Liputan6.com, Jakarta - PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk bakal melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (8/3/2023). Teknologi Karya Digital mencatatkan saham perdana sebagai perusahaan tercatat ke-26 di BEI pada 2023.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Teknologi Karya Digital Nusa mencatatkan saham perdana dengan kode saham TRON.
Advertisement
Teknologi Karya Digital Nusamencatatkan saham di papan pengembangan dengan jumlah saham yang ditawarkan ke publik 712,5 juta saham. Lalu, emiten dengan kode saham TRON akan mencatatkan saham sejumlah 2,95 miliar saham. Adapun, harga penawaran saham senilai Rp 180 per saham. Dengan demikian, perseroan berhasil meraup dana sebanyak Rp 128,25 miliar.
Sebagai pemanis, SAGE juga secara bersamaan menerbitkan 375 juta waran seri I yang menyertai saham baru perseroan dengan perbandingan 2:1. Artinya, tiap pemegang dua saham baru akan mendapatkan satu waran. Kemudian, harga pelaksanaan waran seri I senilai Rp 250 dan bakal meraup dana sebanyak Rp 93,75 miliar.
Dana IPO
Perseroan menunjuk PT Surya Fajar Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Seluruh dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) setelah dikurangi biaya- biaya emisi akan dipergunakan sekitar 30 persen untuk belanja modal perseroan dalam bentuk penambahan area operasional yang berlokasi di Jawa Barat.
Perseroan juga akan melakukan pengembangan sistem yang sejalan dengan ekspansi Perseroan yang akan dimulai secara bertahap dari kuartal II 2023. Transaksi perluasan area operasional direncanakan akan dilakukan dengan pihak ketiga pada kuartal II 2023, sedangkan penambahan dan pengembangan sistem akan dilakukan dengan pihak ketiga pada kuartal III 2023.
Dana IPO
Sisanya akan digunakan untuk modal kerja yang terdiri dari biaya operasional proyek pekerjaan pengembangan smart city dan business solution provider dalam aspek transportasi di berbagai kota di Indonesia.
Selain itu, biaya tenaga kerja dan pembelian bahan baku produk serta pengembangan segmen distribusi penjualan produk dan layanan melalui jalur Business-to-Business (B2B) dan Business-to- consumer (B2C) yang digunakan untuk pengembangan lini usaha Business Process Outsourcing (BPO) merupakan usaha penyediaan infrastruktur teknologi informasi kepada operator transportasi yang memiliki hak operasi di suatu kota. Selain itu, dana hasil pelaksanaan waran seri I akan dipergunakan oleh perseroan untuk modal kerja.
Advertisement
Target Pendapatan
Sebelumnya, PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk akan segera mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Usai menjadi perusahaan publik, perseroan mengincar pendapatan mencapai Rp 1 triliun pada 2027.
Direktur PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk, Rudy Budiman Setiawan mengatakan, target tersebut merujuk pada potensi pasar perseroan yang masih memiliki peluang besar di masa mendatang.
"Sangat menarik adalah dari proyeksi beberapa tahun ke depan karena market kita baru mencapai 5 persen. Sehingga untuk ke depannya revenue maupun net profit peningkatannya luar biasa. Di 2023 kami targetkan (revenue) Rp 243 miliar dan mencapai Rp 1 triliun pada 2027," beber Rudy dalam paparan Public Expose Penawaran Umum Saham Perdana PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk di Jakarta, Rabu (15/2/2023).
Adapun dari sisi profitabilitas untuk tahun ini ditargetkan mencapai RP 53,18 miliar. Kemudian pada 2024, perseroan mengincar pendapatan Rp 470,83 miliar dan laba Rp 104,33 miliar.
Pada 2025, perkiraan pendapatan mencapai Rp 595,46 miliar dengan laba Rp 132,91 miliar. Tahun berikutnya, pendapatan diperkirakan mencapai Rp 804,49 miliar dan laba RP 181,56 miliar. Lalu pada 2027, perseroan memproyeksikan pendapatan mencapai Rp 1 triliun dengan laba sebesar Rp 231,67 miliar.
Kinerja Perseroan
Secara historis, Rudy menjabarkan kinerja perseroan tumbuh solid bahkan saat terjadi pandemi Covid-19. Sebagai gambaran, pada Juli 2021, pendapatan perseroan tercatat sebesar Rp 18,21 miliar, kemudian mengalami pertumbuhan 187,78 persen hingga Juli 2022 menjadi Rp 52,41 miliar.
Dari raihan itu, laba per Juli 2022 tercatat sebesar Rp 5,46 miliar, naik 36 persen dibandingkan Juli 2021 sebesar Rp 4 miliar.
"Revenue kami ada peningkatan pesat meski dalam posisi pandemi COVID-19 karena ada pergeseran dari masyarakat mengarah ke teknologi IT. Jadi dampaknya luar biasa bagi perusahaan," imbuh Rudy.
Adapun sampai dengan November 2022, pendapatan perseroan mencapai Rp 84,04 miliar, melesat 216 persen dari November 2021 Rp 26,59 miliar. Sedangkan laba bersih Rp 13,40 miliar dari November sebelumnya Rp 4,50 miliar. Aset tercatat Rp 83,37 miliar dari Desember 2020 Rp 30,97 miliar, dengan ekuitas Rp 60,18 miliar dari Desember 2020 Rp 19,17 miliar.
Advertisement