Pentingnya Gasifikasi Batu Bara Bagi Ekonomi Indonesia

Proyek gasifikasi atau mengolah batu bara kalori rendah menjadi Dimethyl Ether (DME) untuk menggantikan liquefied petroleum gas (LPG) terus didorong pemerintah.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Mar 2023, 20:30 WIB
Tambang Batu Bara milik Bukit Asam di Tanjung Enim, Sumatera Selatan (dok: PTBA)

Liputan6.com, Jakarta Proyek gasifikasi atau mengolah batu bara kalori rendah menjadi Dimethyl Ether (DME) untuk menggantikan liquefied petroleum gas (LPG) terus didorong pemerintah.

Direktur Puskepi dan Pengamat Gas, Sofyano Zakaria mengatakan proyek gasifikasi (DME) akan memberi dampak positif bagi lingkungan ketimbang penggunaan langsung batu bara misalnya pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

"Disamping itu gasifikasi batu bara yang akan mengolah sebanyak 6 juta ton batu bara per tahun untuk diproses menjadi 1,4 juta ton DME ini, mampu membantu mengurangi impor LPG sebanyak lebih dari 1 juta ton per tahun," ungkap Sofyano, Senin (13/3/2023).

Menurut Sofyano, dengan adanya proyek gasifikasi sudah tentu memberi manfaat besar bagi perekonomian karena akan mampu mengurangi impor elpiji dan tentunya ini juga akan memperbesar ketahanan energi nasional.

Meski begitu, Sofyano mengingatkan agar proyek gasifikasi jangan terlalu mengandalkan investor internasional karena produk DME belum menjadi energi alternatif dunia. Apalagi, menurut Sofyano, mengingatkan proyek DME masih sangat butuh dukungan pemerintah.

"Pemerintah perlu memberi dukungan penuh, termasuk dengan mengerahkan dukungan BUMN untuk mewujudkannya," pungkas Sofyano.

Barang Baru

Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia menyebukan jika DME ini adalah barang baru di dunia penambangan. Meski begitu, Indonesia bisa jadi pionir dalam hal ini bersama dengan Tiongkok.

"Dengan memulai proyek gasifikasi batu bara, Indonesia bisa menjadi negara pionir bagi negara lain yang belum memulai proyek gasifikasi batu bara," jelas Hendra.

 


Indonesia Jadi Pionir

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Di luar China, Indonesia bisa jadi pionir, sehingga proyek ini sangat patut didukung. Apalagi Hendra mengungkapkan harga komoditas batu bara yang masih tinggi juga menjadi tantangan bagi perusahaan untuk memulai proyek gasifikasi batu bara.

"Ini menjadi sulit apalagi kondisi harga komoditas batu bara sedang tinggi-tingginya. Jangan dilupakan funding, pendanaan, proyek batu bara termasuk gasifikasi ini semakin sulit, sehingga keekonomian jadi tantangan. Ini evaluasi bersama kita," tandasnya.

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan untuk lebih berhati-hati dalam feasibility study proyek DME. Pasalnya, ada kekhawatiran gasifikasi batu bara akan memperpanjang umur ketergantungan terhadap tambang batu bara atau fosil.

"Jangan sampai ujungnya tetap penugasan ke BUMN dan membuat risiko jangka panjang APBN terhadap ketergantungan subsidi energi batu bara," tegas Bhima.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya