Liputan6.com, Jakarta - Tim Vaskuler Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON) membagikan enam cara mencegah stroke.
Menurut tim yang diwakili Ketua Indonesian Stroke Society (ISS), dr Adin Nulkhasanah SpS MARS, keenam cara mencegah penyakit stroke itu termasuk:
Advertisement
Menjaga Tekanan Darah Agar Tidak Tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama stroke. Jadi, penting untuk memantau tekanan darah dan mengambil langkah-langkah guna menjaga tekanan darah dengan cara mengatur pola makan, membatasi konsumsi garam, olahraga teratur, dan menghindari merokok.
Cegah Stroke dengan Hidup Sehat dan Aktif
Gaya hidup sehat seperti berolahraga teratur, menghindari merokok, dan membatasi konsumsi alkohol dapat membantu mengurangi risiko stroke.
Konsumsi Makanan Sehat
Makan makanan sehat yang kaya serat, buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan otak.
Mengelola Gula Darah
Diabetes dapat memicu kerusakan pada pembuluh darah dan meningkatkan resiko terjadinya stroke. Oleh sebab itu, penting untuk mengontrol gula darah melalui pengaturan pola makan yang baik serta berolahraga teratur.
Menjaga Berat Badan yang Sehat
Berat badan berlebih dan obesitas meningkatkan risiko stroke. Menjaga berat badan yang sehat melalui pola makan sehat dan berolahraga teratur dapat membantu mengurangi risiko stroke.
Mengelola Kolesterol dengan Baik untuk Cegah Stroke
Kolesterol tinggi dalam darah dapat memicu pembentukan plak atau sumbatan pada dinding arteri, yang dapat meningkatkan risiko stroke.
"Oleh sebab itu, penting untuk memantau kadar kolesterol dan mengambil langkah-langkah untuk mengelolanya seperti dengan mengatur pola makan sehat dan berolahraga secara teratur," kata Adin kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks, Selasa 7 Maret 2023.
Dokter Ingatkan Penyakit Stroke Bisa Diobati
Lebih lanjut, Adin mengatakan bahwa stroke dapat diobati.
"Stroke dapat diobati, terutama jika penanganannya dilakukan secepat mungkin setelah serangan terjadi. Penanganan medis segera sangat penting karena dapat membantu meminimalkan kerusakan otak dan memaksimalkan kemungkinan kesembuhan," katanya.
Penanganan stroke tergantung pada jenis stroke yang dialami. Pada stroke yang disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah, obat-obatan pengencer darah dapat diberikan untuk membantu melarutkan sumbatan dan memulihkan aliran darah ke otak.
Pada stroke yang disebabkan oleh perdarahan di dalam otak, intervensi bedah atau tindakan operasi bisa saja diperlukan untuk menghentikan perdarahan serta untuk mengurangi tekanan di dalam otak.
Advertisement
Rehabilitasi Bagi Pasien Stroke
Rehabilitasi juga dapat membantu memulihkan fungsi atau kemampuan yang hilang atau terganggu akibat stroke. Misal kemampuan berjalan, kemampuan berbicara, atau kemampuan gerakan pada tangan.
“Proses rehabilitasi atau neurorestorasi ini meliputi fisioterapi, terapi wicara, terapi okupasi, serta pendampingan psikologi,” Adin menjelaskan.
“Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala stroke, sebaiknya segera mencari perawatan medis segera agar bisa mendapatkan evaluasi dan penanganan yang tepat,” imbaunya.
Tergantung pada Tingkat Keparahan Stroke
Sembuhnya seseorang dari stroke bergantung pada tingkat keparahan stroke serta kecepatan waktu penanganan medis yang diterima setelah mengalami serangan, lanjut Adin.
“Beberapa orang dapat pulih sepenuhnya dari stroke, sementara yang lain mungkin saja memiliki gangguan fungsi yang menetap.”
Salah satu gangguan yang bisa timbul akibat stroke adalah gangguan pendengaran. Umumnya, gangguan pendengaran akibat stroke dapat membaik dalam hitungan beberapa minggu hingga 6 bulan setelah terkena serangan stroke.
Gangguan pendengaran pada stroke dapat berupa hilangnya kemampuan untuk mendengar. Bisa juga hilangnya kemampuan untuk memahami atau memproses suara dengan baik.
Gejala lain yang dapat terjadi pada gangguan pendengaran yang disebabkan oleh stroke meliputi kesulitan dalam membedakan suara, tinnitus atau bunyi berdengung di telinga, dan kesulitan dalam menentukan datangnya arah suara.
“Penting untuk dicatat bahwa gangguan pendengaran dapat menjadi bagian dari gejala stroke, tetapi tidak semua gangguan pendengaran disebabkan oleh stroke,” kata Adin.
Advertisement