Liputan6.com, Jakarta - Regulator California, Amerika Serikat pada Jumat, 10 Maret 2023 tiba-tiba menutup Silicon Valley Bank (SVB). Lantas siapa itu Silicon Valley Bank? Berikut profil perusahaan SVB.
Didirikan pada 1983 oleh Roger V Smith lembaga yang berbasis di Santa Clara, California ini menyediakan layanan perbankan dan mengambil simpanan untuk perusahaan rintisan Silicon Valley, firma modal ventura, dan pemain teknologi.
Advertisement
Silicon Valley Bank memainkan peran penting dalam mendukung sektor teknologi selama ledakan valuasinya baru-baru ini. SVB mendapat peringkat sebagai bank terbesar ke-16 di AS sebelum jatuh ke dalam penerima FDIC, menurut Federal Reserve.
“SVB menawarkan layanan keuangan dan perbankan untuk membantu, saat Anda memanfaatkan peluang bisnis, meningkatkan modal, melindungi ekuitas, mengelola arus kas, dan mengakses pasar global,” menurut penjelasan di situs web bank tersebut, dikutip Sabtu (11/3/2023).
Bank tersebut memiliki aset sebesar USD 209 miliar atau setara Rp 3.240 triliun (asumsi kurs Rp 15.503 per dolar AS) per 31 Desember 2022. Kebangkrutan SVB adalah kegagalan bank terbesar kedua dalam sejarah, setelah Washington Mutual Inc., dan yang terbesar dari jenisnya sejak krisis keuangan 2008.
Menurut penjelasan dalam situs webnya, SVB mengklaim dirinya telah membantu bisnis tumbuh dan berkembang di seluruh ekonomi inovasi selama lebih dari 35 tahun. Bank memiliki kepemimpinan eksekutif yang berpengalaman dan 8.500 lebih anggota tim yang mendukung para inovator. CEO SVB saat ini adalah Gregory W. Becker
Silicon Valley Bank beroperasi sebagai bank layanan penuh. Bank menerima simpanan dan memberikan pinjaman, serta menyediakan manajemen treasury, perbankan internasional, penasihat kekayaan, perbankan online, valuta asing, pembiayaan perdagangan, dan layanan lainnya. Silicon Valley melayani pelanggan di seluruh dunia.
AS Tutup Silicon Valley Bank, Salah Satu Kegagalan Bank Terbesar Sejak Krisis Keuangan Global
Sebelumnya, regulator keuangan Amerika Serikat (AS) telah menutup Silicon Valley Bank (SVB) dan mengambil kendali atas depositonya. Hal itu diumumkan Federal Deposit Insurance Corp pada Jumat, 10 Maret 2023.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (11/3/2023), penutupan Silicon Valley Bank merupakan kegagalan bank terbesar di Amerika Serikat (AS) sejak krisis keuangan global lebih dari satu dekade lalu. Runtuhnya SVB, pemain kunci dalam komunitas teknologi dan modal ventura membuat perusahaan dan individu kaya tidak yakin apa yang akan terjadi dengan uangnya.
Berdasarkan siaran pers dari regulator,the California Department of Financial Protection and Innovation menutup SVB dan menyebutkan FDIC sebagai penerima. FDIC pada gilirannya telah menciptakan the Deposit Insurance National Bank of Santa Clara, yang sekarang memegang simpanan yang diasuransikan Silicon Valley Bank.
Dalam pengumumkan FDIC mengatakan, deposan yang diasuransikan akan memiliki akses ke simpanan paling lambat Senin pagi, 13 Maret 2023. Kantor cabang SVB juga akan dibuka kembali pada saat itu, di bawah kendali regulator. Berdasarkan siaran pers, pemeriksaan SVB akan terus dilakukan.
Asuransi standar FDIC mencakup hingga USD 250.000 per deposan, per bank untuk setiap kategori kepemilikan akun. FDIC mengatakan deposan yang tidak diasuransikan akan mendapatkan sertifikat penerima untuk saldo mereka.
Regulator mengatakan akan membayar dividen lanjutan kepada deposan yang tidak diasuransikan pada pekan depan dengan potensi pembayaran dividen tambahan karena regulator menjualan aset SVB.
Apakah deposan dengan lebih dari USD 250.000 pada akhirnya mendapatkan semua uang mereka kembali akan ditentukan oleh jumlah uang yang didapat regulator saat menjual aset Silicon Valley atau jika bank lain mengambil alih kepemilikan aset yang tersisa.
Ada kekhawatiran dalam komunitas teknologi hingga proses itu terungkap, beberapa perusahaan mungkin mengalami masalah dalam membuat daftar gaji.
Advertisement
Salah Satu Kegagalan Bank Terbesar di Amerika Serikat
Pada akhir Desember, SVB memiliki aset sekitar USD 209 miliar dan total simpanan USD 175,4 miliar, menurut siaran pers. FDIC mengatakan, tidak jelas bagian mana dari simpanan itu yang berada di atas batas asuransi.
Kegagalan bank Amerika Serikat terakhir sebesar ini adalah Washington Mutual pada 2008 yang memiliki aset USD 307 miliar.
SVB adalah bank besar untuk perusahaan yang didukung ventura yang sudah berada di bawah tekanan karena suku bunga yang lebih tinggi dan perlambatan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) yang mempersulit untuk mengumpulkan uang tunai tambahan.
Dampak Penutupan SVBPenutupan SVB tidak hanya berdampak pada simpanan, tetapi juga fasilitas kredit dan bentuk pembiayaan lainnya. FDIC mengatakan, kreditur harus terus melakukan pembayaran seperti biasa.
Langkah tersebut merupakan kejatuhan cepat untuk SVB. Pada Rabu, bank mengumumkan akan mencari modal tambahan lebih dari USD 2 miliar setelah menderita kerugian USD 1,8 miliar dari penjualan aset
Saham SVB Financial Anjlok
Saham perusahaan induk SVB Financial Group turun 60 persen pada perdagangan Kamis pekan ini. Hal itu membawa kapitalisasi pasar saham di bawah USD 7 miliar. Saham SVB turun lagi 60 persen pada perdagangan premarket Jumat, 10 Maret 2023 sebelum dihentikan.
CNBC melaporkan Jumat pekan ini upaya meningkatkan modal telah gagal dan SVB beralih ke potensi penjualan. Namun, aliran simpanan yang cepat mempersulit proses penjualan. Sementara banyak analis wall street berpendapat perjuangan SVB tidak mungkin menyebar ke sistem perbankan yang lebih luas, saham bank menengah dan regioal lainnya mengalami tekanan pada Jumat pekan ini.
Menteri Keuangan Janet Yellen menuturkan, selama kesaksian di hadapan House Ways and Means Committee pada Jumat pagi kalau dia memantau dengan sangat hati-hati perkembangan di beberapa bank. Yellen membuat komentarnya sebelum pengumuman FDIC.
Tak lama setelah meninggalkan Capitol Hill, Yellen menuturkan, pertemuan pejabat tinggi di FED, FDIC, dan pengawas mata uang khusus untuk membahas situasi di SVB.
Advertisement