Jaringan TK di Inggris Banjir Kritik Gara-Gara Larang Orangtua Sebut Anaknya Cantik

Para orangtua di Inggris geram setelah jaringan taman kanak-kanak di negara tersebut, Bright Horizons, mengirimkan buku pedoman yang mendesak orangtua untuk tidak memanggil anak mereka dengan sebutan cantik atau princess.

oleh Dyra Daniera diperbarui 16 Mar 2023, 08:02 WIB
Anak-anak perempuan di Bright Horizons Natick, Amerika Serikat. (Dok. Instagram/@brighthorizons/https://www.instagram.com/p/ClB4g0TrYil/Dyra Daniera)

Liputan6.com, Jakarta - Para orangtua geram setelah jaringan taman kanak-kanak (TK) di Inggris, Bright Horizons, mengirimkan buku pedoman yang mendesak orangtua untuk tidak memanggil anak perempuan mereka "cantik" atau "princess".  Dikutip dari New York Post pada Selasa, 14 Maret 2023, salah satu orangtua mengkritik dengan menyatakan sekolah tidak pantas mengatur bagaimana orangtua memanggil anaknya. 

Ia berujar, "Mereka jelas memiliki pandangan politik kiri dalam hal gender dan berpikir bahwa mereka berhak memberi tahu orangtua cara menyapa putri mereka dan apa yang harus diajarkan tentang tubuh mereka." Bright Horizons adalah salah satu penyedia sekolah TK terbesar di Inggris, yang mengoperasikan ratusan TK dan prasekolah di seluruh Inggris. 

Orangtua Bright Horizons menerima buku pedoman berkesadaran atau “woke” dalam istilah Barat, yang menasihati orangtua untuk menghindari bahasa yang bermuatan gender. Sekolah juga mengimbau orangtua untuk tidak memuji anak-anak mereka atas perilaku yang baik. 

Dalam salah satu bagian buku pedoman itu, dikatakan bahwa, "Sangat mudah untuk jatuh ke dalam pola memuji penampilan seorang gadis ('Kamu terlihat sangat cantik!'), melabeli perilakunya sebagai 'baik', atau memberi selamat ketika dia melakukan sesuatu dengan sempurna." Panduan tersebut mendesak orangtua untuk 'merefleksikan' bagaimana mereka membesarkan anak perempuan mereka. 

Orangtua juga didesak untuk 'menghilangkan referensi berbasis gender untuk anak Anda, seperti ‘princess’ atau 'tomboi' atau frasa seperti, 'Anak perempuan tidak berperilaku seperti itu'.


Berusaha Hilangkan Stereotipe Gender

Aktivitas di Sekolah Bright Horizons di Hudson Yards, Amerika Serikat. (Dok. Instagram/@brighthorizons/https://www.instagram.com/p/Co4wORZMvTu/Dyra Daniera)

Para orangtua diingatkan untuk "tidak jatuh ke perangkap memanggil anak perempuan yang memiliki pendapat sebagai ‘pengatur’ dengan nada yang mencela", serta mengingatkan orangtua untuk sadar akan bahasa-bahasa yang dapat menyinggung gender di keluarga mereka. Tidak hanya mengatur bagaimana orangtua harus berbicara kepada anak-anaknya, pihak sekolah juga menyarankan agar orangtua mengisi rumah mereka dengan "buku, mainan, dan dekorasi yang tidak sesuai dengan gender tertentu". 

Misalnya, orangtua bisa membeli buku tentang wanita yang bekerja sebagai kontraktor, atau memberikan kegiatan yang mendorong anak-anak perempuan supaya tertarik pada bidang matematika dan sains. Buku panduan yang dikirimkan melalui surel orangtua itu menambahkan, "Sadarlah dengan stereotipe gender yang ditunjukkan oleh media yang dilihat oleh keluarga."

Seorang ibu yang tidak dapat disebutkan namanya menentang buku pegangan itu dan mengecam Bright Horizons karena mempolitisasi TK. "Bright Horizons mendikte orangtua dengan pandangan politik mereka sendiri tentang cara membesarkan anak-anak kita," kata seorang ibu yang berasal Kent kepada Express. 


Arahan Dinilai Nasihat Gila

Anak-anak perempuan di Bright Horizons Natick, Amerika Serikat. (Dok. Instagram/@brighthorizons/https://www.instagram.com/p/CohlERFNM_a/Dyra Daniera)

Bright Horizons pertama didirikan di Amerika Serikat pada 1986 sebagai penyedia penitipan anak untuk orangtua yang bekerja. Grup pendidikan tersebut telah berkembang sejak itu, dengan lebih dari 700 sekolah di Amerika Sertikat dan Kanada, serta lebih dari 300 di Inggris, menurut situs resmi Bright Horizons.

Seorang mantan menteri pendidikan Inggris juga mengecam buku pedoman itu sebagai "nasihat gila". "Nasihat gila dari Bright Horizons ini akan menggelapkan perspektif gadis kecil yang tidak bisa disebut cantik atau berdandan seperti putri kerajaan, yang hanya ingin menikmati masa kecil mereka seperti yang dimiliki anak perempuan sejak zaman dulu," kata mantan Menteri Pendidikan Tory, Sir John Hayes kepada Daily Mail setelah berita mengenai buku pedoman itu menyebar. 

Sir John Hayes melanjutkan, "Kita harus membiarkan anak-anak menjadi anak-anak dan menghargai kepolosan mereka, dan berhenti menceramahi mereka."


Bukan Sekolah yang Sepenuhnya Bebas Masalah

Murid sekolah Bright Horizons di Encinitas, Amerika Serikat. (Dok. Instagram/@brighthorizons/https://www.instagram.com/p/CpXpwtotfVS//Dyra Daniera)

Seorang juru bicara Bright Horizons menggambarkan pedoman tersebut sebagai salah satu alat yang akan membantu orangtua membesarkan anak perempuan menjadi "pemimpin yang percaya diri". 

"Orangtua memiliki pilihan pribadi tentang kapan, di mana, dan siapa untuk mencari bimbingan. Bagi mereka yang sedang mencari ide untuk memberdayakan putri mereka agar tumbuh menjadi pemimpin yang kuat dan percaya diri, bebas dari stereotipe gender yang berpotensi membahayakan, kami menawarkan saran yang mendorong orangtua untuk fokus pada atribut lain dari seorang gadis selain penampilan fisiknya," ungkap Bright Horizons kepada Fox News Digital.

Bright Horizons adalah perusahaan AS senilai 4,7 miliar pound sterling yang mengoperasikan 1.000 fasilitas sekolah di seluruh dunia. Di Inggris, biaya sekolah Bright Horizons memakan sekitar 300 pound sterling atau sekitar Rp1,8 juta per minggu.

Tahun lalu, salah satu sekolahnya di Edinburgh didenda 800.000 pound sterling setelah siswanya, Fox Goulding yang berusia sepuluh bulan mati tersedak sepotong mangga saat dibiarkan tanpa pengawasan. Bright Horizons mengaku bersalah atas kegagalan kesehatan dan keselamatan. Mereka meninjau operasinya dan Direktur Bright Horizons, Ros Marshall mengakui bahwa 'prosedur yang kami miliki tidak dipatuhi dengan benar.'

Infografis Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya