Liputan6.com, Beijing - Menteri Luar Negeri Qin Gang (56) mengatakan, hubungan China dan Amerika Serikat (AS) telah "menyimpang secara serius". Dia memperingatkan potensi konflik.
"Pembendungan dan penindasan tidak akan membuat AS hebat. Itu tidak akan menghentikan peremajaan China," kata Qin Gang seperti dilansir BBC, Rabu (8/3/2023).
Advertisement
Qin, yang merupakan mantan duta besar China untuk AS, mengadakan konferensi pers pertamanya sebagai menteri luar negeri pada Selasa (7/3).
"AS menganggap China sebagai saingan utamanya dan tantangan geopolitik yang paling penting. Ini seperti kancing pertama yang salah," tutur Qin.
Menanggapi pertanyaan tentang apakah hubungan yang sehat antara China-AS masih mungkin terjadi mengingat perbedaan yang terus berkembang di antara kedua negara, Qin mengatakan, "AS menyerukan untuk membangun 'pagar', tetapi apa yang benar-benar diinginkannya adalah agar China tidak membalas dengan kata-kata atau tindakan ketika diprovokasi."
Menlu Qin merujuk pada komentar Presiden Joe Biden bulan lalu bahwa AS akan bersaing sepenuhnya dengan China tetapi tidak mencari konflik.
"Jika AS tidak mengerem dan terus mengaum di jalan yang salah, tidak ada pagar pembatas yang dapat menghentikan penggelinciran dan penggulingan dan itu pasti akan jatuh ke dalam konflik dan konfrontasi. Siapa yang akan menanggung malapetaka konsekuensinya?" tanya Qin.
Praduga Bersalah
Lebih lanjut, Qin juga mengatakan, krisis diplomatik yang disebabkan oleh insiden balon mata-mata sebetulnya dapat dihindari. Tetapi, AS memilih bertindak dengan "praduga bersalah".
Washington sebelumnya menggambarkan balon terbang yang dicurigai bagian dari upaya spionase China sebagai "pelanggaran yang jelas terhadap kedaulatan AS". Beijing sendiri mengakui benda itu milik mereka, tetapi bersikeras itu hanyalah pesawat sipil yang secara tidak sengaja keluar jalur.
Hubungan AS-China memburuk selama pemerintahan Donald Trump, yang melancarkan perang dagang melawan China pada tahun 2018. Di luar urusan dagang, kedua negara adidaya itu tetap bentrok dalam berbagai isu, termasuk Taiwan, militerisasi China di Laut China Selatan, asal mula COVID-19, hingga perang Ukraina.
Pernyataan Qin mengikuti teguran langsung yang tidak biasa dari Presiden China Xi Jinping terhadap AS pada Senin.
Presiden Xi mengatakan bahwa negara-negara Barat yang dipimpin oleh AS telah menerapkan pembendungan, pengepungan, dan penindasan menyeluruh terhadap China dan itu membawa "tantangan berat".
Advertisement
Soal Perang Ukraina
"Tangan tak terlihat", menurut Qin, telah mendorong krisis Ukraina. Tetapi, dia tidak menyebutkan nama negara atau individu manapun.
Dia menegaskan kembali bahwa China tidak memberikan senjata ke kedua sisi perang Rusia-Ukraina dan menyerukan pembicaraan damai untuk dilanjutkan.
Namun, Qin tergelitik bertanya, "Mengapa AS menuntut agar China menahan diri untuk tidak memasok senjata ke Rusia ketika AS menjual senjata ke Taiwan?"
"Krisis Ukraina telah mencapai titik kritis," katanya. "Entah gencatan senjata akan menghentikan perang, memulihkan perdamaian dan memulai penyelesaian politik, atau mengobarkan api, memperluas krisis dan menyeretnya ke jurang kehilangan kendali."
Qin diangkat sebagai menteri luar negeri China pada Desember 2022 dan merupakan salah satu orang termuda yang ditunjuk untuk jabatan ini dalam sejarah negara itu. Dia menggantikan Wang Yi, yang dipromosikan ke politbiro Partai Komunis pada bulan Oktober tahun lalu.
Sebagai seorang pembantu tepercaya Presiden China Xi Jinping, Qin dikenal sebagai diplomat yang berbicara keras.