Gara-Gara The Fed, Nilai Tukar Rupiah Melemah Dekati 15.500 per Dolar AS

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memproyeksikan peluang pelemahan rupiah ke arah 15.480 per dolar AS, dengan potensi tertahan di sekitar 15.400 per dolar AS.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Mar 2023, 10:15 WIB
Nilai tukar rupiah hari ini Jumat (10/3/2023) pagi, dibuka menurun 50 poin atau 0,32 persen ke posisi 15.483 per dolar AS(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada awal perdagangan Jumat.  Pelemahan rupiah dipicu sentimen hawkish Bank Sentral AS atau The Fed terkait kemungkinan kenaikan suku bunga acuan yang lebih tinggi.

Nilai tukar rupiah hari ini Jumat (10/3/2023) pagi, dibuka menurun 50 poin atau 0,32 persen ke posisi 15.483 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.433 per dolar AS.

"Peluang pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih terbuka hari ini. Sentimen The Fed masih memberikan tekanan untuk rupiah," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

Gubernur The Fed Jerome Powell pada Rabu 8 Maret 2023 menegaskan kembali kesaksiannya di depan Kongres tentang kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dan berpotensi lebih cepat.

Namun Powel menekankan bahwa perdebatan masih berlangsung, dengan keputusan bergantung pada data yang akan dikeluarkan sebelum pertemuan Maret.

"Sinyal dari Powell dan pengumuman The Fed yang dekat juga mungkin menjadi alasan bagi pelaku pasar untuk mengambil sikap wait and see (menunggu dan mencermati) dan mengantisipasi yang terburuk yaitu The Fed kembali memberi sinyal kenaikan suku bunga acuan yang agresif," ujar Ariston.

Pedagang berjangka dana Fed sekarang memperkirakan probabilitas 60 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin, naik dari sekitar 22 persen sebelum komentar Powell pada Selasa (7/3/2023).

Data Jumat diharapkan menunjukkan pemberi kerja menambahkan 205.000 pekerjaan pada Februari, menurut jajak pendapat para ekonom Reuters, jauh di bawah kenaikan 517.000 yang jauh lebih besar dari perkiraan pada Januari. Upah diharapkan meningkat 0,3 persen untuk bulan ini, dan 4,7 persen setiap tahun.

Prediksi Gerak Nilai Tukar Rupiah 

Data inflasi harga konsumen pada Selasa (14/3/2023) juga akan menjadi kunci keputusan Fed. Diharapkan untuk menunjukkan bahwa harga naik 0,4 persen pada Februari.

Jika pasar tenaga kerja tetap kuat dan inflasi tetap tinggi, imbal hasil obligasi pemerintah AS dapat menghadapi kenaikan lebih lanjut, yang juga akan mendorong greenback.

Ariston memproyeksikan peluang pelemahan rupiah ke arah 15.480 per dolar AS, dengan potensi tertahan di sekitar 15.400 per dolar AS.


5 Alasan Nilai Tukar Rupiah Bakal Berdiri Gagah di 2023

Petugas menata mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,22 persen atau 34 poin ke Rp15.616,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS 0,16 persen ke 104,41. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia (BI) yakin bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tetap akan perkasa di 2023. Keyakinan ini setelah melihat realisasi di awal tahun sekaligus stabilitas sistem keuangan sekaligus kondisi ekonomi nasional. 

Nilai tukar rupiah mampu berdiri gagah jika melihat kondisi per 15 Februari 2023. Lewat unggahan media sosial Instagram @bank_indonesia, rupiah mampu menguat 2,39 persen dibandingkan dengan level akhir Desember 2022.

Jika dibandingkan dengan mata uang negara tetangga, rupiah juga masih jauh perkasa. Terlihat mata uang Filipina hanya mampu naik 0,99 persen. Sedangkan dilanjutkan Thailand hanya menguat 0,85 persen. Bahkan mata uang ringgit Malaysia hanya naik sebesar 0,27persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, rupiah tak bakal tumbang karena didukung 5 faktor fundamental yang akan menjadi kunci menguatnya Rupiah.

“Bank Indonesia tidak menargetkan level, melainkan memberikan direction bahwa Rupiah akan menguat.” kata Perry dikutip pada Kamis (23/2/2023).

Berikut 5 alasan nilai tukar Rupiah akan menguat di 2023 menurut Bank Indonesia:

1. Prospek pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat baik, di antaranya:

  • Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV 2022 tinggi sebesar 5,01% (yoy)
  • Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2022 mencatat surplus 4,7miliar dolar AS.
  • PMI-BI triwulan IV 2022 sebesar 50,06% atau berada pada fase ekspansi (indeks >50%)

2. Tekanan inflasi berlanjut turun

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2023 tercatat rendah sebesar 0,34% (mtm) atau 5,28% (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 5,51% (yoy).

3. Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) jangka pendek menarik

Imbal hasil SBN tenor jangka pendek meningkat 100 bps dibandingkan dari sebelum kenaikan BI7DRR pada Juli 2022. Di samping itu, Imbal hasil SBN tenor jangka panjang tetap terkendali.

 


4. Komitmen Bank Indonesia

Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,22 persen atau 34 poin ke Rp15.616,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS 0,16 persen ke 104,41. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

BI berkomitmen untuk terus melakukan stabilisasi kurs melalui intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian/penjualan SBN di pasar sekunder.

5. Meredanya ketidakpastian pasar keuangan global

Keadaan ini memicu optimisme dari pasar global yang berdampak pada meningkatnya aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik. Ini tercermin dari investasi portofolio yang mencatat net inflows sebesar 6miliar dolar AS hingga 14 Februari 2023.

Infografis Beda Rupiah 1998 dengan 2018 terhadap Dolar AS. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya