Liputan6.com, Jakarta - Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) memberikan penawaran kepada karyawan Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS) untuk bekerja 45 hari kerja dan 1,5 kali gaji. Penawaran tersebut datang menyusul Silicon Valley Bank bangkrut.
Mengutip CNN Business, Senin (13/3/2023) FDIC mengatakan bahwa penawaran itu merupakan praktik standar dan salah satu langkah pertama yang diambil lembaga pemerintah independen setelah ditunjuk sebagai pengendali aset-aset bank.
Advertisement
Laporan Axios mengatakan, karyawan SVB di AS juga menerima bonus tahunan mereka pada hari Jumat (10/3/2023), hanya beberapa jam sebelum FDIC mengambil alih pemberi pinjaman yang bangkrut.
Dilaporkan juga bahwa, karyawan, kecuali pekerja penting dan cabang diminta untuk bekerja dari jarak jauh. Silicon Valley Bank diketahui memiliki lebih dari 8.500 karyawan pada akhir tahun 2022.
Perusahaan mengatakan kantor utamanya dan 17 cabang Silicon Valley Bank yang berada di California dan Massachusetts akan dibuka kembali pada Senin (13/3) waktu setempat.
Silicon Valley Bank Krisis Modal
Seperti diketahui, Silicon Valley Bank kolaps pada Jumat pagi setelah 48 jam dikabarkan mengalami krisis modal. Sejumlah media menyebut keruntuhan bank tersebut sebagai yang terbesar kedua sejak tahun 2008.
Regulator di California kemudian menutup SVB, dengan FDIC yang ditunjuk sebagai pengendali, melikuidasi aset bank dan membayar kembali pelanggannya.
"Kondisi Silicon Valley Bank memburuk begitu cepat sehingga tidak bisa bertahan hanya lima jam lagi," kata CEO Better Markets, Dennis M. Kelleher.
"(Keruntuhan) itu karena deposan menarik uang mereka begitu cepat sehingga bank bangkrut, dan penutupan tidak dapat dihindari karena penarikan besar besaran," pungkasnya.
Kronologi Silicon Valley Bank Kolaps, Keruntuhan Bank AS Terbesar Sejak 2008
Silicon Valley Bank (SVB) tengah menjadi sorotan karena mengalami kebangkrutan bank terbesar di Amerika Serikat sejak tahun 2008.
Melansir CNN Business, Senin (13/3/2023) kolapsnya SVB menyusul serangkaikan kenaikan suku bunga Federal Reserve yang agresif ntuk menjinakkan inflasi.
Langkah itu mendorong biaya pinjaman yang tinggi, melemahkan momentum saham teknologi yang menguntungkan SVB.
Pada saat yang sama, modal ventura mulai mengering, memaksa para pengusaha start up untuk menarik dana yang disimpan di SVB.
Awal runtuhnya SVB mulai terlihat pada 8 maret 2023, ketika SVB mengumumkan telah menjual sejumlah sekuritas yang mengalami kerugian.
Disebutkan, ada USD 2,5 miliar atau Rp. 38,4 triliun saham baru yang akan dijual untuk menopang neraca keuangan. Kabar tersebut pun memicu kepanikan di antara pemodal perusahaan ventura utama, mendorong perusahaan pemodal menarik dana dari SVB.
Kemudian pada 9 maret 2023, nilai saham SVB anjlok, dan menyeret sejumlah bank lainnya ikut jatuh. Di hari berikutnya, saham SVB dihentikan dan memberhentikan upaya meningkatkan modal atau mencari pembeli.
Regulator di California akhirnya menutup SVB, setelah mengalami krisis modal selama 48 jam. Federal Deposit Insurance Corporation kemudian ditunjuk sebagai pengendali, dan mengambil alih simpanan sekitar USD 175 miliar atau sekitar Rp. 2,6 kuadriliun di bank tersebut.
Nasabah ketar ketir
Situasi di SVB juga telah membuat sejumlah perusahaan khawatir akan dana yang mereka simpan di SVB.
"Saya sedang dalam perjalanan ke cabang untuk mencari uang saya sekarang. Mencoba mentransfernya kemarin tidak berhasil. Anda tahu saat-saat di mana Anda mungkin benar-benar kacau tetapi Anda tidak yakin? Ini salah satunya momennya," ungkap seorang pendiri start-up, dikutip dari BBC.
Advertisement
Departemen Keuangan AS Pantau Situasi Runtuhnya SVB
Saat berbicara di Washington pada Jumat, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan bahwa pihaknya sedang memantau "perkembangan terakhir" di Silicon Valley Bank dan lainnya "dengan sangat hati-hati".
Dia kemudian bertemu dengan regulator perbankan terkemuka, di mana Departemen Keuangan mengatakan dia menyatakan "keyakinan penuh pada regulator perbankan untuk mengambil tindakan yang tepat sebagai tanggapan dan mencatat bahwa sistem perbankan tetap tangguh".
Pemerintah AS Putuskan Tak Akan Bailout Sillicon Valley Bank
Tak lama setelah pernyataannya, Menteri Keuangan Janet Yellen mengumumkan bahwa pemerintah federal tidak akan memberikan bailout bagi investor Silicon Valley Bank setelah bank itu tiba-tiba tutup.
Namun, regulator keuangan "Khawatir" tentang dampaknya terhadap deposan dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka.
"Selama krisis keuangan, ada investor dan pemilik bank besar sistemik yang ditebus,” ujar Janet Yellen dalam wawancara dengan Face the Nation, dikutip dari CBS News, Minggu (12/3/2023).
"Dan reformasi yang telah diberlakukan berarti kami tidak akan melakukannya lagi. Tapi kami prihatin dengan deposan dan fokus untuk mencoba memenuhi kebutuhan mereka," ia menambahkan.
Advertisement