Bukan Hanya Susu Kental Manis, Anak Tak Disarankan Kebanyakan Konsumsi Gula

Banyak anak menyukai sesuatu yang manis. Namun gula alami dan buatan yang terkandung di dalam makanan kemasan mengakibatkan dampak yang berbeda bagi perkembangan anak.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Mar 2023, 16:00 WIB
Susu Kental Manis (Foto: Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Bayi obesitas asal Kabupaten Bekasi, Muhammad Kenzi Alfaro viral beberapa waktu lalu sebab berat badannya yang mencapai 27 kg meski baru berusia satu tahun empat bulan.

Menurut pengakuan orangtuanya, berat badan Kenzie ini langsung melonjak akibat terus-terusan mengonsumsi susu kental manis (SKM) secara berlebihan. 

Kandungan gula dalam satu porsi susu kental manis dapat lebih dari 50 persen total kalorinya, jauh melebihi nilai rekomendasi gula tambahan, tulis peringatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Pemenuhan gizi tidak dapat dipenuhi satu-satunya dari SKM. Kadar gula yang cukup tinggi juga harus menjadi perhatian," ungkap Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Siti Nadia Tarmizi kepada Health Liputan6.com.

Lebih lanjut, Nadia juga menerangkan bahwa SKM tidak dapat menggantikan ASI dan tidak cocok untuk bayi sampai usia 12 bulan. Sementara anak yang berusia di atas 1 tahun dapat mengonsumsi susu sapi yang sudah dipasteurisasi atau UHT atau susu formula pertumbuhan.

Selain itu, BPOM menyatakan bahwa SKM tidak dianjurkan untuk dikonsumsi sebagai hidangan tunggal berupa minuman susu, melainkan digunakan sebagai toping, pelengkap, atau campuran pada makanan atau minuman seperti roti, martabak, kopi, teh, dan lainnya.


Ingat Batas Konsumsi Gula

Ilustrasi jus buah dan sayur/copyright pixabay.com/silviarita

Selain susu kental manis, secara umum ibu juga kerap lupa akan batas konsumsi gula tambahan pada anak, terlebih jika anaknya memang gemar makanan dan minuman manis. Padahal, konsumsi gula berlebih di masa awal pertumbuhan ini dapat memunculkan masalah bagi anak di kemudian hari.

"Banyak orang tidak menyadari bahwa anak sangat rentan melewati batas gulanya," ucap ahli nutrisi anak Jennifer Hyland, RD dilansir dari Cleveland Clinic.

Ia menilik sebuah studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Preventive Medinine (AJPM) yang melihat jumlah gula yang dikonsumsi oleh 1.234 pasangan ibu-anak.

"Studi ini melihat berapa banyak gula, khususnya dalam minuman dengan gula tambahan, yang dikonsumsi ibu selama kehamilan. Studi itu juga meneliti anak-anak kecil—berapa banyak gula yang mereka konsumsi," jelasnya.

Hasilnya, ditemukan bahwa konsumsi gula, terutama dari minuman dengan gula tambahan, selama kehamilan dan masa kanak-kanak, dapat berdampak buruk pada fungsi kognitif anak. Selaras dengan hasil penelitian tersebut, Hyland mengatakan bahwa minuman manis memang dapat memunculkan masalah.

"Asupan gula yang tinggi pada dasarnya memiliki dampak negatif pada fungsi kognitif di awal masa kanak-kanaknya."


Selalu Baca Label Kemasan

ilustrasi buah melon/Image by Jill Wellington from Pixabay

Para peneliti juga menemukan bahwa wanita yang mengonsumsi terlalu banyak gula, seperti minum soda diet selama kehamilan, lebih mungkin memiliki anak dengan keterampilan kognitif yang lebih buruk, termasuk kemampuan non-verbal untuk memecahkan masalah serta memori verbal.

Hal yang sama terjadi pada anak-anak yang mengonsumsi banyak gula. Oleh karenanya, anak-anak di bawah usia 2 tahun tidak disarankan mengonsumsi gula tambahan, ujar Hyland. Sedangkan anak-anak di atas usia 2 tahun sebaiknya tidak mengonsumsi gula tambahan lebih dari 25 gram (enam sendok teh) per hari.

Meski tampak mudah, menjaga agar tidak melewati batas gula harian cukup sulit. Hal ini karena bahkan beberapa makanan dan minuman yang tampak sehat seperti yogurt, granola, dan jus buah bisa saja mengandung lebih banyak gula tambahan dari yang dikira.

Inilah mengapa penting untuk selalu membaca informasi nilai gizi yang tertera dalam kemasan sebelum membeli dan mengonsumsinya.


Ganti Camilan Manis dengan Buah Segar

Ilustrasi anak satu tahun yang memakan buah sebagai camilan sehat. (Sumber foto: Pexels.com)

Banyak jus buah–bahkan jus buah alami–mengandung banyak gula yang terkondensasi, jelas Hyland. "Segelas jus buah mungkin mengandung gula yang sama dengan sekaleng soda."

Dilansir dari People, American Academy of Pedriatric (AAP) mengingatkan agar jangan memberikan jus buah kepada bayi di bawah 1 tahun. Sementara American Heart Association (AHA) memberikan pedoman serupa, yaitu "Anak-anak di bawah satu tahun harus menghindari jus, bahkan jus buah 100 persen."

Sebaliknya, Hyland mengatakan buah segar adalah bagian penting dari diet sehat anak dan merupakan solusi yang baik bagi anak yang menyukai makanan manis. Makan buah yang mengandung gula alami dapat meningkatkan kemampuan motorik visual dan kecerdasan verbal.

"Gula alami dalam buah tidak menimbulkan dampak negatif terhadap fungsi kognitif," katanya. "Buah sangat sehat. Buah mengandung vitamin, mineral, serta serat, yang mencegah kenaikan gula darah. Ini bermanfaat untuk manajemen berat badan dan tingkat energi."

Oleh sebab itu, mulailah mengganti asupan gula tambahan anak dengan buah-buahan yang kaya akan nutrisi.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

Infografis 7 Tips Aman Belanja di Pasar Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya