Liputan6.com, Jakarta - Silicon Valley Bank (SVB) bangkrut pada Jumat, 10 Maret 2023 waktu Amerika Serikat (AS) akibat krisis modal yang menyebabkan kegagalan terbesar kedua dari sebuah lembaga keuangan dalam sejarah Amerika Serikat. Lantas, bagaimana dampaknya terhadap Indonesia, terutama pasar modal?
Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis menilai dampak penutupan Silicon Valley Bank hanya mengganggu psikologis dari para investor. Lantaran, ditakutkan adanya kekhwatiran mengenai suku bunga yang tinggi dan kekhawatiran terhadap sektor teknologi.
Advertisement
"Dampak penutupan silicon valley bank hanya pada terganggunya psikologis dari pelaku pasar saja," kata Abdul saat dihubungi Liputan6.com, Senin (13/3/2023).
Sementara itu, Founder WH Project, William Hartanto mengatakan, keruntuhan Silicon Valley Bank kemungkinan membuat panic selling (menjual karena panik). Namun, hal itu sifatnya hanya sementara.
"Karena pasar juga sudah sangat sepi perdagangannya, jadi kalaupun ada panic selling maka saham yang bisa dijual pun hanya sedikit," kata William.
Menurut ia, dampak Silicon Valley Bank ini tidak begitu signifikan. Lantaran, tidak ada indikasi yang sama pada perbankan di Indonesia. "Jadi mungkin saja ada pelemahan, namun menurut saya terbatas dan tidak berlangsung lama," kata dia.
Head of Research Aldiracita Sekuritas Agus Pramono mengatakan, pihaknya tidak melihat dampak langsung dari keruntuhan Silicon Valley Bank karena perbankan Indonesia memiliki struktur aset produktif yang berbeda dengan bank tersebut.
"(Perbankan Indonesia) memiliki surat berharga yang lebih banyak dari pinjaman diberikan dan rugi ketika suku bunga naik," ujar Agus.
Karyawan Silicon Valley Bank Terima Bonus Sebelum Kolaps
Sebelumnya, karyawan Silicon Valley Bank (SVB) menerima bonus tambahan pada Jumat, 10 Maret 2023, hanya beberapa jam sebelum regulator menyita bank yang gagal tersebut. Hal itu berdasarkan sumber yang mengetahui isu tersebut.
Dikutip dari CNBC, Minggu (12/3/2023), Silicon Valley Bank, yang berbasis di Santa Clara, California ini secara historis telah membayar bonus karyawan pada Jumat, 10 Maret 2023, menurut sumber. Pembayaran itu untuk pekerjaan yang dilakukan pada 2022 dan telah diproses beberapa hari sebelum bank runtuh.
Pada 2023, hari pembagian bonus kebetulan jatuh pada hari terakhir kemerdekaan Silicon Valley Bank (SVB). Lembaga tersebut, dalam pergolakan bank yang dipicu oleh investor modal ventura dan pendiri startup yang panik, dan disita oleh the Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) pada Jumat siang, 10 Maret 2023.
Selain itu, CEO SVB Greg Becker berbicara kepada karyawan dalam video dua menit kalau tidak lagi membuat keputusan di bank yang berusia 40 tahun itu, menurut sumber.
Silicon Valley Bank, adalah salah satu bank dengan memiliki bayaran tertinggi untuk karyawan pada 2018. Karyawan mendapatkan rata-rata USD 250.683 atau sekitar Rp 3,87 miliar (asumsi kurs Rp 15.468 per dolar AS) pada saat itu, menurut Bloomberg.
Setelah penyitaan, FDIC menawarkan karyawan Silicon Valley Bank 45 hari kerja. Bank memiliki 8.528 karyawan per Desember 2022. Adapun seorang juru bicara FDIC menolak komentar mengenai bonus itu.
Advertisement
Silicon Valley Bank Kolaps pada Jumat 10 Maret 2023
Sebelumnya, Silicon Valley Bank runtuh pada Jumat, 10 Maret 2023 waktu AS akibat krisis modal yang menyebabkan kegagalan terbesar kedua dari sebuah lembaga keuangan dalam sejarah AS.
Dilansir dari CNN, Sabtu (11/3/2023), regulator California menutup pemberi pinjaman teknologi dan menempatkannya di bawah kendali US Federal Deposit Insurance Corporation. FDIC bertindak sebagai penerima, yang biasanya berarti akan melikuidasi aset bank untuk membayar kembali pelanggannya, termasuk deposan dan kreditur.
Pada Rabu,8 Maret 2023, SVB mengumumkan telah menjual banyak sekuritas dengan kerugian dan akan menjual USD 2,25 miliar atau setara Rp 34,8 triliun saham baru untuk menopang neracanya.
Itu memicu kepanikan di antara perusahaan modal ventura utama, yang dilaporkan menyarankan perusahaan untuk menarik uang mereka dari bank. Saham perusahaan jatuh pada Kamis, menyeret bank lain ke bawah.
Pada Jumat, saham Silicon Valley Bank dihentikan dan telah mengabaikan upaya untuk segera mengumpulkan modal atau mencari pembeli. Beberapa saham bank lainnya untuk sementara juga dihentikan, termasuk First Republic, PacWest Bancorp, dan Signature Bank.
Penurunan Silicon Valley Bank sebagian berasal dari kenaikan suku bunga agresif Federal Reserve selama setahun terakhir. Ketika suku bunga mendekati nol, bank memuat obligasi atau surat utang jangka panjang yang tampaknya berisiko rendah.
Namun, ketika the Fed menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi, nilai aset tersebut telah jatuh, membuat bank-bank duduk dengan kerugian yang belum direalisasi.
Suku bunga yang lebih tinggi memukul teknologi dengan sangat keras, mengurangi nilai saham teknologi dan membuatnya sulit untuk mengumpulkan dana. Itu mendorong banyak perusahaan teknologi untuk menarik simpanan yang dipegang di SVB untuk mendanai operasi mereka.