaskan program vaksin MR tersebut. Mengingat komplikasi berat hingga kematian bisa terjadi pada anak yang terinfeksi.


Kasus Campak di Papua Alami Kenaikan

Bupati Puncak saat menjenguk pasien anak campak yang masih dirawat di RSUD Ilaga, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah. (Liputan6.com/Katharina Janur/Kominfo Puncak)

Dalam kesempatan berbeda, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan bahwa total kasus campak di Papua Tengah yang dilaporkan ada sebanyak 397 orang.

Seluruh kasus itu tersebar di tujuh kabupaten per 3 Maret 2023. Laporan itu memvalidasi bahwa kasus campak di Papua Tengah memang mengalami peningkatan dalam 3 bulan terakhir.

Setidaknya tujuh kabupaten yang alami kenaikan kasus campak di Papua Tengah adalah Nabire, Paniai, Mimika, Puncak, Dogiyai, Intan Jaya dan Deiyai.

"Sekitar 48 telah terkonfirmasi laboratorium positif campak, terbanyak di Kabupaten Mimika 25 kasus, Kabupaten Nabire 16 kasus, dan Kabupaten Paniai 7 kasus," kata Maxi mengutip laman SehatNegeriku.


Laporan Kasus Campak dan Rubella di Papua

Bupati Puncak saat menjenguk pasien anak campak yang masih dirawat di RSUD Ilaga, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah. (Liputan6.com/Katharina Janur/Kominfo Puncak)

Selain itu, dari hasil pemeriksaan juga didapati 1 kasus konfirmasi rubella di Kabupaten Mimika. Setidaknya, dari kasus konfirmasi campak dan rubella di sana, sebanyak 19 orang masih menjalani perawatan. Sedangkan 182 orang sudah dinyatakan sembuh dan 2 orang meninggal.

"Jumlah kasus kematian tercatat 2 kasus, satu kasus berasal dari Kabupaten Nabire dan 1 kasus dari Kabupaten Paniai," kata Dirjen Maxi.

Maxi mengungkapkan bahwa kenaikan kasus campak di Provinsi Papua Tengah disebabkan oleh rendahnya cakupan imunisasi MR untuk anak-anak di tahun 2022.

Berdasarkan laporan Kemenkes, cakupan imunisasi MR1 hanya 64,1 persen, kemudian turun menjadi 48,6% pada Imunisasi MR 2.

"Temuan kami di lapangan, 87 persen kasus yang telah dilaporkan belum pernah mendapatkan imunisasi MR. Ini terjadi di hampir semua kelompok umur, bahkan status imunisasinya sebagian besar 0 (zero)," kata Maxi.

Infografis 4 Insiden Penembakan Pesawat Ulah KKB di Papua. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya