Liputan6.com, Banyuwangi - Festival Coklat Banyuwangi kembali digelar di Doesoen Kakao di kawasan Perkebunan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII Kendenglembu, Kecamatan Glenmore, Sabtu dan Minggu kemarin.
Festival tahunan ini menyuguhkan serba-serbi dunia kakao-coklat kepada ratusan pengunjung sekaligus dirilis paket berwisata Doesoen Kakao Glenmore.
Advertisement
Festival juga diramaikan bermacam suguhan dan atraksi. Ada juga lomba lari Kakao Run, lomba gebyar Tari Barong, pertunjukan paralayang, hingga lomba kuliner olahan coklat.
Aneka suguhan-atraksi itu dikemas dengan konsep yang berbeda, sehingga membuat festival kali ini lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya.
Kakao Run diikuti oleh ratusan siswa SD hingga SMA. Sementara gebyar Tari Barong dimeriahkan puluhan seniman cilik dari SD se-Banyuwangi.
Atraksi paralayang dilakukan oleh para pencinta olahraga aerosport. Sementara lomba kuliner olahan coklat ikuti oleh sekitar 35 usaha mikro kecil menengah dan instansi.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan, Festival Kakao Banyuwangi merupakan salah satu festival yang ditunggu-tunggu masyarakat dari serangkaian Banyuwangi Festival (B-Fest).
Festival Coklat Banyuwangi tak bisa digelar secara biasa-biasa saja. Masyarakat membutuhkan suguhan-suguhan baru yang unik agar selalu tertarik datang setiap tahun.
"Festival harus punya nilai lebih. Tidak hanya mempromosikan cokelat saja, tapi juga mengembangkan potensi yang ada seperti usaha kecil produksi pengolahan coklat milik masyarakat yang ditampilkan dalam festival ini," kata Ipuk.
Ia berharap, festival ini akan terus menguatkan posisi Banyuwangi sebagai salah satu daerah penghasilan kakao terbaik di dunia.
Perkebunan kakao di Banyuwangi salah satunya menghasilkan kakao edel (Fine cocoa), salah satu varian kakao terbaik dan termahal di dunia.
Perkebunan kakao di Banyuwangi telah mengekspor kakao jenis itu ke berbagai negara di Eropa, seperti Swiss dan Belanda. Di Jawa Timur, kakao jenis ini hanya bisa ditemukan di Banyuwangi.
Dalam festival itu, Ipuk mendatangi satu demi satu stan yang memamerkan hasil olahan cokelat. Mereka berlomba untuk menyajikan kuliner terbaik.
Oleh mereka, cokelat-cokelat diolah menjadi aneka makanan-minuman. Seperti permen, puding, kue basah, kue kering, milkshake, kolak, hingga mie goreng dengan tambahan bumbu cokelat.
Festival Coklat Pesta Rakyat
Direktur PTPN XII Peni Siwi menambakan, Festival Cokelat Glenmore merupakan pagelaran pesta rakyat. Festival ini hasil kolaborasi yang melibatkan Pemkab Banyuwangi, PTPN, dan masyarakat.
Peni memastikan PTPN akan mendukung program pengembangan wisata yang digagas pemerintah daerah.
"Apa saja yang bisa digali dari PTPN XII untuk membangkitkan pariwisata di Banyuwangi, kami siap mendukung. Ini untuk menumbuhkan ekonomi dan UMKM," kata Peni, dalam kesempatan yang sama.
Ia berharap, Festival Cokelat Banyuwangi yang digelar setiap tahun akan turut memajukan agrowisata di Banyuwangi.
Dalam kesempatan itu, juga dirilis paket wisata Glenbaru (Glenmore - Kalibaru). Trip yang menjual wisata yang ada di Kecamatan Glenmore dan Kalibaru. Pada masa penjajahan Belanda, lokasi ini adalah tempat favorit Belanda untuk bersantai sembari menikmati alamnya yang indah dan menyeruput coklat hangat dengan panorama Gunung Raung.
Para pengunjung akan diajak mengeksplorasi kebun kakao, menilik proses pengolahan biji kakao hingga menjadi cokelat, dan mencicip aneka produk hasil olahannya. Swkaligus juga mengelilingi kebun kopi yang terkenal di sana.
Doesoen Kakao yang dikelola PTPN XII memiliki luas lahan perkebunan sekitar 223 hektare untuk tanaman kakao edel. Produksinya tiap bulan sekitar 1-2 ton. Kakao diproses menjadi tiga kriteria dengan tingkatan mutu berbeda.
Mayoritas kakao dikirim ke luar negeri. Sebagian lagi dijual untuk memenuhi kebutuhan industri hilir di pasar dalam negeri
Advertisement