Generasi Terakhir Penjual Timbangan Jadul di West Kowloon Hong Kong

Toko timbangan jadul ini merupakan salah satu perhentian walking tour di wilayah West Kowloon, Hong Kong.

oleh Asnida Riani diperbarui 11 Mar 2023, 22:00 WIB
Lee Wo Steelyard di West Kowloon, Hong Kong. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Liputan6.com, Hong Kong - Terselip di antara ramai area West Kowloon, Hong Kong, adalah Lee Wo Steelyard. Bila tanpa penjelasan dari pramuwisata walking tour kami, Miranda Chan, saya tidak langsung menyadari apa yang dijual kios kecil tanpa tetangga itu.

Siapa sangka, toko mungil ini merupakan salah satu kios terakhir penjual timbangan jadul China yang tersisa di seantero Hong Kong. Pemiliknya, Nyonya Ho, terlihat baru akan menyantap bekal makan siang ketika rombongan Hong Kong Tourism Board (HKTB) media fam trip sampai di tokonya pada Selasa, 14 Februari 2023 di rangkaian West Kowloon walking tour.

"Nyonya Ho membuka tokonya satu jam lebih awal untuk kita," kata Chan mengawali penjelasan.

Menghalau suhu belasan derajat celcius Hong Kong, perempuan setengah baya ini memakai atasan dan celana panjang, serta puffer vest yang sudah agak kempes. Melihat kami, ia tersenyum ramah dan menutup bungkusan makanannya.

Sementara Chan menjelaskan macam-macam timbangan lawas yang dijajakan kios itu, Nyonya Ho berusaha mendemonstrasikan mengapa setiap timbangan punya ukuran pemberat berbeda. "Yang kecil seperti ini, biasanya dipakai untuk menimbang obat dalam bentuk bubuk atau akar (tanaman herbal)," Chan menjelaskan demonstrasi si pemilik kios.

Di antaranya, saya juga mengenali sempoa yang secara pribadi mengingatkan saya pada masa sekolah dasar. "Oh di Indonesia juga ada ini (sempoa)?" tanya Chan, yang kami jawab dengan, "Iya."

Nyonya Ho dijelaskan memilih berjualan di lokasi ini karena "strategis." "Ini dekat dengan pasar dan wilayah pertokoan, jadi dulu Nyonya Ho bisa mendapat pelanggan dengan mudah," sebut Chan.


Generasi Terakhir Lee Wo Steelyard

West Kowloon, Kowloon, Hong Kong. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Beribu sayang, karena bisnisnya tidak berjalan sebaik dulu, Chan mengatakan bahwa Nyonya Ho tidak ingin anak-anaknya mewarisi bisnis keluarga. Dengan kata lain, perempuan yang telah menghidupkan warisan ayahnya hingga ia berusia 80 tahun-an ini memutuskan jadi generasi terakhir Lee Wo Steelyard.

"Mereka punya kios satu lagi," kata Chan. "Di sana, timbangan-timbangan ini dibuat."

Dalam catatan bisnisnya, Lee Wo Steelyard telah beroperasi selama lebih dari 90 tahun. Nyonya Ho mengambil alih toko dari ayahnya, Tuan Wong, seorang ahli timbangan yang mulai mengasah keterampilannya pada usia 13 tahun.

Timbangan jadul buatan tangan ini bermaterial tulang, kayu, dan baja. Selain menjual produk, mereka juga membuka layanan perbaikan timbangan lama, serta instruksi manual untuk lebih banyak pelanggan amatir.

Diciptakan sekitar tahun 200 SM, timbangan ini digunakan dalam pengaturan tradisional, seperti untuk menimbang bahan oleh praktisi Pengobatan Tradisional Cina, di pasar basah, digunakan tukang emas, dan di dapur restoran.


Walking Tour di West Kowloon

Liu Ma Kee di West Kowloon, Kowloon, Hong Kong. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Lee Wo Steelyard, seperti telah disinggung, merupakan salah satu pemberhentian di rute walking tour kami di West Kowloon Hong Kong. Di antaranya, ada juga Liu Ma Kee yang termahsyur.

Mewarisi bisnis hingga generasi ke-4, keluarga Liu merupakan "Raja Tahu Kacang Basah" yang sudah berjualan selama 116 tahun. Pemilik generasi ketiga, Polo Liu dan istrinya, putra dan putri Nyonya Liu, tumbuh dengan preferensi yang kuat untuk spageti.

Demi memenuhi keinginan mereka, Nyonya Liu bereksperimen menambahkan potongan produk kebanggaannya ke dalam sajian tersebut. Pada 1998, ia berhasil menemukan dan menjual saus carbonara versi Liu Ma Kee. Dengan tumpukan bawang putih yang dicampur tahu kacang basah, itu menggantikan porsi keju di carbonara.

Lalu, pemilik generasi ke-4, Jay Liu, menyiapkan masakan China lainnya dengan produk Liu Ma Kee, seperti ayam sayap Swiss dengan kecap asin, iga kukus dengan saus kacang kuning plum asam, tahu Mapo, dan daging sapi tumis dengan bawang putih kacang hitam.


Pasar Buah yang Muncul di Film-Film Hong Kong

Yau Ma Tei Fruit Market di West Kowloon, Kowloon, Hong Kong. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Yang juga tidak boleh terlewat adalah Yau Ma Tei Fruit Market. Pasar buah ini, menurut saya, bisa mengajak orang "jalan-jalan instan" ke berbagai wilayah di dunia. Pasalnya, semua buah yang dijual merupakan buah impor.

Salah satu yang saya cicip adalah anggur Peru. Sekilas, saya kira itu adalah shine muscat karena visualnya mirip. Daripada asam, rasa buah ini lebih mendekati manis, tapi tidak dalam tahap berlebihan.

Dijelaskan bahwa selama berdekade, buah-buahan tiba di pasar melalui jalur air, sehingga harus diberkati Tin Hau untuk memastikan keamanannya. Festival Tin Hau adalah hari besar, para pedagang akan menuju ke tempat perlindungan topan, menyewa armada, hampir seperti tentara dengan beberapa lusin perahu, menuju ke Kuil Tin Hau di Sai Kung, tempat mereka melakukan ritual perayaan.

Perjamuan besar dengan lebih dari 100 meja akan diselenggarakan pada malam hari di Yau Ma Tei. Pramuwisata yang mendampingi kami, Carolus Chui, menyebut bahwa Yau Ma Tei Fruit Market sebenarnya bukanlah "tempat asing," terutama bagi pecinta film Hong Kong.

"Kalau lihat ada scene gangster kejar-kejaran di latar belakang toko yang tutup, ini kebanyakan syutingnya di sini," ia bercerita.

Red Brick Building di West Kowloon, Kowloon, Hong Kong. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Pesona West Kowloon tentu tidak sampai di situ. Pelancong juga bisa mendapati Cheung Shing Fans Factory, produsen kipas kayu yang melibatkan segudang prosedur buatan tangan; dan Yau Ma Tei Tin Hau Temple & The School di area ini.

Selain itu, terdapat juga Man Kee Chopping Board, Red Brick Building, dan Mrs. Fong Dessert. Jadi, bila ingin melihat wajah lain Hong Kong yang tidak melulu potret metropolis, Anda bisa bertandang ke West Kowloon, di mana napas kehidupan telah berlangsung ratusan tahun.

Wisata urban adalah wisata yang menjadikan ruang-ruang publik kota dan pengalaman hidup di perkotaan sebagai atraksi utama. (Dok: Liputan6.com/Trisyani)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya