Liputan6.com, Gorontalo - Setelah Wakil Bupati (Wabup) Bone Bolango (Bonebol) geram soal angka stunting yang belum juga turun. Dinas Kesehatan Kabupaten Bonebol langsung gerak cepat melakukan gelar ukur kepada anak usia balita untuk memastikan kembali anak tengkes, Kamis (9/3/2023).
Kepala Dinas Kesehatan, dr. Meyrin Kadir menjelaskan, kegiatan ini dilakukan sesuai dengan arahan Bupati yang memerintahkan dinas terkait untuk turun lapangan mengecek dan menekan angka tengkes.
Baca Juga
Advertisement
“Kegiatan ini bertujuan untuk mengukur tinggi dan berat badan anak-anak yang ada untuk memaksimalkan kembali data stunting yang ada di Bone Bolango,” kata Meyrin.
Ia menuturkan selain pengukuran tinggi dan berat badan, mereka juga melakukan aksi pemberian makanan tambahan dan imunisasi kepada ibu hamil dan anak-anak.
“Dari 40 anak yang ada di satu titik, semua kita lakukan pengukuran baik tinggi, berat badan,kemudian kita
berikan makanan tambahan dan imunisasi,” tuturnya.
Berdasarkan hasil pengukuran kali ini, Meyrin mengungkapkan bahwa data stunting yang ada di Desa Tunggulo mengalami penurunan dari sebelumnya.
“Dari data stunting sebelumnya ada 17 orang yang ada di sini, Alhamdulillah sudah ada penurunan,” Ia menambahkan.
Kegiatan gelar ukur, imunisasi dan pemberian makanan tambahan ini akan diadakan di seluruh wilayah Kabupaten Bone Bolango sampai semua anak yang berusia di bawah 5 tahun terukur.
“Kegiatan ini melibatkan semua Puskesmas yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Semua anak di Bone Bolango yang berusia 5 tahun kebawah harus kita ukur semua,” tandasnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Wakil Bupati Geram
Sebelumnya, penanganan persoalan stunting atau tengkes di Kabupaten Bone Bolango (Bonebol) belum juga menemui titik terang. Sebab, hingga sekarang persoalan tengkes masih terus menghantui daerah di ujung timur Gorontalo itu.
Pasalnya, data stunting di daerah tersebut belum menunjukkan data yang sesungguhnya. Bahkan, angka ini terus dipertanyakan oleh bupati dan wakil bupati.
Meski berbagai upaya sudah dilakukan daerah untuk menekan angka stunting. Data yang dirilis Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) saat ini berada di angka 22,3 persen.
Upaya tersebut mulai dari rembuk stunting, yang dilaksanakan tahun 2022 yang mewah bahkan best practice di sejumlah daerah baik di dalam Provinsi Gorontalo hingga luar daerah.
Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya menghabiskan anggaran yang besar namun hasilnya hingga sekarang masih kurang memuaskan atau belum memberikan dampak yang signifikan.
Hal ini membuat Wakil Bupati, Merlan S Uloli geram. Dengan nada lantang ia meminta penyelesaian persoalan stunting ini harus dilakukan secara bersama-sama.
"Semua daerah yang berhasil menurunkan stunting itu atas kerja sama semua pihak bukan hanya dinas kesehatan saja. Jangan semua OPD diajak berdebat data, pasti akan sakit kepala," kata Merlan.
"Jangan hanya dari ruang rapat sampai hotel bicara aksi terus, orang stuntingnya tidak kelihatan," tegasnya di seluruh OPD.
Menurut Ketua Percepatan Penurunan Stunting di Bonebol itu, di daerah tersebut para pimpinan OPD belum bersatu dan mempunyai konsep dalam menurunkan angka stunting. Hanya habis energi dan biaya pada rembuk stunting yang dilaksanakan di hotel dengan biaya yang mahal.
"Jadi sekarang kita akan bagi yang urus data, program, mitra kerja dan sponsor agar tidak sekadar menggugurkan kewajiban," tegasnya.
Advertisement