Harga Emas Melonjak 2,44 Persen Dampak Keruntuhan Silicon Valley Bank, Investor Berebut Cari Tempat Aman

Harga emas mengalami lonjakan karena ketakutan investor oleh runtuhnya Silicon Valley Bank. Selain itu, harga emas juga mengalami lonjakan karena dengan adanya krisis perbankan ini memicu harapan para investor bahwa the Fed harus mengerem kebijakan moneter agresif.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 14 Mar 2023, 07:30 WIB
Harga emas di pasar spot terakhir melonjak 2,44 persen menjadi USD 1.921,63 per ons, tertinggi sejak awal Februari 2023. Foto: DAVID GRAY | AFP

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dan harga perak pada perdagangan hari Senin melonjak karena investor berebut memindahkan asetnya ke instrumen lindung nilai atau safe haven. Harga emas mengalami lonjakan karena ketakutan investor oleh runtuhnya Silicon Valley Bank.

Selain itu, harga emas juga mengalami lonjakan karena dengan adanya krisis perbankan ini memicu harapan para investor bahwa Bank Sentral AS atau Federal Reserve (Fed) harus mengerem kebijakan moneter agresifnya.

Kurs Dolar AS dan imbal hasil Treasury AS memperpanjang penurunannya meskipun ada upaya dari regulator untuk mengendalikan gejolak Silicon Valley Bank dan Signature Bank.

"Emas terlihat sangat memenuhi mandatnya sebagai safe haven dengan dukungan dari short-covering eksposur panjang," jelas kepala analis pasar komoditas TD Securities, Bart Melek, dikutip dari CNBC, Selasa (14/3/2023).

Harga emas di pasar spot terakhir melonjak 2,44 persen menjadi USD 1.921,63 per ons, tertinggi sejak awal Februari 2023. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 2,6 persen menjadi menetap di USD 1.916,50 per ons.

Harga logam mulia lainnya ikut terdongkrak, dengan perak naik 6,16 persen menjadi USD 21,7741 per ons, platinum melonjak 4,03 persen menjadi USD 997,8473, dan paladium naik 6,92 persen menjadi USD 1.474,2458.

"Banyak investor berlari ke logam mulia sebagai tempat berlindung yang aman terhadap volatilitas ini dan risiko ini di tengah lingkungan suku bunga yang jauh lebih rendah, dan dolar AS yang turun," kata Melek.

Suku Bunga The Fed

Pelaku pasar tidak lagi mengharapkan Federal Reserve minggu depan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin dan proyeksi saat ini adalah untuk pergerakan 25 basis poin.

Bahkan beberapa analis melihat kemungkinan the Fed tidak mengharapkan kenaikan suku bunga sama sekali, membuat emas lebih menarik karena mampu bersaing dengan instrumen investasi lainnya.

“Masa depan harga emas sangat bergantung pada apakah tindakan Fed terbukti efektif. Jika kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) dianggap sebagai insiden yang terisolasi, emas mungkin kehilangan sebagian dari keuntungannya baru-baru ini,” kata Alexander Zumpfe, dealer logam mulia di Heraeus.

"Namun, jika krisis mengarah pada pembalikan berkelanjutan dalam kebijakan Fed, emas mungkin tetap diminati."


Harga Emas Dunia Penuh Turbulensi, Masih Cocok untuk Investasi?

Petugas menunjukkan emas batangan di gerai Butik Emas Antam di Jakarta, Jumat (5/10). Harga emas PT Aneka Tambang Tbk atau Antam naik Rp 1.000 menjadi Rp 666 ribu per gram pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Harga emas dunia mengalami turbulensi yang signifikan dalam tiga tahun terakhir, di mana harga emas diperdagangkan di bawah USD 1.500 per ons dan naik ke rekor tertinggi baru di atas USD 2.050 per ons.

Analis Liberum Tom Price, mengatakan, terlepas dari volatilitas arah harga emas relatif mudah dipahami. Semenjak pandemi covid-19 pada 2020, banyak orang menginvestasikan hartanya ke emas karena menyadari akan terjadi guncangan inflasi di kemudian hari.

"Setelah penguncian pada tahun 2020, apa yang ditanggapi oleh emas dan komoditas lainnya adalah modal yang dipompa ke dalam ekonomi. Itu adalah kompensasi untuk pertumbuhan yang lemah. Kami mulai melihat masalah inflasi muncul. Sebagian alasannya adalah ekonomi bersaing satu sama lain. Ini untuk mengisi kembali semua komoditas pada saat yang sama," kata Price dikutip dari Kitco News, Senin (13/3/2023).

Tetapi begitu pasar menyadari bahwa Fed semakin serius tentang siklus kenaikan suku bunga yang akan datang ke tahun 2022, semua pasar komoditas menjadi tenang.

Itu mengeluarkan spekulan dari ruang komoditas karena mereka bisa mendapatkan pengembalian aset lain. Emas turun 15 persen dari tertinggi perang Ukraina di bulan Maret," kata Price.


Kenaikan Suku Bunga The Fed

Pekerja menunjukkan emas di galeri 24 Pegadaian, Tangerang, Selasa (7/7/2020). Harga emas Pegadaian khusus batangan 1 gram cetakan Antam hari ini naik Rp 4.000 atau 0,42% ke level Rp 950.000/gram dari harga hari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menurutnya, hanya perlambatan siklus kenaikan suku bunga Fed pada kuartal keempat yang mendorong spekulan kembali ke pasar emas. Spekulan adalah mereka cenderung melihat bagaimana teknikal sahamnya atau melihat pergerakan pasar yang sedang terjadi.

"Dengan siklus kenaikan suku bunga yang melambat, faktor-faktor bullish mulai muncul penguncian China mereda, dan perang Rusia masih berlangsung. Sehingga perdagangan kecemasan ada di sana," jelasnya.

Pada awal tahun ini, penggerak utama emas adalah dua faktor bullish ini. Pada saat yang sama, The Fed mundur. Akibatnya, kedua faktor bullish itu mengalahkan faktor bearish itu, dan itulah yang mendorong harga emas naik memasuki tahun baru.


Kebijakan Fed Berdampak ke Harga Emas

Petugas menunjukkan sampel logam mulia di Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis, (23/7/2020). Usai cetak rekor ke posisi termahalnya di Rp 982 ribu, harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Emas Antam) kembali turun Rp 5.000 menjadi Rp 977 ribu per gram pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Namun, ini tidak berlangsung lama, dengan The Fed kembali sebagai penggerak harga emas yang dominan. Pandangan ini menguat setelah Ketua Fed Jerome Powell memperingatkan kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dan lebih cepat karena data ekonomi yang kuat dan inflasi tinggi yang tidak nyaman.

"Sekarang semua orang menyadari fakta bahwa ekonomi AS berjalan sangat baik dan Fed mengejar inflasi. Bagi saya, itu semua masuk akal," jelas Price.

Lebih lanjut Price menjelaskan, dengan respons emas yang sangat baik terhadap ketiga pendorong ini, menganalisis pasar menjadi lebih mudah.

"Saya benar-benar dapat merasionalisasi kinerja harga emas dalam kaitannya dengan tiga penggerak harga yang dominan Fed, China, dan perang Ukraina. Dan saya dapat melihat kinerja harga yang mencerminkan penggerak dominan selama 12 bulan terakhir. Dan itu cukup langka untuk benar-benar mengatakan tentang pasar komoditas apa pun. Emas adalah pasar yang rasional saat ini," pungkasnya. 

Infografis Geger 5 Artis Terseret Kasus Investasi Bodong Robot Trading Net89 (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya