Nasib Tragis Mujahid, Dermawan dan Ahli Al-Qur'an di Hari Kiamat Akibat Sombong

Islam melarang orang sombong. Mereka akan bernasib buruk di yaumul hisab hari kiamat, dan akan digiring menuju neraka Jahannam

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Mar 2023, 06:30 WIB
Ilustrasi neraka (Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Bagi umat Islam, Surga adalah dambaan. Sementara, neraka adalah tempat yang paling ditakuti di akhirat nanti.

Lantas, orang-orang beramal saleh. Harapannya, amal saleh itu akan menjadi modal agar menjadi golongan ahli surga dan dimudahkan di hari kiamat.

Secara umum, ada beberapa golongan yang dijanjikan akan mendapatkan kemudahan di yaumul hisab, pada hari kiamat. Misalnya, orang yang mati syahid, ahli Al-Qur'an dan ahli sedekah.

Namun, amal saleh atau kebaikannya di dunia tak lantas membuatnya otomatis selamat di hari perhitungan atau hisab. Ada hal lain yang mengganjal sehingga dia termasuk orang yang merugi, yakni sombong.

Islam melarang orang sombong. Mereka akan bernasib buruk di hari kiamat, dan akan digiring menuju neraka, alih-alin surga seperti yang didambakan.

 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Kondisi Orang Sombong di Hari Kiamat

Mengutip Mediadakwah.id, orang sombong dalam kehidupan dunia akan dibangkitkan dalam bentuk manusia yang berukuran kecil sebesar semut, sebagaimana sabda Rasulullah saw yang dikutip dalam kitab Adabul Mufrad,

Pada hari kiamat orang-orang yang sombong akan digiring dan dikumpulkan seperti semut kecil di dalam bentuk manusia, kehinaan akan meliputi mereka dari berbagai sisi. Mereka akan digiring menuju sebuah penjara di dalam Jahannam yang namanya Bulas. Api neraka yang sangat panas akan membakar mereka. Mereka akan diminumi nanah penduduk neraka, yaitu thinatul khabal (lumpur kebinasaan). (HR Bukhari)

Bahkan, dalam hadist yang diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Mas’ûd r.a, orang sombong tidak akan ditempatkan di surga Allah Swt. Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang ada kesombongan seberat biji sawi di dalam hatinya.” Seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya semua orang senang bajunya bagus, sandalnya bagus, (apakah itu kesombongan?).” Rasulullah saw menjawab, “Sesungguhnya Allah Swt Maha Indah dan mencintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. (HR Muslim no 2749)

Penyebab Sombong

Kesombongan (al-kibr) sebagaimana yang Rasulullah jelaskan, adalah melihat dirinya sendiri melebihi al-haq (kebenaran) dan al-khalq (makhluk; orang lain). Jadi, orang sombong adalah yang melihat dirinya di atas orang lain dalam sifat kesempurnaan, sehingga meremehkan atau merasa lebih baik dari orang lain.

Seseorang tidak akan meremehkan orang lain, kecuali meyakini dirinya memiliki sifat-sifat yang sempurna. Imam Al Ghazali dalam kitabnya kitab Ihya’ Ulumuddin menjelaskan, penyebab orang berprilaku sombong yaitu karena ilmu, amal ibadah, dan keturunan (nasab). Penyebab lainnya, ketampanan atau kecantikan, harta, kekuatan dan kekuasaan (jabatan), serta banyaknya pengikutnya atau penolongnya.

 


Nasib Tragis Mujahid, Alim dan Dermawan Sombong di Yaumul Hisab

Syekh Muhammad Shaleh al Munajjad dalam kitabnya Mufsidatul Qulub menjelaskan, Islam memperbolehkan seseorang menampakkan kenikmatan yang diberikan Allah Swt, namun harus dilandasi rasa syukur, bukan untuk pamer dan niat menyombongkan diri. Suka pamer adalah salah satu tanda paling mencolok dari orang sombong, dengan menampilkan segala sesuatu yang dimiliki dengan niat menyombongkan diri.

Rasulullah saw mengingatkan umatnya yang suka pamer dengan kehancuran dan kebinasaan di hari kiamat. Melalui hadist dari sahabat Abu Hurairah r.a yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, An-Nasa’i, Imam Ahmad dan Baihaqy: “Ada seorang mujahid, alim (berilmu), dan dermawan ditempatkan di neraka Allah Swt Bukan surgaNya”.

Orang pertama dipanggil menghadap Allah Swt merupakan seorang pria yang mati syahid. Ketika di hari perhitungan, Allah pun bertanya, “Apa yang telah kamu perbuat dengan berbagai nikmat itu?” Mujahid itu menjawab, “Saya telah berperang karena-Mu sehingga saya mati syahid.”

Allah swt pun menyangkalnya, “Kamu telah berdusta. Kamu berperang agar namamu disebut manusia sebagai pahlawan, pejuang dan orang yang pemberani. Dan ternyata kamu telah disebut-sebut demikian.” Mujahid itu pun diseret wajahnya dan dilempar ke jahannam.

Orang kedua pun dipanggil. Ia seorang alim ulama yang mengajarkan manusia Alquran. Seperti orang pertama, Allah Swt bertanya hal yang sama, “Apa yang telah engkau perbuat berbagai nikmat itu?”

Sang ulama menjawab, “Saya telah membaca, mempelajari dan mengajarkan manusia Alquran karena Engkau.” Allah Swt berfirman, “Kamu berdusta. Kamu mempelajari ilmu agar disebut sebagai seorang alim (dimuliakan, dihormati dan diagung-agungkan di kalangan manusia) dan kamu membaca Alquran agar kamu disebut sebagai seorang qari.” Sang alim ulama pun menyusul si mujahid, masuk ke neraka.

 


Gagalnya Dermawan Masuk Surga

Orang ketiga pun dipanggil. Kali ini seorang yang sangat dermawan. Sang dermawan dianugerahi Allah Swt harta yang melimpah. Allah Swt pun menanyakan tangungjawabnya atas nikmat itu, “Apa yang telah engkau perbuat dengan berbagai nikmatKu.”

Sang dermawan menjawab, “Saya tidak pernah meninggalkan sedekah dan infak di jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau,” jawabnya.

Dia pun tak jauh beda dengan dua orang sebelumnya. “Kamu berdusta,” firman Allah Swt. “Kamu melakukannya karena ingin disebut sebagai seorang dermawan. Dan begitulah yang dikatakan orang-orang tentang dirimu,” firmanNya.

Sang dermawan yang riya ini pun diseret dan dilempar ke neraka, bergabung dengan dua temannya yang juga menyimpan sifat riya di hati.

Di mata manusia, ketiganya memang merupakan seorang yang taat beribadah dan diyakini akan menjadi penghuni surga, namun ketiganya di hadapan Allah Swt sangat hina, karena niatnya untuk menampakkan kepada orang lain, sementara Allah Swt Maha mengetahui segala isi hati hamba-Nya. Semoga Allah Swt melindungi kita dari sifat angkuh dan sombong.

Tim Rembulan

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya