Liputan6.com, Mahakam Ulu - Mama Aldo, panggil saja demikian, adalah seorang ibu kos di Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Bukan kos biasa, tapi jika dilihat harganya tentu terbilang mewah.
Nama aslinya Lusia Tuko Ding, warga asli yang tinggal di hulu Sungai Mahakam, jauh di pedalaman Kalimantan. Perempuan berusia 47 tahun itu rela menolak kamar kos dan rumah sewaannya diambil penyewa.
Dia memilih memberikan sejumlah kamar yang harusnya menghasilkan cuan untuk diberikan ke siswa kelas XII SMA Negeri 1 Long Bagun yang sedang melaksanakan ujian secara gratis. Beberapa siswa itu memang tinggal cukup jauh sehingga terkadang kesulitan untuk sampai ke sekolah tepat waktu.
Baca Juga
Advertisement
“Ada dua kamar kos dan dua rumah bangsalan yang saya berikan ke anak-anak itu. Rumah mereka jauh,” sebut Mama Aldo via telepon kepada Liputan6.com, Senin (13/3/2023).
Harga sewanya pun fantastis. Harganya ada yang mencapai Rp1,7 juta per bulan.
Mama Aldo merelakan dua kamar kos dan dua rumah bangsalan untuk siswa-siswi tersebut. Totalnya ada 18 siswa yang terdiri dari 12 siswi dan 6 siswa.
“Mereka maunya satu kamar ramai-ramai. Tapi mereka mau ujian, bagaimana berlajarnya kalau ramai,” katanya saat ditanya jumlah kamar yang digratiskan tersebut.
Dia bercerita, banyak siswa yang bersekolah di SMA Negeri 1 Long Bagun berasal dari desa-desa di sekitar Kampung Ujoh Bilang. Jaraknya variatif dan tentu dengan kondisi jalan yang tak segampang diperkirakan orang kota.
Atas alasan itu, saat ujian Mama Aldo rela menggratiskan kos miliknya untuk siswa yang ikut ujian. Dia bahkan menolak sejumlah orang yang mau menyewa.
Simak juga video pilihan berikut:
Pengalaman Masa Lalu
Mama Aldo bercerita, dahulu di Kabupaten Mahakam Ulu tidak ada Sekolah Menengah Atas. Tempat tinggalnya dulu masih menjadi bagian dari Kabupaten Kutai hingga pada 2013 silam dimekarkan menjadi daerah otonomi baru.
Untuk menempuh pendidikan tersebut, Mama Aldo harus ke Samarinda, ibukota Provinsi Kaltim untuk melanjutkan sekolahnya. Dia kemudian sekolah di salah satu SMK Negeri di kota tersebut dan tentu harus menyewa rumah atau kamar kos.
“Namanya anak petani, tentu harus memilih rumah sewaan yang murah. Itu pun harus siapkan uang untuk angkot,”kenangnya.
Sebagai anak petani di pedalaman Kalimantan, tentu harus beririt saat tinggal di kota. Di akhir bulan, tak jarang Mama Aldo harus jalan kaki dari sekolah ke rumah sewaan.
“Uang sisa untuk sekali berangkat ke sekolah, pulangnya jalan kaki . Dari sekolah jam 5 sore, sampai rumah jam 7 malam,” sebutnya.
Pengalaman itulah yang kemudian mendorong Mama Aldo untuk membantu siswa di SMA Negeri 1 Long Bagun saat menempuh ujian. Pengalaman masa lalunya yang susah, membuatnya tergerak untuk ikut membantu warga yang anaknya kesulitan belajar di masa ujian.
Tidak hanya itu, di saat-saat tertentu, rumahnya dijadikan tempat menginap beberapa siswa yang kesulitan pulang-pergi di hari-hari sekolah. Apalagi di tengah kondisi cuaca yag terkadang tidak memungkinkan, pilihan tidak pulang ke rumah agar bisa tepat waktu ke sekolah sengaja dipilih.
“Ada Kampung Batu Majang yang sebenarnya dekat tapi harus menyeberang sungai. Kapal penyeberangannya tidak tersedia setiap saat sehingga kadang siswa terlambat ke sekolah,” katanya.
Advertisement
Sangat Membantu
Ketua Komite Sekolah SMA Negeri 1 Long Bagun, Luhat menyebut, apa yang dilakukan Mama Aldo sangat membantu siswa dalam menempuh ujian. Apalagi lokasi kos dan rumah sewaannya sangat dekat dengan sekolah.
“Keterbatasan kita di sini itu transportasi. Jadi apa yang dilakukan ibu Lusia Tuko Ding sangat membantu siswa dalam menempuh ujian,” kata Luhat yang merupakan seorang polisi berpangkat Bripka.
Dia bercerita, ada siswa berasal dari Kampung Long Melaham yang waktu tempuhnya sekitar 30 menit dengan sepeda motor untuk sampai ke sekolah. Banyak kendala di jalan terutama saat hujan yang menyulitkan siswa berangkat ke sekolah.
“Cuaca paling kita khawatirkan saat ujian ini karena memang sedang musim hujan. Siswa akan kesulitan mengikuti ujian jika harus pulang pergi ke sekolah,” paparnya.
Di sisi lain, tidak sedikit siswa ikut temannya saat ke sekolah yang menggunakan sepeda motor. Namun sayangnya, siswa yang biasa ditumpangi merupakan adik kelas yang libur saat ujian berlangsung.
“Tak ada tumpangan dan tidak bisa ke sekolah,” kata Luhat.
Soal makan, Luhat mengaku bersyukur ada bantuan dari pihak lain membantu menyediakan dana untuk makanan sehari-hari. Sebagai Ketua Komite Sekolah, dia sangat terbantu dengan banyaknya bantuan tersebut.
“Saya posting di media sosial soal kondisi anak-anak ini, kemudian ada Bapak Dalmasius, Anggota DPRD Mahakam Ulu yang membantu dana sebesar Rp1,2 juta. Anak-anak ini sangat terbantu sekali,” ujarnya.
Luhat terus mengapresiasi apa yang dilakukan Mama Aldo. Baginya, apa yang dilakukan wanita yang sehari-hari beraktivitas ke ladang itu sangat menginspirasi.
“Kami sebagai komite sekolah ini, apa yang dilakukan ibu itu sangat membantu. luar biasa lah. karena kalau kita hitungan uang, tentu tak sebanding dengan apa yang dilakukannya,” kata Luhat.
Apa yang dilakukan Mama Aldo tentu sangat inspiratif. Cuan bukan segalanya karena salah satu bentuk kebahagiaan adalah bisa berbagi.
Ibu Kos itu bernama Mama Aldo. Salah satu ibu kos yang tak sekedar membangun rumah untuk keuntungan pribadi.