Liputan6.com, Jakarta PT KAI Commuter (KCI) menambah operasional pelayanan perjalanan KRL Jabodetabek mulai Senin, 13 Maret 2023. Perseroan mengoperasikan perjalanan KRL commuterline sebanyak 1.100 tiap harinya mulai pukul 04.00-24.00 WIB dengan 98 rangkaian.
Jumlah itu bertambah dari sebelumnya sudah mengoperasikan sebanyak 1.091 perjalanan pada awal Maret 2023. Adapun mulai awal tahun, KAI Commuter mengoperasikan sebanyak 1.081 perjalanan KRL commuterline.
Advertisement
VP Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba menyampaikan, dengan penambahan jadwal ini, pada lintas Bogor terdapat 2 penambahan perjalanan yang sebelumnya sebanyak 387 menjadi 389 perjalanan setiap hari. Sedangkan pada lintas Bekasi, perjalanan bertambah 7 perjalanan yang sebelumnya 291 menjadi 298 perjalanan per harinya.
"Sementara itu perjalanan lintas Rangkasbitung tetap 219 perjalanan, lintas Tangerang sebanyak 108 perjalanan, dan lintas Tanjung priok tetap sebanyak 86 perjalanan tiap harinya," jelas Anne, Senin (13/3/2023).
KAI Commuter juga tetap menjalankan KA Feeder tambahan relasi Manggarai-Angke/Kampung Bandan PP sebanyak 37 perjalanan tiap hari. Optimalisasi juga dilakukan pada lintas Rangkasbitung dengan memperpanjang beberapa relasi perjalanan Tanah Abang-Parung Panjang menjadi relasi Tanah Abang-Tigaraksa untuk kembali menjadi commuteline Tigaraksa-Serpong/Tanah Abang.
"Sedangkan pada lintas Bekasi juga dilakukan optimalisasi jarak dan waktu tempuh perjalanan KRL commuterline," imbuh Anne.
Pengguna KRL Naik
Anne menyampaikan, penambahan jadwal perjalanan tersebut, seiring dengan tren volume pengguna JRL yang terus bertambah. Tercatat, total volume pada hari kerja pekan kemarin (6-10 Maret 2023) sebanyak 4.216.242 orang, atau rata-rata 843.248 orang per harinya.
"Angka tersebut naik sebesar 5 persen jika dibanding dengan total volume satu minggu sebelumnya (27 Februari-3 Maret) yaitu sebanyak 4.006.612 orang atau rata-rata 801.322 orang per harinya. KAI Commuter juga mencatat Senin, 6 Maret 2023 merupakan volume pengguna harian terbanyak yaitu sebanyak 885.197 orang," terangnya.
Ketimbang Impor, Menperin Pilih Retrofit KRL Lama
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) hingga saat ini belum memberikan restu terkait impor KRL atau kereta bekas dari Jepang. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pihaknya tengah mengutamakan untuk melakukan retrofit terhadap KRL lama.
Menurut Agus, KRL lama masih bisa dilakukan pembaharuan dengan teknologi baru, oleh karena itu masih bisa digunakan kembali. "Jangan salah ya, pemerintah memutuskan retrofit," ujar Agus kepada wartawan, Jakarta, Kamis (9/3).
Dia menjelaskan, sebelum melakukan retrofit pihaknya akan melakukan audit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam kurun waktu 10 hari untuk mengetahui berapa banyak kereta yang bisa diperbaharui.
"Nanti kita lihat dari hasil auditnya berapa banyak, yang bisa kita retrofit sebanyak-banyaknya akan kita retrofit. Kenapa kita retrofit? supaya tenaga kerjanya kan ada di Indonesia," kata dia.
Namun, apabila kemampuan retofitnya terbatas, maka tidak menutup kemungkinan akan melakukan impor. "Maka ada pilihan hybrid yakni retrofit dan impor," tegasnya.
Transportasi UtamaSebagai informasi, kereta Rel Listrik atau KRL selama ini menjadi transportasi andalan utama bagi warga Jabodetabek untuk melakukan bepergian kemanapun, termasuk dalam bekerja. Karena menjadi andalan, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) sudah melakukan pemesan KRL pengganti sebanyak 16 rangkaian di tahun 2024. Rangkaian ini menggantikan 10 rangkaian yang akan pensiun di 2023.
Di satu sisi, pemerintah ingin PT KCI memesan KRL Jabodetabek buatan dalam negeri yaitu dari PT INKA. Namun, PT Inka baru menyanggupi penyediaan KRL pesanan PT KCI di tahun 2025 dengan harga yang tinggi yakni sebesar Rp4 triliun.
Sedangkan apabila PT KCI melakukan impor rangkaian kereta bekas Jepang hanya membutuhkan biaya Rp 150 miliar.
Kendati demikian, proses perizinan impor KRL bekas ternyata sangat rumit. Kementerian Perindustrian menolak usulan KCI untuk mengimpor rangkaian kereta bekas dari Jepang dan tetap meminta perseroan tersebut membeli produk dalam negeri.
Advertisement
Impor KRL Bekas Jepang Memang Murah, Tapi Bikin KCI Jadi Kanibal
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, tak ingin PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) ke depan terlalu bergantung pada impor KRL bekas Jepang.
Pertama, ia khawatir penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang gencar dikampanyekan pemerintah berakhir sia-sia.
"Impor jangan kebablasan, kurang menghargai produk dalam negeri dan kemampuan bangsa sendiri. Sekarang masa transisi, mulailah berbenah. Impor barang bekas itu murah tapi juga harus diakhiri," tegas Djoko dalam keterangan tertulis, Minggu (5/3/2023).
Djoko tak memungkiri, impor KRL bekas Jepang meman murah. Namun, ongkos perawatannya mahal, plus banyak suku cadang yang asal Jepang sulit didapat.
"Murah di awal tapi perawatan mahal. Pegawai PT KCI pada mengeluh cari suku cadangnya sudah tidak diproduksi di Jepang, akhirnya kanibal (ambil suku cadang dari kereta lain)," tuturnya.
Metode SandwichGuna menambal kebutuhan KRL yang sudah habis masa pakainya, Djoko menyarankan untuk menggunakan metode sandwich. Dalam artian, tidak sepenuhnya mengandalkan impor, tapi sebagian bisa pesan kereta produksi PT INKA.
"Sebaiknya, jika kebutuhan PT KCI 10 trainset per tahun, maka diadakan KRL bekas 8 trainset, baru dari INKA 2 trainset. Perbandingan ini makin lama komposisi barunya bertambah, karena PT INKA pun juga tidak akan bisa memenuhi kebutuhan. Misalnya 10 trainset dalam setahunnya. Karena masa produksi memerlukan waktu yang cukup," paparnya.
"Keuntungannya, setiap tahun INKA dapat order produksi KRL baru, dan kebutuhan operasi KRL PT KCI terpenuhi. Dengan memproduksi rutin KRL setiap tahun, maka diharapkan kualitas produk PT INKA juga semakin baik," imbuh Djoko.
Soal Impor KRL Bekas dari Jepang, Menperin: Jangan Diulang Lagi
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita buka suara mengenai rencana impor KRL bekas Jepang. Menurutnya, hal itu masih bisa menjadi opsi yang bisa diambil.
Hanya saja, Menperin Agus menegaskan kalau hal ini jangan sampai terulang lagi. Mengingat ada upaya untuk meningkatkan penggunaan produk-produk dalam negeri.
"Importasi tetap ada dalam opsi, walaupun tidak prioritas (apalagi barang bekas)," ujar dia dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Sabtu (4/3/2023).
Kendati begitu, Agus menyarankan kalau kebijakan yang diambil bisa dengan menambah teknologi atau sistem baru pada sistem lama, dalam konteks ini KRL yang sudah ada. Ini biasa disebut dengan sistem retrofit.
Jika memang adanya impor, dia ingin ada gabungan kebijakan antara penambahan teknologi baru dengan KRL hasil impor.
"Kebijakan bisa berupa retrovit atau gabungan antara retrovit dan importasi," ungkapnya.
Advertisement