Liputan6.com, Jakarta - Indonesia berharap bisa ambil peran dalam fase rekonstruksi dalam membantu pemerintah Turki bangkit pasca gempa magnitudo 7,7. Harapan itu tentunya tidaklah kecil, yaitu membangun ekosistem dalam lingkungan yang kelak dinamakan "Indonesian Village" atau Kampung Indonesia.
"Itu menjadi semacam monumen hubungan emosional Indonesia-Turki," kata Dubes Indonesia untuk Turki, Lalu Muhammad Iqbal kepada Liputan6.com.
Advertisement
Pernyataan tersebut disampaikan Iqbal di sela menerima kunjungan relawan kemanusiaan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), Kamis, 2 Maret 2023, di Kantor Kedubes Indonesia, Ankara.
Pasca-gempa besar magnitudo 7,7, Senin 6 Februari 2023 dini hari waktu setempat, menghantam Turki dan berdampak di 10 provinsi, Pemerintah Turki bergerak cepat melakukan pemulihan. Fasilitas umum seperti rumah sakit, gedung administrasi, serta jalan raya yang rusak mulai re-activated setelah sempat lumpuh karena dampak gempa.
Pemerintah Turki menargetkan akhir tahun pihaknya sudah mampu mengembalikan warga terdampak gempa yang saat ini tinggal di hunian sementara ke rumah permanen. Target dipatok di bulan November dan Desember 2023.
Menurut Iqbal, Indonesia berharap terus dapat membantu Turki tidak sekedar bantuan yang bersifat kedaruratan bencana, tapi yang bersifat jangka panjang. Karena Turki saat ini sudah masuk dalam fase rekonstruksi, dia berharap bantuan yang masih berlanjut yang terkumpul oleh kelompok kemanusiaan tepat guna.
Adapun bantuan yang saat ini dibutuhkan, kata Iqbal, adalah vaksin dan tenda keluarga. Sementara bantuan logistik bagi pengungsi saat ini sudah tertangani oleh pemerintah Turki sendiri.
"Intinya saya sampaikan ke teman-teman lembaga kemanusiaan agar menahan diri sambil menunggu karena harapannya kita ingin terlibat jangka panjang di Turki ini. Artinya kita tidak hanya bantu pada saat kedaruratan bencana, tetapi juga kita bantu mereka dalam tahap rekonstruksi nantinya. Itu lebih mahal lebih penting buat saudara-saudara kita nantinya," beber Iqbal.
Dia berharap Indonesia ikut ambil peran dalam tahap rekonstruksi yang ditargetkan pemerintah setempat rampung di akhir tahun 2023.
"Jadi sama-sama memikirkan bagaimana saudara-saudara kita itu dalam waktu setahun, sebagaimana ditargetkan pemerintah Turki, mereka sudah berada di permanet housing. Karena seenak-enaknya di hunian sementara, pasti tetap enggak enak karena banyak isu yang tidak ter- address dengan baik, salah satunya kesehatan," kata Iqbal.
"Di situ nantinya kita bisa harapkan temen-teman dari berbagai di Indonesia bisa chip in, kita bangun satu Indonesian village dimana orang itu bisa hidup di situ bukan hanya dapat rumahnya, tapi ekosistemnya, ada sekolahnya, ada rumah ibadahnya, rumah sakit, tempat administrasinya. Jadi kembali ke kehidupan normal dengan satu ekosistemnya," Iqbal menambahkan.
Menurut Iqbal, terkait dengan lokasi bakal pembangunan 'Kampung Indonesia' ini masih dikomunikasikan dengan pemerintah setempat.
"Kita akan ikut design-nya pihak Turki, kita enggak mungkin mendesain sendiri, kemudian kita akan lihat dibagian mana kita bisa ambil bagian," kata dia.
Pendanaan
Terkait dengan pendanaan pembangunan 'Kampung Indonesia' di Turki, Iqbal mengatakan bahwa informasi yang didapatnya bahwa Kementerian Luar Negeri sudah mulai membahasa kemungkinan menggelontorkan kontribusinya sebesar 1 juta dollar Amerika.
"Bahkan mungkin lebih banyak peran teman-teman NGO daripada pemerintah. Pemerintah sifatnya stimulan saja," ujar dia.
Selaras dengan harapan pemerintah Turki, Iqbal berharap hingga akhir tahun ini Kampung Indonesia sudah berdiri di wilayah relokasi terdampak gempa.
"Sesuai target Pemerintah Turki bahwa permanent housing itu akhir tahun ini. Kalau sejalan dengan target itu bayangan kita by the time sudah berdiri Kampung Indonesia," kata Iqbal.
Advertisement