Liputan6.com, Seoul - Militer Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) resmi meluncurkan latihan bersama terbesar mereka pada Senin (13/3/2023), sehari setelah Korea Utara menembakkan dua rudal jelajah dari kapal selam pada Minggu (12/3) sebagai protes atas latihan tersebut.
Korea Utara dinilai akan melakukan uji coba senjata provokatif selama latihan Korea Selatan-AS yang diperkirakan berlangsung 11 hari.
Advertisement
Ancaman nuklir Korea Utara yang meningkat, bersamaan dengan kekhawatiran tentang ambisi China, mendorong AS memperkuat aliansinya di Asia.
Latihan militer Korea Selatan-AS mencakup simulasi komputer dan sejumlah latihan lapangan gabungan.
Pejabat Korea Selatan mengatakan, latihan lapangan akan kembali ke skala terbesar seperti sebelumnya, yang terakhir kali diadakan kedua negara pada tahun 2018. Demikian seperti dilansir AP, Selasa (14/3/2023).
Dalam beberapa tahun terakhir, Korea Selatan-AS telah membatalkan atau mengurangi latihan militer gabungan untuk mengejar upaya diplomatik guna denuklirisasi Korea Utara dan karena kekhawatiran akan pandemi COVID-19.
Kementerian Luar Negeri Korea Utara pada Senin menuduh AS dan negara-negara Barat lainnya merencanakan pertemuan Dewan Keamanan PBB dalam rangka membahas apa yang disebutnya isu hak asasi manusia yang mengada-ada. Korea Utara menegaskan akan mengambil perlawanan terberat terhadap plot permusuhan paling kejam dari AS dan para pengikutnya.
Tekad Korea Utara untuk Merespons Manuver Militer Korea Selatan dan AS
Kantor berita Korea Utara, KCNA, mengatakan bahwa peluncuran dua rudal jelajah pada Minggu menunjukkan tekad untuk merespons dengan kekuatan yang sangat kuat terhadap manuver militer yang semakin intensif oleh pasukan imperialis AS dan pasukan boneka Korea Selatan.
KCNA menyebut rudal itu senjata strategis dan mengatakan uji coba keduanya memverifikasi postur pencegahan perang nuklir negara itu. Pernyataan ini dinilai menyiratkan bahwa Korea Utara bermaksud untuk mempersenjatai rudal jelajah dengan hulu ledak nuklir, meskipun masih belum diketahui apakah mereka telah mengatasi hambatan teknologi untuk membuatnya berfungsi.
Kedua rudal itu disebut terbang lebih dari dua jam, menggambar pola berbentuk angka delapan dan menunjukkan kemampuan untuk mencapi target 1.500km jauhnya.
"Rudal ditembakkan dari kapal 8.24 Yongung," sebut KCNA, merujuk pada kapal selam yang digunakan Korea Utara untuk melakukan uji coba rudal balistik pertama yang diluncurkan kapal selam pada tahun 2016.
Uji coba pada Minggu juga tercatat sebagai peluncuran rudal jelajah pertama Korea Utara dari kapal selam. Peluncuran bawah air sebelumnya, seluruhnya, melibatkan rudal balistik.
"Pada saat upayanya untuk membangun (kapal selam yang lebih besar) telah mengalami sedikit kemajuan karena sanksi, Korea Utara ingin menunjukkan bahwa jenis rudal yang dapat ditembakkan dari kapal selam masih dapat dikembangkan," ungkap ahli kapal selam dari Kyonggi University di Korea Selatan Moon Keun Sik.
Menurut Moon Keun Sik, rudal jelajah yang diluncurkan Korea Utara kemungkinan besar dirancang untuk menyerang kapal induk AS dan kapal besar lainnya atau target jarak pendek di darat. Sementara itu, rudal balistiknya yang ditembakkan dari kapal selam, menurut Moon Keun Sik, ditujukan untuk menargetkan daratan AS.
Para ahli menilai, Kim Jong Un melihat persenjataan nuklir sebagai jaminan keamanan terbaik negaranya. Dia berusia menekan AS agar menerima Korea Utara sebagai kekuatan nuklir dan melonggarkan sanksi ekonomi.
Latihan militer reguler Korea Selatan-AS dipandang Korea Utara sebagai ancaman keamanan, meski Seoul dan Washington mengatakan bahwa latihan mereka bersifat defensif.
Advertisement