Liputan6.com, Yogyakarta - Melestarikan genetik tanaman dan fauna langka yang hampir terancam punah di Indonesia, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada membangun pusat laboratorium biodiversitas Indonesia dengan nama laboratorium Moeso Suryowinoto Indonesia Biodiversity Center (MSIBC).
Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha dan Kerja Sama UGM, Ignatius Susatyo Wijoyo mengapresiasi dimulainya pembangunan gedung laboratorium untuk riset biodiversitas dengan nama Prof Moeso yang sudah dikenal dulunya sebagai peneliti dan pemerhati tanaman anggrek di Indonesia.
“Prof Moeso dikenal sebagai bapak anggrek dan sekarang ini diteruskan oleh Prof Endang, kita bisa sebutkan sebagai ibundanya anggrek Indonesia,” jelasnya di selasar kampus Biologi Universitas Gadjah Mada Jumat (10/3/2023).
Dalam kesempatan itu, Ignatius mengatakan bangsa Indonesia harus berbangga karena memiliki kekayaan hayati yang berlimpah di tengah keanekaragaman hayati global terus mengalami degradasi. Gedung ini rencananya dijadwalkan selesai dalam waktu 5-6 bulan dan akan diresmikan pada puncak upacara Dies Biologi UGM pada 19 September mendatang.
Baca Juga
Indonesia Kaya Biodiversitas, Menkes Budi: Bisa Jadi Produsen Obat Bioteknologi
- Fakta tentang Biodiversitas yang Menjadi Fokus di Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2020
Tips Rizki Syarif Eks Gitaris Alexa Jalani Karier sebagai Musisi dan Fisikawan di Laboratorium Riset Nuklir
Advertisement
"Sekitar satu juta spesies tumbuhan terancam punah dan begitu juga biota laut karena eksploitasi, polusi dan akibat konservasi lahan tidak terkendali," katanya.
Dekan Fakultas Biologi UGM Budi Setiadi Daryono mengatakan beberapa sumber genetik yang nantinya akan dilestarikan yakni sumber hewan komodo, burung cendrawasih, bunga raflesia, beragam flora dan fauna endemik yang di Indonesia. Budi Daryono menegaskan pembangunan laboratorium biodiversitas ini tiga lantai ini menurut Budi akan menggunakan teknologi biometrik dan kultur jaringan yang sudah diterapkan dalam pelestarian berbagai jenis anggrek asli Indonesia.
“Untuk anggrek sendiri sudah diteliti lebih dari 40 tahun, sekarang ini banyak biodiversitas flora dan fauna termasuk mikroba dan virus, berbagai flora dan fauna endemik bagi indonesia akan kita teliti,” katanya.
Budi mengatakan gedung laboratorium biodiversitas tiga lantai dengan ukuran 30 x 12 meter persegi ini nantinya desain gedung menyerupai biji anggrek.
“Kita juga bekerja sama dengan perusahaan metaverse untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga gedung ini nantinya bisa digunakan untuk riset, kerjasama kolaborasi dan sinergi,” jelasnya.
Pemberian nama gedung laboratorium biodiversitas Profesor Moeso Suryowinoto ini menurut Budi Daryono sebagai salah satu bentuk penghargaan dari fakultas Biologi kepada Prof Moeso yang telah mendedikasikan hidupnya dalam pengembangan fakultas dan pelestarian anggrek di Indonesia pada era tahun 1970-an.
“Kita membangun lab ini di atas lahan bekas bangunan laboratorium kultur jaringan yang didirikan Prof Moeso dulu dengan menggunakan uang pribadi. Kita ingin mengenang jasa beliau beliau lewat nama bangunan ini," katanya.
Saksikan Video Pilihan Ini: