Liputan6.com, Courrieres - Bencana tambang menewaskan lebih dari 1.000 pekerja di Courrieres, Prancis, pada 10 Maret 1906.
Kebakaran bawah tanah memicu ledakan besar yang hampir menghancurkan labirin tambang yang luas.
Advertisement
Courrieres Colliery di Prancis bagian utara adalah rangkaian kompleks tambang di dekat Pegunungan Pas-de-Calais.
Terowongan ke tambang keluar dari beberapa kota di daerah tersebut dan lebih dari 2.000 pria dan anak laki-laki bekerja di tambang. Mereka bertugas untuk menggali batu bara yang sebagian besar digunakan untuk memproduksi gas.
Sekitar pukul tiga sore pada 9 Maret 1906, kebakaran muncul 270 meter di bawah tanah di tempat yang dikenal sebagai lubang Cecil, dilansir dari History, Kamis (9/3/2023).
Tidak dapat segera memadamkannya, para pekerja memutuskan untuk menutup saluran keluar lubang dan memadamkan api dari udara.
Keesokan paginya, dengan 1.795 pekerja di dalam terowongan tambang yang dalam, sebuah ledakan besar terjadi dari lubang Cecil.
Rupanya, celah di dinding lubang telah memungkinkan masuknya gas yang mudah terbakar yang kemudian dipicu oleh api yang masih membara.
Saat itu pukul tujuh pagi ketika puing-puing meroket keluar dari lubang terowongan. Beberapa orang di permukaan tewas akibat ledakan tersebut dan atap kantor tambang langsung terlempar dari gedung.
Api pun berkobar dari setiap pembukaan tambang dan banyak orang menderita luka bakar yang parah.
Dengan api yang terus-menerus berkobar, penyelamat dan anggota keluarga penambang tidak dapat mengirimkan bantuan ke lubang tambang.
Satu regu penyelamat yang terdiri dari 40 orang berkorban untuk menyelamatkan, tetapi semuanya terbunuh ketika poros yang mereka turuni runtuh.
Tentara Prancis segera dipanggil untuk menegakkan ketertiban dari kekacauan yang meningkat di luar tambang.
Saat mayat mulai ditemukan, kamar mayat didirikan di dekat tambang. Butuh waktu berminggu-minggu untuk semua mayat ditemukan dan diidentifikasi.
Pada akhirnya, korban jiwa akibat bencana tersebut adalah 1.060 penambang, dengan ratusan lainnya menderita luka berat.
2 Orang Tewas dan 53 Lainnya Hilang Akibat Tambang Batu Bara Runtuh di China
Baru-baru ini, sebuah tambang batu bara runtuh di wilayah utara Mongolia Dalam, China, pada Rabu (22/2/2023).
Kejadian itu enewaskan sedikitnya dua orang dan menyebabkan 53 orang hilang.
Kantor berita resmi Xinhua melaporkan, orang-orang terkubur di bawah puing-puing tambang di Alxa League. Enam orang yang terluka berhasil diselamatkan.
"Presiden China Xi Jinping menuntut upaya habis-habisan dalam pencarian dan penyelamatan yang hilang dan perawatan bagi yang terluka," lapor Xinhua seperti dilansir AP, Kamis, (23/2).
Lebih dari 300 petugas penyelamat, yang mengoperasikan 129 kendaraan penyelamat berpartisipasi dalam pencarian tersebut.
Menurut The Paper, perusahaan yang menjalankan tambang, Inner Mongolia Xinjing Coal Industry Co. Ltd., didenda tahun lalu karena berbagai pelanggaran keselamatan mulai dari rute akses yang tidak aman ke permukaan tambang hingga penyimpanan bahan yang mudah menguap yang tidak aman dan kurangnya pelatihan untuk pengawas keselamatannya.
Advertisement
Tambang Seng Runtuh di Australia, 2 Orang Dilaporkan Hilang 24 Jam Lebih
Bencana tambang tidak terjadi di China saja, sebuah tambang di Queensland, Australia runtuh pada pertengahan Februari 2023.
Dua pria dilaporkan hilang selama lebih dari 24 jam. Pencarian pun sedang dilakukan.
"Orang-orang itu mengemudi 125 meter (410 kaki) di bawah tanah di dalam tambang Sungai Dugald dekat Cloncurry ketika tanah runtuh pada Rabu," kata media lokal seperti dikutip dari BBC, Kamis (16/2/2023).
Mereka berada 25 meter ke dalam kehampaan di tambang, tetapi orang ketiga yang bekerja dengan mereka berhasil melarikan diri dan memberitahu yang lain.
Kendaraan mereka telah ditemukan menggunakan drone, tetapi penyelamat tidak menemukan tanda-tanda pekerja tambangyang hilang tersebut.
Kedua orang tersebut belum menanggapi upaya untuk menghubungi mereka melalui radio.
Orang-orang tersebut, yang disebutkan dalam laporan media lokal sebagai Dylan Langridge dan Trevor Davis, diyakini sebagai "fly-in, fly-out workers", praktik umum di beberapa bagian Australia di mana staf diterbangkan sementara ke lokasi kerja terpencil.
Ledakan di Tambang Batu Bara Turki, 41 Orang Dinyatakan Tewas Setelah 20 Jam
Ledakan tambang batu bara juga pernah terjadi di Turki pada 14 Oktober 2022. Puluhan orang dilaporkan meninggal dunia.
"41 orang tewas setelah ledakan di tambang batu bara di Turki utara," kata presiden negara itu seperti dikutip dari BBC, Minggu (16/10/2022).
Penemuan jasad terakhir yang hilang mengakhiri operasi penyelamatan, lebih dari 20 jam setelah ledakan.
Sebelumnya menteri dalam negeri Turi mengatakan 58 orang yang bekerja di tambang batu baraketika ledakan terjadi diselamatkan atau keluar sendiri.
Suleyman Soylu mengatakan 10 orang masih dirawat di rumah sakit dan satu lainnya telah dipulangkan.
Sekitar 110 orang berada di tambang pada saat ledakan terjadi, hampir setengah dari mereka berada di kedalaman lebih dari 300 meter (984 kaki).
Kru darurat telah bekerja sepanjang malam, menggali batu untuk mencoba menjangkau orang yang selamat.
Rekaman video menunjukkan para penambang muncul dengan mata hitam dan kemerahan disertai penyelamat di fasilitas di Amasra, di pesisir Laut Hitam.
Advertisement