Silicon Valley Bank Bangkrut, Perusahaan Kripto Circle Terdampak

Circle yang berbasis di Boston mengatakan pekan lalu telah memindahkan persentase kecil dari simpanan cadangan USDC.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 13 Mar 2023, 11:10 WIB
Investor dan trader kripto telah waspada minggu ini untuk tanda-tanda penularan di sektor keuangan dan di luar masalah untuk Silicon Valley Bank dan Silvergate llustrasi Kripto atau Crypto. Foto: Freepik

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan di balik kripto stablecoin USD Coin (USDC), Circle memiliki USD 3,3 miliar atau setara Rp 50,9 triliun (asumsi kurs Rp 15.450 per dolar AS) cadangan USDC di Silicon Valley Bank (SVB) yang bangkrut.

Dilansir dari CNBC, Senin (13/3/2023), pengumuman perusahaan datang setelah Silicon Valley Bank runtuh pada Jumat dalam kegagalan bank terbesar sejak krisis keuangan 2008, mengguncang pasar global dan membuat miliaran dolar menjadi milik perusahaan dan investor.

Investor dan trader kripto telah waspada minggu ini untuk tanda-tanda penularan di sektor keuangan dan di luar masalah untuk SVB dan Silvergate yang berfokus pada kripto, yang minggu ini mengungkapkan rencana untuk menghentikan operasi dan secara sukarela melikuidasi.

Circle yang berbasis di Boston mengatakan pekan lalu telah memindahkan persentase kecil dari simpanan cadangan USDC yang disimpan di Silvergate ke mitra perbankan lainnya.

Circle mengatakan dalam cuitan di Twitter, perusahaan dan USDC terus beroperasi secara normal sambil menunggu untuk melihat bagaimana penerima SVB akan memengaruhi deposannya. 

Setelah kejatuhan bank Silicon Valley beberapa perusahaan kripto besar berbondong-bondong membuat pemberitahuan di Twitter yang mengatakan mereka tidak terdampak sama sekali.

Kepala eksekutif pertukaran cryptocurrency Binance mengatakan dalam sebuah cuitan pada Jumat tidak ada dampak bagi perusahaan dari runtuhnya Silicon Valley Bank. Begitu juga dengan CEO perusahaan kripto, Tether Paolo Ardoino yang mengatakan perusahaannya tidak terdampak.

Selain itu, penerbit Stablecoin Paxos dan pertukaran kripto Gemini juga menulis cuitan mereka tidak memiliki hubungan apapun dengan bank Silicon Valley.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


AS Tutup Silicon Valley Bank, Salah Satu Kegagalan Bank Terbesar Sejak Krisis Keuangan Global

Silicon Valley Bank (Foto:Instagram @siliconvalleybank)

Regulator keuangan Amerika Serikat (AS) telah menutup Silicon Valley Bank (SVB) dan mengambil kendali atas depositonya. Hal itu diumumkan Federal Deposit Insurance Corp pada Jumat, 10 Maret 2023.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (11/3/2023), penutupan Silicon Valley Bank merupakan kegagalan bank terbesar di Amerika Serikat (AS) sejak krisis keuangan global lebih dari satu dekade lalu. Runtuhnya SVB, pemain kunci dalam komunitas teknologi dan modal ventura membuat perusahaan dan individu kaya tidak yakin apa yang akan terjadi dengan uangnya.

Berdasarkan siaran pers dari regulator,the California Department of Financial Protection and Innovation menutup SVB dan menyebutkan FDIC sebagai penerima. FDIC pada gilirannya telah menciptakan the Deposit Insurance National Bank of Santa Clara, yang sekarang memegang simpanan yang diasuransikan Silicon Valley Bank.

Dalam pengumumkan FDIC mengatakan, deposan yang diasuransikan akan memiliki akses ke simpanan paling lambat Senin pagi, 13 Maret 2023. Kantor cabang SVB juga akan dibuka kembali pada saat itu, di bawah kendali regulator. Berdasarkan siaran pers, pemeriksaan SVB akan terus dilakukan.

Asuransi standar FDIC mencakup hingga USD 250.000 per deposan, per bank untuk setiap kategori kepemilikan akun. FDIC mengatakan deposan yang tidak diasuransikan akan mendapatkan sertifikat penerima untuk saldo mereka.

Regulator mengatakan akan membayar dividen lanjutan kepada deposan yang tidak diasuransikan pada pekan depan dengan potensi pembayaran dividen tambahan karena regulator menjualan aset SVB.

Apakah deposan dengan lebih dari USD 250.000 pada akhirnya mendapatkan semua uang mereka kembali akan ditentukan oleh jumlah uang yang didapat regulator saat menjual aset Silicon Valley atau jika bank lain mengambil alih kepemilikan aset yang tersisa.

Ada kekhawatiran dalam komunitas teknologi hingga proses itu terungkap, beberapa perusahaan mungkin mengalami masalah dalam membuat daftar gaji.


Salah Satu Kegagalan Bank Terbesar di AS

Silicon Valley Bank (SVB) (Foto: Instagram @siliconvalleybank)

Pada akhir Desember, SVB memiliki aset sekitar USD 209 miliar dan total simpanan USD 175,4 miliar, menurut siaran pers. FDIC mengatakan, tidak jelas bagian mana dari simpanan itu yang berada di atas batas asuransi.

Kegagalan bank Amerika Serikat terakhir sebesar ini adalah Washington Mutual pada 2008 yang memiliki aset USD 307 miliar.

SVB adalah bank besar untuk perusahaan yang didukung ventura yang sudah berada di bawah tekanan karena suku bunga yang lebih tinggi dan perlambatan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO)  yang mempersulit untuk mengumpulkan uang tunai tambahan.


Dampak Penutupan SVB

Penutupan SVB tidak hanya berdampak pada simpanan, tetapi juga fasilitas kredit dan bentuk pembiayaan lainnya.  FDIC mengatakan, kreditur harus terus melakukan pembayaran seperti biasa.

Langkah tersebut merupakan kejatuhan cepat untuk SVB. Pada Rabu, bank mengumumkan akan mencari modal tambahan lebih dari USD 2 miliar atau sekitar Rp 30,95 triliun (asumsi kurs Rp 15.475 per dolar AS) setelah menderita kerugian USD 1,8 miliar atau Rp 27,8 triliun dari penjualan aset.

Infografis: Persaingan Ketat, Ekosistem Bank Digital Harus Kuat (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya