Rumput Tertutup Abu Vulkanik Erupsi Merapi, Peternak di Babadan 1, Ndukun Keluhkan Kesulitan Cari Pakan Ternaknya

Peternak yang terkena dampak abu vulkanik erupsi Merapi mengeluhkan kesulitan mencari pakan ternak

oleh Sulung Lahitani diperbarui 14 Mar 2023, 18:06 WIB
Rumput Tertutup Abu Vulkanik Erupsi Merapi, Peternak di Babadan 1, Ndukun Keluhkan Kesulitan Cari Pakan Ternaknya (Doc: Hermanto Asrori)

Liputan6.com, Magelang Dampak abu akibat erupsi Merapi pada Minggu 12 Maret lalu masih sangat terasa. Selain berdampak langsung terhadap manusia, kini para peternak sapi dan kambing yang ada di dusun Babadan 1 Kecamatan Dukun, mulai kesulitan mencari rumput untuk pakan. Ada sekira 560 ekor sapi dan 15 domba milik warga yang setiap harinya membutuhkan rumput sebagai pakannya.

Suweno, yang menjadi koordinator dalam penggalangan bantuan pakan ternak ini menyampaikan, bahwa warganya mulai kesulitan mencari rumput karena rumput yang ada tertutup oleh abu vulkanik dari erupsi Merapi.

"Kami warga dusun Babadan 1 Kecamatan Dukun yang memelihara hewan, mohon bantuan pakan untuk ternak kami. Karena terdampak abu vulkanik, sehingga tidak bisa melakukan aktifitas mencari rumput. Karena itu sangat membutuhkan uluran bantuan rumput atau damen (sisa panen padi) untuk kebutuhan pakan hewan ternak kami," ungkapnya pada, Selasa (14/3/2023).

Rumput Tertutup Abu Vulkanik Erupsi Merapi, Peternak di Babadan 1, Ndukun Keluhkan Kesulitan Cari Pakan Ternaknya (Doc: Hermanto Asrori)

Sementara itu, relawan dari Banyurojo, Mertoyudan Kabupaten Magelang yang tergabung dalam komunitas Bravo, mencoba memberikan bantuan rumput. Mereka mengadakan kegiatan dengan tajuk 'Ngarit Bersama' yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak yang ada di Dusun Babadan 1 Kecamatan Dukun. Saleh Gumbiro Koordinator Bravo mengatakan bahwa pihaknya berusaha membantu dengan memberi rumput untuk pakan ternak yang ada di daerah Babadan 1.

"Dengan adanya sister village (Desa Bersaudara) masyarakat Desa Banyurojo sebagai Desa penyangga, terpanggil hatinya untuk membantu desa saudaranya yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternaknya. Salah satu solusinya adalah Ngarit bersama relawan Banyurojo (BRAVO) dan Relawan Dusun Saragan (SBT Volunteer) mengadakan aksi Ngarit Bersama untuk meringankan beban masyarakat Babadan 1," ungkapnya pada Selasa (14/3/2023).

"Rumput yang telah dikumpulkan dikirim ke Babadan 1, Paten. Dan ini sudah kita lakukan tadi malam. Saat tiba di lokasi, di Babadan 1, para relawan Banyurojo disambut dengan ramah oleh mereka, ya karena memang komunikasi kita selama ini telah berjalan dengan baik. Ini juga sebagai tanda bahwa program Sister Village antara Desa Banyurojo dengan Babadan 1 berhasil dilakukan," pungkas Saleh.

 

Penulis:

Hermanto Asrori


Bupati Magelang Imbau Masyarakat Jauhi Puncak Gunung Merapi

Terjadi Awan Panas Guguran di Gunung Merapi, pada 11 Maret 2023 pukul 12.12 WIB ke arah Kali Bebeng/Krasak. (Dok. BNPB)

Usai Gunung Merapi meluncurkan guguran awan panas pada Sabtu (11/3/2023), Bupati Magelang Zaenal Arifin mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan menjauhi puncak gunung tersebut.

Zaenal menyampaikan, beberapa waktu lalu telah terjadi guguran awan panas pada puncak Gunung Merapi kurang lebih sejauh 1,5 kilometer yang terjadi beberapa kali. Sesuai dengan rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) masyarakat yang melakukan aktivitas di seputar Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) tidak melakukan aktivitas di lokasi tersebut untuk sementara waktu, menghindari tempat-tempat yang bahaya.

"Semoga tidak ada lanjutannya (guguran Gunung Merapi) cukup sampai di sini. Kalaupun ada lanjutannya, kita harus prepare dan hati-hati," katanya, Senin malam (13/3/2023).

Apabila nantinya terjadi lanjutan guguran awan panas pada puncak Merapi, Zaenal meminta agar jajaran TNI, Polri, Pemkab Magelang untuk selalu menyiapkan segala sesuatunya.

