Liputan6.com, Wurzburg - Insiden bom di Wurzburg pada 16 Maret 1945 terjadi pada tahap akhir Perang Dunia II, ketika Inggris dan Amerika Serikat melakukan pengeboman di beberapa kota kecil di Jerman.
Tragedi ini kemudian menewaskan 5.000 penduduknya hanya dalam waktu kurang lebih 17 menit.
Mengutip dari The Guardian, Rabu (15/3/2023), pemilihan lokasi pengeboman tersebut bukan karena lokasinya yang strategis, sesederhana hanya karena kota-kota tersebut mudah terbakar. Hal ini diungkap dalam dokumen yang ditemukan di kantor catatan publik.
Dokumen tersebut juga menyoroti kampanye pengeboman oleh sekutu setelah hancurnya Drezden pada Februari 1945 yang setidaknya menewaskan 30.000 orang, sebagian besar korban terbunuh merupakan pengungsi dari Rusia.
Baca Juga
Advertisement
Di bulan berikutnya, termasuk Maret 1945, Angkatan Udara Kerajaan (RAF) Britania Raya menjatuhkan lebih banyak bom di Jerman, lebih dari 30.000 ton bom jatuh di banyak kota, termasuk Wurzburg di Jerman Selatan.
Wurzburg, kota dengan istana bergaya barok yang kaya akan seni dan arsitektur, tidak memiliki banyak industri penting di masa perang.
Menurut Kementerian Perang Ekonomi Inggris, pengeboman Wurzburg hanya menyasar satu target potensial, yaitu stasiun pengalih daya.
Melalui program Timewatch BBC pada 23 Agustus 2002 yang mengangkat topik tentang pengeboman di Jerman, disebutkan bahwa pada malam tanggal 16 Maret 1945, 225 pembom Lancaster (pesawat pembom berat RAF di Perang Dunia II) berangkat ke Wurzburg.
Para kru diarahkan bahwa Wurzburg adalah kota penting yang menjadi pusat komunikasi.
RAF Menargetkan Kota-kota Kecil Jerman
Diketahui bahwa misi pengeboman pada saat itu adalah melancarkan serangan api yang menyasar bagian pemukiman kota, sebagian besar muatan bom mereka berisi bahan pembakar.
Hanya dalam waktu 17 menit saja, hampir 1.000 ton bom dijatuhkan di Wurzburg yang mengakibatkan sekitar 82 persen bagian kota hancur dan 5.000 orang penduduk tewas.
Timewatch menemukan sebuah dokumen yang menunjukkan bagaimana Wurzburg masuk ke dalam daftar target setelah pusat industri Jerman benar-benar hancur.
Untuk menggunakan pembom berat dengan segala cara demi mempercepat keruntuhan Jerman, diperlukan target baru untuk pengeboman daerah.
Pada Januari 1945, Komandan Wing Arthur Fawssett, perwira intelijen untuk penargetan Komando Pengebom, membuat daftar target.
Pertama-tama, ia memilih kota yang mudah ditemukan dan dihancurkan oleh para pembom.
Salah satu kriteria pemilihan utama dalam daftar target pengeboman adalah bahwa kota-kota tersebut memiliki “fitur struktural” yang membantu menentukan apakah kota tersebut cocok atau tidak untuk serangan api.
Advertisement
Pengeboman untuk Ciptakan Teror
Sama halnya dengan Amerika Serikat, yang juga menargetkan kota-kota yang tidak begitu penting secara strategis.
AS sempat menyerang kota-kota pedesaan dengan penduduk yang sebagian besar penduduknya adalah petani, yang belum pernah diserang sebelumnya. Sekitar 70 ton bom dijatuhkan.
Sebuah catatan jenderal angkatan udara AS, Frederick Anderson, menjelaskan bahwa operasi semacam itu bukan untuk mempersingkat perang, hanya untuk mempertegas dan membuktikan bahwa Jerman diserang di mana-mana, yang sejarahnya akan diteruskan dari generasi ke generasi.
Program BBC tersebut mencatat bahwa beberapa hari setelah penyerangan Würzburg, Winston Churchill menyusun memorandum untuk kepala staf yang berbunyi, “Saatnya telah tiba ketika masalah pengeboman kota-kota Jerman hanya demi meningkatkan teror, meskipun dengan dalih lain, harus ditinjau ulang. Jika tidak, kita akan menguasai tanah yang benar-benar hancur.”
Dikatakan bahwa Wakil Marsekal Udara, Sir Arthur Harris, kepala Komando Pengebom, sangat murka, terutama karena Churchill mendukung kampanye pengeboman.
Jerman Jinakkan Lagi Bom Era Perang Dunia II, Kali Ini Seberat 500 Kilogram
Pada Jumat pagi (5/6/2020) polisi Jerman dan para petugas pemadam kebakaran, masih disibukkan oleh kegiatan mengamankan kawasan di dekat sebuah gedung pertemuan besar di Frankfurt, dalam usaha menjinakkan bom era Perang Dunia II yang baru-baru ini ditemukan di sebuah proyek konstruksi.
Sekitar 2.700 orang diminta mengungsi sewaktu mereka mengurung kawasan itu, kata pihak berwenang.
Hal ini dilakukan sebagai tindakan berjaga-jaga sewaktu menjinakkan bom seberat 500 kilogram. Selain itu, layanan bis dan kereta yang melintasi kawasan tersebut juga dihentikan.
Pada tengah hari Jumat 5 Juni 2020, para pakar bom dilaporkan mulai berusaha menjinakkan bom, dan mereka memperkirakan upaya tersebut akan selesai pada jam makan malam di hari itu.
Penemuan bom dari era perang tersebut relatif masih sering terjadi di Jerman, walaupun Perang Dunia II telah berakhir 75 tahun lalu, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (6/6/2020).
Advertisement