Serba-serbi Lempuyang, Bahan Pembuat Jamu yang Bisa Lancarkan Pencernaan

Bahan pembuat jamu, Lempuyang, juga mengandung vitamin C yang bermanfaat memperkuat sistem kekebalan tubuh sekaligus mengurangi peradangan.

oleh Asnida Riani diperbarui 12 Mar 2023, 07:00 WIB
Ilustrasi lempuyang sebagai salah satu bahan pembuat jamu. Credit: pexels.com/Jonis

Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak bahan pembuat jamu dengan manfaat berbeda satu sama lain. Di antaranya ada lempuyang yang salah satu khasiatnya adalah melancarkan pencernaan, menurut Mayo Clinic, dikutip dari situs webnya, Sabtu (11/3/2023).

Lempuyang, yang secara botani diklasifikasikan sebagai Zingiber zerumbet, adalah varietas jahe Asia yang termasuk dalam famili Zingiberaceae. Rimpang tumbuh dari tanaman berdaun yang tingginya mencapai 1,2 meter dan merupakan varietas kuno yang telah digunakan dalam pengobatan alami selama ribuan tahun, papar Specialty Produce.

Tanaman ini merupakan sumber serat untuk merangsang saluran pencernaan. Juga, mengandung potasium untuk menyeimbangkan kadar cairan dalam tubuh, dan vitamin C guna memperkuat sistem kekebalan tubuh sekaligus mengurangi peradangan.

Rimpangnya juga mengandung magnesium untuk mengatur fungsi saraf secara optimal, kalsium untuk membangun tulang dan gigi yang kuat, serta antioksidan yang berguna melindungi sel dari kerusakan lingkungan luar. Dalam pengobatan alami, lempuyang juga dimanfaatkan sebagai obat masuk angin, demam, kelelahan, dan sakit perut.

Rempah ini pun digunakan sebagai pereda sakit gigi dan sakit tenggorokan, atau diberikan pada anak-anak untuk membantu menambah nafsu makan. Lempuyang muda punya rasa pahit yang tipis, sementara saat sudah matang, tumbuhan ini akan terasa sedikit pedas layaknya jahe. 

Tumbuhan lempuyang, atau disebut juga jahe pahit, berasal dari daerah tropis Asia dan Australasia. Tanaman ini telah tumbuh liar sejak zaman kuno, dan tumbuh subur di tempat yang lembap. Juga, sering ditemukan tumbuh di sepanjang daerah yang dipenuhi air, termasuk tepi sungai, aliran sungai, hutan bakau, danau, dan lereng bukit yang lembap dengan tanah yang kaya humus. 


Penyebaran Lempuyang, Salah Satu Bahan Pembuat Jamu

Ilustrasi tumbuhan lempuyang sebagai bahan pembuat jamu. (Ist)

Pada masa-masa awal, lempuyang disebarkan ke seluruh komunitas sebagai tanaman obat, dan orang Polinesia membawa tanaman tersebut dalam kano mereka saat menyeberangi Samudra Pasifik. Lempuyang kemudian ditanam di Hawaii, di pemukiman Polinesia, diangkut orang-orang yang bermigrasi dari waktu ke waktu, akhirnya memperkenalkan tanaman tersebut ke daerah tropis di seluruh dunia.

Lempuyang disebut tidak diproduksi secara komersial, tapi merupakan tanaman hias yang disukai di lanskap tropis. Pengecer lokal di seluruh Asia Tenggara membudidayakan tanaman ini dalam skala kecil, menjual rimpangnya untuk tujuan pengobatan dan kuliner. Tapi, sebagian besar penggunaan jahe pahit berasal dari produksi pekarangan rumah.

Lempuyang ditemukan di seluruh Asia Tenggara, termasuk Myanmar, Laos, Vietnam, Thailand, Kamboja, Malaysia, dan Indonesia; Sri Lanka; India; bagian selatan China, Taiwan, Australia, Oseania, Hawaii, Florida Selatan, dan Amerika Tengah.

Tidak hanya tentang bahan pembuatnya, jamu di Indonesia juga soal memperdayakan komunitas, terutama para perempuan. Di peringatan Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret 2023, Vogue AS memilih menyoroti peran perempuan Indonesia dalam melestarikan jamu.

Dalam ulasannya, dikutip dari situs web publikasi itu, 9 Maret 2023, pihaknya menulis, "Saat itu pukul 04.30 pagi yang tenang di Sugihan, sebuah desa kecil di Solo, Pulau Jawa, Indonesia. Sebelum ketiga anaknya bangun untuk sekolah, Mulatsih (40) berjongkok di bangku di atas lesung kayu dan alu batu, sementara air dan gula mendidih di panci di sampingnya."


Perempuan Sebagai Penjual Jamu Gendong

Ilustrasi bahan-bahan pembuat jamu. (dok. pexels/Glaucio Guerra)

 

Dalam ulasannya, dikutip dari situs web publikasi itu, Kamis, 9 Maret 2023, pihaknya menulis, "Saat itu pukul 04.30 pagi yang tenang di Sugihan, sebuah desa kecil di Solo, Pulau Jawa, Indonesia. Sebelum ketiga anaknya bangun untuk sekolah, Mulatsih (40) berjongkok di bangku di atas lesung kayu dan alu batu, sementara air dan gula mendidih di panci di sampingnya."  

Ia menggiling nasi dan kencur untuk membuat jamu beras kencur, "ramuan yang menyembuhkan segala penyakit mulai dari sakit tenggorokan hingga sakit perut," catat outlet itu. "Jamu adalah tentang kesehatan yang dapat diakses, dan itulah yang membuatnya begitu kuat. Itu bukan hanya minuman, namun konsep merawat diri sendiri," kata Metta Murdaya, pendiri lini kecantikan berbasis jamu, Juara, sekaligus penulis buku Jamu Lifestyle: Indonesian Herbal Wellness Tradition.

Mulatsih bercerita, "Saya suka membuat jamu karena membantu orang, dan membuat saya terhubung dengan masyarakat." Setiap hari sebelum fajar, ia menyeduh ramuan jamu yang berbeda, menuangkannya ke dalam botol kaca, dan saat ayam jantan mulai berkokok dan matahari mulai terbit, berangkat untuk berjualan hari itu.

Perempuan-perempuan ini telah lama dikenal sebagai penjual jamu gendong. Secara historis, rangkum Vogue AS, wanita penjual jamu gendong membawa sebanyak 12 botol kaca sekaligus dalam keranjang bambu yang diikatkan ke punggung dengan selendang saat berjalan berkilometer jauhnya. 


Jamu Jadi Resep Warisan

Ilustrasi membuat jamu tradisional. (Photo by Katherine Hanlon on Unsplash)

Selama beberapa dekade terakhir, penjual jamu gendong yang lebih modern, seperti Mulatsih, telah beralih ke sepeda motor untuk memaksimalkan mobilitas dan jangkauan jarak. Namun, jamu-jamu dagangannya tetap merujuk pada resep warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi yang diajarkan di rumah.

"Kebersamaan itu sangat penting, dan tradisi (membuat jamu) itu sendiri diturunkan melalui perempuan," kata Metta. Seperti kebanyakan perempuan penjual jamu gendong, Mulatsih belajar membuat jamu dari ibunya, Giyem. Ia jadi janda di usia muda dan membutuhkan pekerjaan untuk menghidupi keluarga dan menyekolahkan dua anaknya, termasuk Mulatsih.

Saat berkabung, seorang teman menyarankan agar Giyem jadi penjual jamu gendong. "Ia berkata, 'Bu, kamu harus ikut denganku dan menjual jamu. Aku akan mengajarimu!'" kenang Giyem. "Saya melawan patah hati, tapi berkata, 'Oke, saya ingin membuat jamu dan mencoba melupakan (sakit hati saya.)' Hati saya tersiksa, tapi saya terus bergerak."

Baginya, gerakan ini mengubah hidup dan sangat berarti. "Itulah kisah komunitas, bagaimana kami percaya dan mendukung satu sama lain," katanya.

Infografis jamu populer di Indonesia. (Dok: Liputan6.com Tim Grafis)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya