Bursa Saham Asia Tersungkur, Indeks Hang Seng Anjlok 2 Persen Terseret Aksi Jual Saham

Bursa saham Asia Pasifik tergelincir pada perdagangan saham Jumat, 10 Maret 2023. Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin penurunan.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Mar 2023, 09:37 WIB
Bursa saham Asia Pasifik merosot pada perdagangan saham Jumat, 10 Maret 2023 seiring investor menanti data ekonomi AS. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan saham Jumat, (10/3/2023), seiring investor menanti data non-farm payrolls Februari dari Amerika Serikat (AS). Data ekonomi AS tersebut dapat menjadi petunjuk bagi bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) untuk kebijakan suku bunga.

Dikutip dari CNBC, indeks Hang Seng Hong Kong anjlok 2,4 persen, dan memimpin koreksi di regional. Di bursa saham China, indeks Shenzhen merosot 0,6 persen dan indeks Shanghai terpangkas 0,63 persen seiring Presiden China Xi Jinping akan mengamankan masa jabatan untuk periode ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Indeks Nikkei 225 di Jepang merosot 1,2 persen dna indeks Topix tergelincir 1,2 persen. Pergerakan indeks acuan itu terjadi di tengah Parlemen Jepang menyetujui Kazuo Ueda sebagai Gubernur Bank Sentral Jepang berikutnya. Gubernur Bank Sentral Jepang saat ini Haruhiko Kuroda memimpin pertemuan kebijakan terakhirnya sebelum masa jabatannya berakhir pada 8 April 2023.

Bank of Japan diperkirakan tidak akan mengubah kebijakan moneternya yang ultra-dovish dan mempertahankan suku bunga minus 0,1 persen, menurut jajak pendapat Reuters.

Di Australia, indeks ASX 200 anjlok 1,61 persen melanjutkan aksi jual di wall street. Koreksi indeks saham acuan tersebut didorong melemahnya saham bank.

Di Amerika Serikat (AS), indeks saham acuan atau wall street anjlok pada perdagangan Kamis, 9 Maret 2023 dengan indeks S&P 500 melemah 1,8 persen. Indeks Dow Jones merosot lebih dari 500 poin seiring investor Bersiap hadapi data laporan gaji.

Indeks Hang Seng di Hong Kong tergelincir pada perdagangan saham Jumat pekan ini yang didorong koreksi sektor saham konsumer siklikal turun 3,77 persen. Selanjutnya sektor saham perawatan kesehatan merosot 3 persen dan sektor saham teknologi terpangkas 1,56 persen.

Saham JD.com terpangkas 11,04 persen, saham Geely Automobile susut 5,49 persen, BYD melemah 5,2 persen dan saham Baidu terpangkas 4,94 persen. Selain itu, saham properti seperti Country Garden merosot 2,73 persen. Saham Alibaba pimpin koreksi dengan merosot 2,96 persen.


Bursa Saham Asia Pasifik pada 9 Maret 2023

Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan saham Kamis, 9 Maret 2023 di tengah sentimen China melihat penurunan inflasi pada Februari 2023. Indeks harga konsumen ekonomi tumbuh 1 persen YoY, laju paling lambat sejak Februari 2022.

Dikutip dari CNBC, indeks Shanghai melemah 0,22 persen ke posisi 3.276,09. Indeks Shenzhen merosot 0,16 persen ke posisi 11.579,99. Indeks Hang Seng turun 0,22 persen. Indeks Nikkei 225 di Jepang melonjak 0,63 persen ke posisi 28.623,15. Indeks Topix menanjak 0,97 persen ke posisi 2.071,09 setelah Bank of Japan memulai pertemuan kebijakan moneter dua hari.

Di sisi lain Gubernur Bank Sentral Jepang Haruhiko Kuroda akan akhiri tugasnya pada Jumat, 10 Maret 2023, dan investor mengamati dengan cermat setiap perubahan yang dapat mengejutkan pasar. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan tidak akan ada perubahan dalam kebijakan moneter yang ultra-dovish.

Di Korea Selatan, indeks Kospi tergelincir 0,53 persen ke posisi 2.419,09. Indeks Kosdaq susut 0,58 persen ke posisi 809,22. Indeks ASX Australia bertambah 0,05 persen menjadi 7.311,1.

Di bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street, indeks saham acuan bervariasi seiring pasar menguraikan data ekonomi lebih kuat dari yang diharapkan memicu kekhawatiran kenaikan suku bunga yang lebih besar setelah pidato Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell di kongres.

 


Penutupan Wall Street pada 9 Maret 2023

Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan saham Kamis, 9 Maret 2023. Koreksi wall street terjadi dipicu saham bank dan keuangan yang alami aksi jual. Selain itu, investor juga Bersiap untuk rilis laporan gaji yang dapat membentu arah suku bunga.

Dikutip dari CNBC, Jumat (10/3/2023), indeks S&P 500 merosot 1,85 persen ke posisi 3.918,32.  Indeks Dow Jones jatuh 543,54 poin atau 1,6 persen ke posisi 32.254,86. Indeks Nasdaq jatuh 2,05 persen ke posisi 11.338,35.

Koreksi wall street pada perdagangan Kamis pekan ini membuat indeks Dow Jones ditutup di bawah rata-rata pergerakan 200 hari untuk pertama kalinya sejak 9 November. Sepanjang pekan ini, indeks Dow Jones jatuh 3,4 persen. Pada 2023, indeks Dow Jones melemah 2,7 persen.  Baik indeks S&P dan Nasdaq masing-masing naik 2,05 persen dan 8,3 persen pada 2023, tetapi berada di jalur penurunan mingguan sebesar 3 persen.

Saham SVB Financial merosot 60 persen setelah mengumumkan penjualan saham senilai USD 1,75 miliar, mendorong kapitalisasi pasar menjadi sedikit di atas USD 6 miliar dan menyeret saham bank lainnya yang tergelincir. Saham SIlvergate anjlok lebih dari 42 persen di tengah berita menutup operasi.

Kerugian saham bank mendorong sektor keuangan S&P 500 anjlok 4,1 persne untuk hari terburuk sejak Juni 2020. Saham Bank of America dan Wells Fargo juga terpukul dengan masing-masing turun lebih dari 6 persen.

“The Fed telah mengubah narasi yang mendorong saham lebih tinggi pada Januari dan akhir Desember,” ujar CEO 50 Park Investments, Adam Sarhan.

Ia menambahkan, pasar menguat dengan asumsi the Fed akan berhenti menaikkan suku bunga akan berhenti pada musim panas dan dalam waktu dekat. Powell memperjelas bukan itu masalahnya.


Investor Menanti Data Ekonomi AS

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sarhan menuturkan, tampaknya tidak ada data yang menunjukkan the Fed harus menghentikan kenaikan suku bunga. Ia mengatakan, banyak investor menjual di tengah sentimen laporan pekerjaan untuk mengurangi risiko dan menemukan nilai dalam aset yang kurang berisiko seperti obligasi yang menawarkan hasil yang menarik.

“Pasar sedang mencari katalis bullish dan tidak dapat menemukannya,” ujar dia.

Investor menerima lebih banyak berita tentang keadaan pasar tenaga kerja menjelang laporan nonfarm payrolls pada Jumat pekan ini. Klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir 4 Maret juga naik lebih dari yang diharapkan, menandakan pasar tenaga kerja mungkin mulai melambat.

Meninjau kembali, laporan penggajian ADP dan data JOLTS pada Rabu menunjukkan ekonomi yang tangguh, meningkatkan kekhawatiran the Federal Reserve (the Fed) membutuhkan lebih banyak kenaikan untuk memperlambatnya.

Sejumlah ekonom, termasuk di Citi mengharapkan kejutan positif untuk kenaikan gaji pada Jumat, 10 Maret 2023 menyusul lonjakan pada Januari 2023. Analis Citi, Alex Saunders menuturkan, pertumbuhan pekerjaan yang kuat dapat berarti berita buruk bagi pasar.

“Mengingat berita baik adalah berita buruk bagi pasar, kami pikir ini kemungkinan akan menyebabkan saham untuk menjual lebih lanjut dan mendukung kemungkinan kenaikan suku bunga the Fed yang terlalu besar,” ujar dia.

Di sisi lain, pergerakan pasar pada Kamis pekan ini datang sehari setelah Powell mengulangi pesan peringatannya kepada anggota parlemen kalau bank sentral dapat menaikkan suku bunga lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Sementara ketua the Fed Jerome Powell menekankan kalau belum ada keputusan yang dibuat mengenai pertemuan Maret, para pedagang Bersiap untuk kenaikan suku bunga lebih besar dari perkiraan menyusul serangkaian data ekonomi yang kuat dalam beberapa pekan terakhir. Pada Kamis sore waktu setempat, sejumlah pelaku pasar memperkirakan peluang kenaikan 50 basis poin sekitar 61 persen, menurut alat FedWatch CME Group.

Hampir 99 persen kekayaan dunia dimiliki, hanya oleh 1 persen kelompok tertentu (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya