Liputan6.com, Jakarta - Pemain Timnas Indonesia U-20 saat ini tengah menanti waktu sembari mempersiapkan diri untuk tampil dalam ajang sepak bola bergengsi FIFA, Piala Dunia U-20 2023.
Kejuaraan tersebut menjadi momen krusial bagi Tanah Air. Pasalnya, tak hanya dibebani tugas tampil maksimal, skuad Garuda Nusantara juga akan bertindak sebagai tuan rumah turnamen yang dihelat mulai 20 Mei hingga 11 Juni mendatang.
Advertisement
Mengilas balik perjalanan Timnas Indonesia U-20 di Piala Dunia, ini sebenarnya bukan kali pertama pasukan muda Merah Putih tampil dalam kejuaraan. Garuda muda sudah mencatatkan debutnya di Piala Dunia U-20 edisi 1979.
Tanpa embel-embel ‘tuan rumah’, skuad Timnas Indonesia kala itu harus berjuang mati-matian demi mengamankan slot di putaran final FIFA World Cup U-20, atau yang dulunya dikenal dengan istilah FIFA World Youth Championship.
Piala Asia U-19 1978 pun menjadi tembok utama yang harus dilewati pasukan muda Merah Putih. Mereka perlu memperoleh predikat juara atau setidaknya runner-up, jika ingin merebut satu tiket menuju Piala Dunia.
Sayangnya, perjalanan skuad Garuda Muda tak terlalu mulus. Timnas Indonesia yang tergabung dalam Grup A bersama Irak, Malaysia, dan Yordania, langsung menelan hasil minor dalam matchday pertamanya pada 5 Oktober 1978.
Skuad Tanah Air takluk empat gol tanpa balas dari Irak. Beruntung, mereka mampu bangkit di matchday kedua kontra Malaysia pada 9 Oktober 1978. Catatan dua gol yang diperoleh sudah cukup mengantar Merah Putih mengemas tiga poin.
Puncaknya terjadi saat matchday pemungkas melawan Yordania, 12 Oktober 1978 silam. Timnas Indonesia kembali memetik kemenangan 4-0, yang mengantarnya finis sebagai runner-up grup di bawah Irak, sekaligus tembus ke fase selanjutnya.
Harapan Timnas Indonesia U-20 Nyaris Pupus
Garuda Muda melangkah ke perempat final dengan harapan melaju sampai partai puncak. Namun, di sinilah justru asa Timnas Indonesia U-20 sempat pupus. Pasukan Merah Putih gagal melewati adangan Korea Utara.
Tim tersebut memang tampil cukup menjanjikan saat penyisihan grup. Korea Utara yang berada sepayung dengan Arab Saudi, Jepang, India, serta Sri Lanka sukses memamerkan dominasinya dengan keluar sebagai juara Grup B.
Posisi runner-up dihuni oleh The Green Falcons muda. Sementara itu, Jepang cuma bisa menempati urutan ketiga setelah kalah dari Korea Utara dan dua kali bermain imbang.
Tak disangka, Timnas Indonesia U-20 ikut-ikutan menjadi korban keganasan Korea Utara. Pasukan Merah Putih takluk dua gol tanpa balas, sehingga dinyatakan gagal menjadi salah satu perwakilan Asia di Piala Dunia U-20 FIFA 1979.
Advertisement
Dapat Durian Runtuh di Piala Dunia U-20
Meski menelan hasil menyakitkan di kompetisi Piala Asia, dewi fortuna nampaknya masih berpihak pada Timnas Indonesia.
Korea Selatan dan Irak semula keluar sebagai juara bersama Piala Asia U-19. Akan tetapi, timnas tim asal Negeri Ginseng tak memiliki kawan Asia di Piala Dunia U-20 1979 selain Jepang–yang berstatus sebagai tuan rumah–sebab Irak enggan tampil.
Korea Utara lantas ditunjuk menjadi pengganti timnas asal Timur Tengah. Namun, Harian Kompas edisi 31 Maret 1979 melaporkan Korea Utara juga memutuskan menarik diri dari kejuaraan yang disponsori oleh produk Amerika Serikat, Coca-Cola, tersebut.
Alhasil, Indonesia ketiban durian runtuh. Federasi sepak bola dunia mempercayakan pasukan Merah Putih untuk mendampingi Korea Selatan dan Jepang dalam ajang Piala Dunia U-20 1979 yang berlangsung di Tokyo, 25 Agustus–7 September 1979.
Timnas Indonesia U-20 selanjutnya ditempatkan dalam Grup B, yang dihuni oleh negara-negara raksasa sepak bola, yakni Yugoslavia, Argentina, dan Polandia.
Timnas Indoensia U-20 Tak Dibebani Target Tinggi
Soetjipto Soentoro dipercaya menjadi pelatih untuk menukangi Timnas Indonesia di Piala Dunia U-20 1979. Namun, sosok yang pernah membela Persija Jakarta itu ogah memasang target terlalu tinggi buat anak-anak asuhnya.
Ia menganggap gelar juara Piala Dunia U-20 1979 bukanlah hal yang hendak dicapai oleh pasukan Garuda Muda. Apalagi, lawan-lawan yang dihadapi memang sebagian besar berada di kelas yang berbeda dengan tim Merah Putih.
Soetjipto hanya berharap turnamen sepak bola bergengsi di Tokyo bisa menjadi ajang pendewasaan bagi anak-anak asuhnya. Dengan demikian, penggawa muda Timnas Indonesia bakal siap meneruskan kiprah rekan-rekannya di level senior...bersambung.
Advertisement