Liputan6.com, Jakarta Harga minyak hari ini kembali anjlok. Di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve, The Fed yang akan bertindak terlalu jauh dengan kenaikan suku bunga untuk mengendalikan inflasi, harga minyak turun sekitar 1 persen ke level terendah dalam dua minggu pada perdagangan Kamis (Jumat waktu Jakarta).
Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan resesi dan mengurangi permintaan minyak di masa depan.
Advertisement
Dikutip dari CNBC, Jumat (10/3/2023), harga minyak mentah Brent turun USD 1,07 atau 1,3 persen menjadi USD 81,59 per barel. Ini menjadi penutupan terendah sejak 22 Februari 2023.
Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 94 sen atau 1,2 persen menjadi USD 75,72. Ini juga tercatat sebagai penutupan terendah sejak 27 Februari 2023.
Bank sentral AS menggunakan suku bunga yang lebih tinggi untuk mengurangi inflasi. Tetapi suku bunga yang lebih tinggi itu meningkatkan biaya pinjaman konsumen, yang dapat memperlambat perekonomian.
“The Fed terus datang ... untuk inflasi dan itu diterjemahkan ke dalam kekhawatiran atas permintaan minyak yang lebih rendah karena kemungkinan resesi,” kata Mitra Penasihat Investasi Again Capital LLC New York, John Kilduff.
Itu juga membuat kedua patokan harga minyak dunia tersebut turun untuk hari ketiga berturut-turut dengan WTI turun sekitar 6 persen dan Brent turun sekitar 5 persen selama waktu itu.
Klaim Pengangguran AS Bebani Harga Minyak
Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat paling banyak dalam lima bulan minggu lalu, tetapi tren yang mendasarinya tetap konsisten dengan pasar tenaga kerja yang ketat.
“Pertumbuhan yang melambat terus membebani harga minyak mentah,” kata Analis Pasar Senior OANDA Edward Moya.
Sikap hawkish baru dari The Fed mendorong investor untuk mencari tahu bagaimana rezim suku bunga ke depan yang dapat membebani saham AS dengan beberapa pengamat pasar mengatakan kombinasi imbal hasil obligasi yang lebih tinggi dan inflasi yang kaku menjadi pertanda buruk bagi pengembalian ekuitas.
Kilduff mencatat bahwa lelang obligasi AS Kamis sore “menakut-nakuti pasar” dan merupakan katalis untuk sentimen risiko untuk harga minyak dunia dan penurunan pasar saham.
Harga Minyak dan Wall Street Lebih Tinggi
Harga minyak mentah berjangka dan saham Wall Street sama-sama diperdagangkan lebih tinggi pada Kamis pagi di tengah pemikiran data pengangguran AS dapat mendorong Fed untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga di masa depan.
Saham Wall Street jatuh pada hari Kamis, dengan ketiga indeks saham utama turun karena investor khawatir bahwa laporan pekerjaan pada hari Jumat dapat memacu kenaikan suku bunga agresif oleh Federal Reserve.
Analis memperkirakan ekonomi AS telah menambah 205.000 pekerjaan bulan lalu dan melihat tingkat pengangguran bertahan di 3,4 persen
Faktor yang juga mendukung harga minyak pada Kamis pagi yaitu TotalEnergies tidak dapat melakukan pengiriman dari kilang Prancis pada Kamis karena aksi pemogokan lanjutan sehari setelah data menunjukkan penurunan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS pekan lalu.
“Penghentian pengiriman dari kilang Perancis TotalEnergies karena pemogokan nasional bersama dengan sedikit kelemahan dalam dolar mungkin menarik beberapa short untuk menutupi sebagian dari posisi mereka,” kata Broker Minyak PVM, Tamas Varga.
Advertisement
Harga Minyak Dunia Susut Dibayangi kekhawatiran Suku Bunga The Fed Melompat Lagi
Harga minyak jatuh pada hari inii dipicu kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga AS yang lebih agresif akan menekan pertumbuhan ekonomi. Penyebab lain mempengaruhi harga minyak dunia terkait permintaan yang dikhawatirkan melebihi penarikan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan.
Melansir laman CNBC, Kamis (9/3/2023), harga minyak hari ini untuk Brent turun USD 74 sen, atau 0,9 persen menjadi USD 82,55 per barel.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS tergelincir 99 sen, atau 1,3 persen menjadi USD 76,59 per barel.
"Harga minyak masih mengalami tekanan ke bawah karena komentar hawkish yang keluar dari Fed yang mengindikasikan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama," kata Andrew Lipow, Presiden Konsultan Lipow Oil Associates.
Baik Brent dan WTI turun lebih dari 3 persen pada hari Selasa setelah komentar dari Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell bahwa bank sentral kemungkinan perlu menaikkan suku bunga lebih dari yang diharapkan sebagai tanggapan atas data kuat baru-baru ini.
Dolar yang lebih kuat juga membatasi harga minyak di awal sesi. Komentar Powell telah mendorong dolar AS, yang biasanya diperdagangkan terbalik dengan minyak, mencapai level tertinggi tiga bulan terhadap sekeranjang mata uang.
Laporan menyebutkan penggajian swasta AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada bulan Februari, menunjukkan kekuatan pasar tenaga kerja yang berkelanjutan.