Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang yang mengira obesitas terjadi semata-mata karena terlalu banyak makan dan kurang bergerak. Ternyata, stigma tersebut salah.
Masalah obesitas harus segera ditanggulangi karena dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Apa saja?
Advertisement
Ketua Bidang Organisasi Himpunan Studi Obesitas Indonesia, dr. Dicky Tahapary, Sp.PD-KEMD, PhD, mengatakan bahwa obesitas bukan semata-mata kelebihan berat badan, melainkan adanya penumpukan lemak tubuh yang berlebih. Hal ini dikhawatirkan bisa menimbulkan gangguan kesehatan.
Dicky menjelaskan, penumpukan massa lemak tubuh berlangsung dalam waktu yang lama.
Terdapat berbagai beberapa gangguan kesehatan akibat obesitas yang dapat dirangkum menjadi 4M menurut Dicky, yakni:
Mechanic (gangguan mekanik)
Gangguan pertama adalah gangguan mekanik atau segala sesuatu yang berkaitan dengan beban berlebih. Sebagai contoh, seseorang yang obesitas mungkin sulit untuk jongkok atau sering merasakan nyeri lutut.
“Mungkin mau jongkok susah atau lutut suka nyeri. Umur belum seberapa, tetapi lututnya sudah nyeri kalau jalan. Selain itu, bisa membiat asam lambung naik,” jelas Dicky pada talk show ObesiTalk: Mari Bicara untuk Mengubah Stigma ditulis Minggu (12/3/2023).
Metabolism
Gangguan kedua berkaitan dengan metabolisme tubuh. Dicky menjelaskan bahwa orang obesitas berpotensi menimbulkan penyakit lain, seperti diabetes, jantung, darah tinggi, kolesterol tinggi, dan asam urat tinggi.
Mental
Tidak hanya berkaitan dengan fisik, ternyata obesitas juga dapat memengaruhi mental, salah satunya penurunan tingkat kepercayaan diri. Tekadang, dapat meningkatkan risiko kecemasan atau depresi.
Monetary (finansial)
Huruf M yang keempat merepresentasikan monetary atau finansial. Apabila membutuhkan perawatan atau konsultasi ke dokter, tentunya akan memengaruhi finansial pasien.
Jumlah Kasus Obesitas di Indonesia
Direktur P2PTM Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Eva Susanti, S.KM, MKes, mengungkap fakta yang terjadi pada praktik sehari-hari.
Eva mengaku cukup sering bertemu pasien obesitas dan jumlahnya makin lama makin meningkat. Tidak hanya pada orang dewasa, di dewasa muda pun sudah banyak.
Eva memaparkan jumlah orang yang terkena obesitas di tingkat global mencapai lebih dari 2 miliar orang. Sementara di Indonesia, data menunjukkan adanya peningkatan jumlah obesitas yang cukup signifikan.
“Hasil riset tahun 2007, jumlah masih berada di angka 10,5 persen. Kemudian pada tahun 2018, itu sudah naik drastis menjadi 21,8 persen,” rinci Eva.
Advertisement
Akar Permasalahan Obesitas di Indonesia
Eva menjelaskan faktor utama penyebab permasalahan obesitas di Indonesia adalah sekitar 95 persen masyarakat Indonesia kurang makan buah dan sayur.
Dia kemudian menjelaskan jumlah porsi makan yang baik. Apabila dibagi ke dalam 4 kuadran, setengah dari porsi makanan adalah buah dan sayur, dengan porsi 5 kali sehari. Kemudian, seperempat porsi untuk lauk pauk dan sisa seperempat porsi untuk nasi.
Tak hanya itu, menurut Eva masyarakat Indonesia juga sangat kurang dalam berolahraga.
“Selain kurang makan buah dan sayur, kita juga kurang aktivitas fisik. Sekitar hampir 58 persen masyarakat Indonesia kurang aktivitas. Seseorang seharusnya berolahraga setidaknya minimal 30 menit olahraga sehari setiap hari, lima kali dalam seminggu,” jelasnya.
World Obesity Day
Pembahasan mengenai obesitas ini dalam rangka World Obesity Day yang diperingati setiap 4 Maret. Ini adalah momen para tenaga medis mengajak masyarakat untuk melakukan aksi bersama lintas sektoral secara sinergis untuk melakukan perubahan terhadap krisis obesitas.
‘Changing Perspectives: Let's Talk about Obesity’ dipilih menjadi tema World Obesity Day 2023 dengan tujuan:
- Awareness, meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap obesitas, serta bagaimana orang-orang mengerti bahwa obesitas bukan sekadar eat less and move more.
- Advocate, bagaimana kemudian advokasi-advokasi ini juga mendorong terhadap kebijakan.
- Share, berbagi pengalaman dan membuka kesempatan untuk berdiskusi terkait obesitas.
Advertisement