Liputan6.com, Bandung - Bulan Ramadan selalu identik dengan ngabuburit. Kegiatan dilakukan untuk menunggu waktu berbuka puasa, biasanya diisi dengan berburu takjil, melakukan kegiatan sosial, atau sekadar berkumpul bersama kerabat dan sahabat.
Ngabuburit telah menjadi tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Namun rupanya tradisi unik khas Ramadan ini berasal dari tanah Sunda.
Dikutip dari jurnal berjudul "Tradisi Keagamaan Masyarakat Kota Bandung di Bulan Ramadan Tahun 1990-2000" (2018) oleh Muhammad Fajar dkk, kata 'ngabuburit' berasal dari bahasa Sunda 'burit' yang berarti sore. Ngabuburit bisa diartikan dengan menghabiskan waktu sore.
Baca Juga
Advertisement
Meski hingga saat ini belum diketahui kapan istilah ngabuburit digunakan. Namun, tradisi khas Ramadan ini sudah sejak ada sejak tahun 90-an.
Kala itu, anak-anak hingga orang dewasa berkumpul di alun-alun saat sore hari untuk berbuka puasa bersama. Selain menjadi ajang anak-anak bermain dengan teman sebaya, ngabuburit juga jadi momen bagi orang dewasa menghabiskan waktu mencari jajanan untuk tajil.
Momen ini juga kerap jadi ajang silaturahmi. Seiring berjalannya waktu, tradisi ngabuburit mulai mengalami pergeseran makna.
Jika dahulu tradisi ngabuburit identik dengan kebersamaan, kini ngabuburit justru dapat dimaknai sebagai kegiatan individual. Tak sedikit masyarakat yang memilih ngabuburit dengan berkeliling naik mobil atau motor.
Hal ini dianggap mengubah makna tradisi ngabuburit, karena tidak lagi menyongsong magrib. Tetapi, jalan-jalan biasa seperti bulan lain di luar Ramadan.