Liputan6.com, Naypyidaw - Sedikitnya 28 orang tewas oleh tentara Myanmar di sebuah biara di Negara Bagian Shan. Klaim tersebut disampaikan kelompok pemberontak.
"Pasukan menembaki Desa Nan Nein pada Sabtu (11/3/2023)," kata Pasukan Pertahanan Kebangsaan Karenni (KNDF) seperti dilansir BBC, Senin (13/3/).
Advertisement
Jumlah pertempuran mematikan antara militer dan kelompok perlawanan bersenjata di Myanmar meningkat sejak junta merebut kekuasaan melalui kudeta dua tahun lalu.
Beberapa pertempuran paling sengit terjadi di Negara Bagian Shan, yang berbatasan dengan ibu kota Naypyitaw dan Thailand.
"Pada Sabtu, angkatan udara dan artileri memasuki desa setelah penembakan sekitar pukul 16.00 waktu setempat dan mengeksekusi penduduk desa yang mereka temukan bersembunyi di dalam sebuah biara," kata KNDF.
Sebuah video dari KNDF -salah satu dari beberapa tentara etnis yang bergabung dalam perang melawan junta militer- menunjukkan setidaknya 21 jasad, termasuk tiga orang berjubah oranye yang umumnya dikenakan oleh biksu Buddha, menumpuk di biara. Jasad-jasad itu diduga memiliki luka tembak. Video tersebut juga memperlihatkan dinding biara yang dipenuhi lubang peluru.
Surat kabar lokal The Kantarawaddy Times yang mengutip juru bicara KNDF menyebutkan, "Sepertinya (militer) membuat mereka berbaris di depan biara dan secara brutal menembak mereka semua, termasuk para biarawan."
Kelompok tersebut mengatakan kepada BBC bahwa mereka telah menemukan tujuh mayat lainnya di dekat desa kecil itu.
Beberapa bangunan dan rumah di sekitarnya juga dibakar dalam apa yang dikatakan KNDF sebagai serangan militer di desa tersebut.
Kelompok itu mengatakan penduduk desa percaya berlindung dengan biksu yang sangat dihormati di daerah itu dapat menjamin perlindungan mereka. Sementara itu, sejumlah warga lainnya dilaporkan sempat dievakuasi sebelum tentara tiba.
Perang Saudara Meningkat Pasca Kudeta
Rincian insiden tersebut sulit untuk diverifikasi, tetapi sifat buas dari serangan terhadap warga sipil tak bersenjata bukanlah hal baru di Myanmar. KNDF mengatakan kepada BBC bahwa sejak 25 Februari, telah terjadi peningkatan bentrokan dan pertempuran saat tentara junta maju ke daerah Nan Nein.
Nan Nein berada di jalur utama dari Negara Bagian Shan ke Negara Bagian Kayah, sebuah jalur yang menurut junta sangat penting untuk memasok senjata ke kelompok pemberontak yang berperang melawan mereka. Itu juga merupakan daerah dengan populasi campuran dari kelompok etnis yang bersaing: Pa-O, Shan, dan Karenni.
Organisasi Nasional Pa-O dan sayap bersenjatanya sangat mendukung junta militer. Penduduk setempat melaporkan tentara telah meningkatkan upaya untuk memperkuat milisi etnis pro-junta di wilayah itu untuk menantang oposisi yang menguasai daerah tersebut.
Dan menurut pengamat, dalam beberapa bulan terakhir, serangan disusul dengan serangan balik telah membuka jalan bagi eskalasi.
"Kelompok Karenni telah merebut sejumlah desa, sehingga militer Myanmar sekarang menembaki mereka," kata seorang pejabat desa di dekat pos militer Saung Pyaung kepada surat kabar lokal The Irrawaddy.
Myanmar telah terjebak dalam perang saudara selama beberapa dekade, yang meningkat setelah kudeta pada tahun 2021.
Satu setengah juta orang telah mengungsi, 40.000 rumah telah dimusnahkan, delapan juta anak tidak lagi bersekolah, dan 15 juta orang dinilai oleh PBB sangat kekurangan makanan.
Asosiasi Bantuan Tahanan Politik (AAPP) menyebutkan, lebih dari 2.900 orang tewas oleh junta militer selama penumpasan perbedaan pendapat, sejak mereka merebut kekuasaan.
Advertisement