Ia menuturkan hingga saat ini aktivitas masyarakat masih berjalan seperti biasa dan diimbau untuk menjauhi titik puncak Merapi saat ini.

Terkait terjadinya dampak kerusakan tanaman masyarakat di sekitar lereng Merapi, dia menjelaskan pihak Kodim 0705/Magelang dan BPBD Kabupaten Magelang langsung melakukan aksi bersih-bersih dari abu vulkanik pada kawasan terdampak, termasuk pada tanaman milik warga.

"Semoga segera turun hujan, sehingga kondisinya baik-baik saja," katanya.


Waspada Lahar Dingin

Asap tebal mengepul saat erupsi Gunung Merapi terlihat dari desa Tunggularum di Sleman pada 11 Maret 2023.Selama periode itu, Gunung Merapi juga tercatat mengalami sembilan kali gempa guguran, satu kali gempa fase banyak, dan 19 kali gempa vulkanik dalam, demikian Agus Budi Santoso. (AFP/Devi Rahman)

Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso dalam keterangannya di Yogyakarta, Senin (13/3/2023) mengatakan, jumlah tersebut mengacu hasil survei Tim Drone Badan Geologi pasca-kejadian awan panas guguran pada 11-12 Maret 2023.

"Tanggal 11-12 Maret 2023 Gunung Merapi meluncurkan awan panas ke arah Kali Bebeng. Hingga saat ini, Senin, 13 Maret 2023, tercatat 60 kejadian awan panas guguran di Gunung Merapi," ujar Agus.

Sementara itu berdasarkan pantauan foto udara menggunakan drone, jarak luncur awan panas guguran paling jauh mencapai 3,7 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

"Ujung luncuran awan panas guguran teramati di sisi barat daya di alur Kali Bebeng," ucap dia.

Data tersebut mengoreksi laporan BPPTKG sebelumnya yang menyebut jarak luncur awan panas guguran maksimal sempat kilometer.

Pasca-rangkaian awan panas guguran tersebut, Agus menegaskan status Gunung Merapi masih berada di tingkat Siaga atau Level III.

Adapun potensi bahaya saat ini yakni berupa guguran lava dan awan panas guguran yang bisa menjangkau Kali Woro sejauh maksimal 3 kilometer dari puncak, dedangkan Kali Gendol sejauh 5 kilometter dari puncak, Kali Boyong sejauh 5 kilometer dari puncak, dan Kali Bedog, Krasak, Bebeng sejauh 7 kilometer dari puncak.

Sementara lontaran material vulkanik jika terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak Merapi.

BPPTKG juga mengimbau masyarakat mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di puncak Merapi.

"Seiring dengan musim hujan yang masih terjadi di DIY dan Jawa Tengah, maka BPPTKG mengimbau masyarakat untuk mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di puncak Merapi," kata Agus.


Erupsi Gunung Merapi Jadi Sorotan Media Amerika Serikat hingga India

Ilustrasi - Erupsi Gunung Merapi. (Foto: Liputan6.com/Wisnu Wardhana)

Erupsi Gunung Merapi pada Sabtu kemarin tak hanya menjadi sorotan media dalam negeri tapi juga luar negeri. Seperti The Business Standard yang menuliskan bahwa gunung memuntahkan awan panas hingga tujuh kilometer.

"Gunung berapi yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia itu meletus sekitar pukul 12 siang waktu setempat dan aliran lahar sepanjang 1,5 km juga terpantau," tulis tbsnews.net dalam artikel berjudul Indonesia's Merapi volcano erupts, spews hot cloud.

"Merapi setinggi 2.963 meter adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia dan sudah berada di tingkat siaga tertinggi kedua di Indonesia."

Media lain yang juga menyoroti erupsi tersebut adalah Tuscon.com asal Amerika Serikat.

Di artikel bertajuk Indonesia's Merapi volcano erupts, spews hot cloud, media itu menampilkan cuplikan video yang diambil warga lokal saat detik-detik erupsi terjadi.

"Merapi adalah gunung berapi yang paling aktif dari lebih dari 120 gunung berapi aktif di Indonesia. Gunung ini meletus pada Sabtu dan melepaskan campuran batu, lahar, dan gas yang keluar sejauh 7,8 kilometer menuruni lerengnya."

Media Arab Saudi bernama Zawya.com juga ikut menyoroti erupsi tersebut: Warga di komunitas terdekat telah diperingatkan untuk menghentikan aktivitas apa pun di zona bahaya, yang berjarak antara radius tiga hingga tujuh kilometer dari kawah, tulis media ini dalam artikelnya berjudul Indonesia's Merapi volcano erupts, spews hot cloud.

Infografis Rentetan Awan Panas dan Lava Pijar Gunung Merapi. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya