Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah pada perdagangan Jumat ini. Kurs Dolar AS terhadap rupiah terus menguat dalam beberapa hari terakhir dan sudah tembus Rp 15.500
Seperti informasi pada laman resmi Bank Indonesia, kurs USD untuk jual pada Jumat (10/3/2023) hari ini berada di Rp 15.515,19 begitu pula kurs beli untuk USD dipatok Rp 15.360,81.
Advertisement
Di sisi lain, Poundsterling Inggris hari ini, kurs jual dipatok sebesar Rp 18.376,19 dan kurs beli Rp 18.187,20. Euro hari ini memiliki kurs jual Rp 16.377,83 dengan kurs beli Rp 16.208,73.
Kurs jual dolar Australia sebesar Rp 10.253,99 dan kurs beli Rp 10.148,89.
Sementara di negara kawasan ekonomi besar di Asia, kurs jual Yen Jepang hari ini berada di Rp 11.335,71 per 100 Yen dan kurs beli Rp 11.220,46 per 100 Yen. Sementara Kurs jual Yuan China sebesar Rp 2.225,42 dan kurs belinya sebesar Rp 2.203,06.
Kurs jual Won Korea Selatan hari ini Rp 11,73 dengan kurs beli Rp 11,61 per Won dan juga dolar Hong Kong hari ini dengan kurs jual Rp 1.976,48 serta kurs beli sebesar Rp 1.956,79.
Berlanjut melihat kurs negara kawasan Asia Tenggara, kurs jual dolar Singapura (SGD) hari ini berada di Rp 11.466,40 dan kurs beli Rp 11.348,12 juga Ringgit Malaysia dengan kurs jual Rp 3.431,05 dan kurs beli Rp 3.393,15.
Kurs jual Peso Filipina hari ini berada di Rp 280,92 dan kurs beli Rp 278,02, diikuti Thailand dengan kurs jualnya Rp 442,41 dan kurs belinya Rp 437,75 per Baht.
Gara-Gara The Fed, Nilai Tukar Rupiah Melemah Dekati 15.500 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada awal perdagangan Jumat. Pelemahan rupiah dipicu sentimen hawkish Bank Sentral AS atau The Fed terkait kemungkinan kenaikan suku bunga acuan yang lebih tinggi.
Nilai tukar rupiah hari ini Jumat (10/3/2023) pagi, dibuka menurun 50 poin atau 0,32 persen ke posisi 15.483 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.433 per dolar AS.
"Peluang pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih terbuka hari ini. Sentimen The Fed masih memberikan tekanan untuk rupiah," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.
Gubernur The Fed Jerome Powell pada Rabu 8 Maret 2023 menegaskan kembali kesaksiannya di depan Kongres tentang kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dan berpotensi lebih cepat.
Namun Powel menekankan bahwa perdebatan masih berlangsung, dengan keputusan bergantung pada data yang akan dikeluarkan sebelum pertemuan Maret.
"Sinyal dari Powell dan pengumuman The Fed yang dekat juga mungkin menjadi alasan bagi pelaku pasar untuk mengambil sikap wait and see (menunggu dan mencermati) dan mengantisipasi yang terburuk yaitu The Fed kembali memberi sinyal kenaikan suku bunga acuan yang agresif," ujar Ariston.
Pedagang berjangka dana Fed sekarang memperkirakan probabilitas 60 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin, naik dari sekitar 22 persen sebelum komentar Powell pada Selasa (7/3/2023).
Data Jumat diharapkan menunjukkan pemberi kerja menambahkan 205.000 pekerjaan pada Februari, menurut jajak pendapat para ekonom Reuters, jauh di bawah kenaikan 517.000 yang jauh lebih besar dari perkiraan pada Januari. Upah diharapkan meningkat 0,3 persen untuk bulan ini, dan 4,7 persen setiap tahun.
Advertisement
Prediksi Gerak Nilai Tukar Rupiah
Data inflasi harga konsumen pada Selasa (14/3/2023) juga akan menjadi kunci keputusan Fed. Diharapkan untuk menunjukkan bahwa harga naik 0,4 persen pada Februari.
Jika pasar tenaga kerja tetap kuat dan inflasi tetap tinggi, imbal hasil obligasi pemerintah AS dapat menghadapi kenaikan lebih lanjut, yang juga akan mendorong greenback.
Ariston memproyeksikan peluang pelemahan rupiah ke arah 15.480 per dolar AS, dengan potensi tertahan di sekitar 15.400 per dolar AS.