Liputan6.com, Jakarta Perairan Timur Indonesia, khususnya perairan Pulau Obi, merupakan salah satu perairan yang memiliki produktivitas sangat tinggi. Pasalnya, perairan tersebut merupakan jalur pertemuan antara dua samudera besar, yakni Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.
Pertemuan antara 2 samudera besar tersebut dinamakan sebagai Arus Lintas Indonesia (ARLINDO). Di perairan Pulau Obi sendiri, ARLINDO melewati bagian utara Obi melalui utara Pulau Bisa, bagian barat Obi, dan bagian selatan melalui selatan Pulau Gamumu. Hal itu yang membuat produktivitas perairan Pulau Obi sangat tinggi.
Advertisement
Produktivitas perairan Pulau Obi terlihat dari jumlah ikan pelagis, kelompok ikan yang berada di lapisan permukaan air, di wilayah itu. Keberadaan ikan tersebut, menurut pengajar di Departemen Oseanografi Universitas Diponegoro Prof. Dr. Denny Nugroho Sugianto, S.T., M.Si. membawa dampak positif untuk keberlangsungan produktivitas perikanan di Indonesia.
“Produktivitas primer suatu perairan erat kaitannya dengan kondisi oseanografi yang membawa nutrisi untuk pertumbuhan fitoplankton di dekat permukaan laut, sehingga memperkaya biomassa di kawasan tersebut,” katanya.
“ARLINDO dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia akan membawa banyak manfaat bagi Indonesia karena produktivitas perikanan atau perairan yang tinggi. Itu akan membawa jenis ikan pelagis yang besar-besar dan pola itu akan diikuti oleh tuna, cakalang dan ikan besar lainnya. Hal itu membawa dampak positif untuk keberlangsungan atau produktivitas perikanan di Indonesia,” jelasnya.
Guna menjaga produktivitas, keberlangsungan perikanan, dan pencegahan terganggunya ekosistem laut di Pulau Obi, Harita melakukan sejumlah upaya pengelolaan lingkungan. Upaya ini antara lain adalah pengaturan aktivitas di pelabuhan termasuk aturan bagi kapal untuk tidak membuang limbah di area perairan Obi, melepas air balast dari kapal di perairan yang jauh dari pelabuhan, serta menempatkan jangkar di area yang telah ditetapkan. Program ini bertujuan untuk memastikan pengelolaan lingkungan dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan berjalan dengan kinerja yang terbaik.
Juga dilakukan beberapa program pemantauan laut yang meliputi pemantauan kualitas air laut (parameter fisik dan kimia), kualitas sedimen laut, dan biota laut (plankton, benthos, terumbu karang dan ikan karang). Pelaksanaan program ini didukung dengan wahana dan peralatan pemantauan laut dengan teknologi yang teruji.
Wahana dan peralatan pemantauan laut yang dimiliki terdiri dari kapal survei internal, peralatan pengambil sampel air laut yang terintegrasi dengan instrumen pengukur profil kolom air laut (Conductivity Temperature Depth – CTD meter) yang dilengkapi dengan sensor-sensor pengukur parameter fisik air laut, grab sampler, serta Remotely Operated Vehicle – ROV (‘robot’ bawah laut untuk mendukung program pengelolaan dan pemantauan laut, melakukan penjelajahan, dan inspeksi kondisi bawah laut secara langsung).
Dipengaruhi oleh Faktor Oseanografi
Produktivitas perairan Pulau Obi dan sekitarnya sangat dipengaruhi oleh faktor oseanografi, yaitu ARLINDO, suhu permukaan laut, dan konsentrasi klorofil-a. Hal ini senada dengan ungkapan Direktur Health, Safety, and Enviromental Trimegah Bangun Persada, Tonny H. Gultom. Menurutnya, produktivitas primer suatu perairan erat kaitannya dengan kondisi oseanografi.
Trimegah Bangun Persada sendiri merupakan pemegang amanat Proyek Strategis Nasional yang mengoperasikan tambang dan hilirisasi nikel di Pulau Obi, Halmahera Selatan.
Senada dengan Prof. Dr. Denny Nugroho Sugianto, S.T., M.Si, Tonny juga menyampaikan bahwa distribusi dan konsentrasi Klorofil-a tertinggi di Pulau Obi berada di bagian utara, selain distribusi kondisi suhu permukaan air yang lebih hangat di bagian ini. Kondisi ini menunjukkan bahwa produktivitas perairan di bagian utara Pulau Obi lebih tinggi daripada wilayah perairan lain di Pulau Obi. Sekadar informasi, wilayah operasional Harita Nickel berada di wilayah Barat Pulau Obi.
Tak hanya itu, distribusi usaha penangkapan ikan juga terlihat lebih padat di bagian utara Pulau Obi (utara Pulau Bisa) dan bagian selatan Pulau Obi (selatan Pulau Gamumu). Kondisi ini sejalan dengan kehadiran ARLINDO, suhu hangat permukaan air dan konsentrasi air yang tinggi di perairan ini.
Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas perairan di Pulau Obi, Harita berkomitmen untuk menjaga perairan Pulau Obi agar tidak ada gangguan melalui berbagai program dijalankan oleh perusahaan maupun pihak ketiga. Program ini juga ditambah dengan inisiatif lain sebagai upaya mitigasi dampak yang mungkin timbul dari operasional tambang dan hilirisasi nikel.
Harita juga menjalankan program penempatan terumbu karang buatan (artificial reefs) secara bertahap dari target 1.000 buah dengan menggunakan beton kubus berongga. Penempatan terumbu karang buatan ini bertujuan untuk memperkaya ekosistem setempat, karena kondisi terumbu karang yang baik akan mampu menjaga kehidupan ikan karang dan biota laut lainnya, hingga pada akhirnya bermanfaat bagi masyarakat setempat.
Harita juga melakukan rehabilitasi mangrove di sejumlah desa di Halmahera Selatan, termasuk di Desa Soligi Pulau Obi, Desa Guruapin di Kecamatan Kayoa, serta Desa Belang-belang dan Desa Awanggo di Kecamatan Bacan. Secara bertahap, telah ditanam mangrove di lahan seluas 20 hektar dengan jumlah bibit 47 ribu. Terbentuknya kawasan hutan mangrove akan membantu terjaganya ketersediaan sumber daya ikan di laut, air bersih, dan udara segar. Tanaman mangrove juga terbukti dapat mencegah erosi dan abrasi.
(*)
Advertisement