Liputan6.com, Jakarta Belum berubah sejak kemarin, kurs USD masih berada di kisaran Rp 15.400.
Seperti informasi dari laman resmi Bank Indonesia, kurs jual dolar AS (USD) pada Rabu (15/3/2023) berada di Rp 15.456,90 begitu pula kurs beli Rp 15.303,10.
Advertisement
Sementara, kurs jual Poundsterling Inggris hari ini dipatok sebesar Rp 18.797,14 dan kurs beli Rp 18.603,98. Euro hari ini memiliki kurs jual Rp 16.524,97 dengan kurs beli Rp 16.359,01. Belum ada perubahan yang mencolok.
Kurs jual dolar Australia sebesar Rp 10.312,84 dan kurs beli Rp 10.207,17.
Beralih ke negara kawasan ekonomi besar di Asia, kurs jual Yen Jepang hari ini berada di Rp 11. 11.578,20 per 100 Yen dan kurs beli Rp 11.462,14 per 100 Yen. Sementara Kurs jual Yuan China sebesar Rp 2.250,40 diikuti kurs beli Rp 2.227,69.
Kurs jual Won Korea Selatan hari ini Rp 11,79 dengan kurs beli Rp 11,67 per Won dan juga dolar Hong Kong hari ini dengan kurs jual Rp 1.970,29 serta kurs beli sebesar 1.950,66.
Selanjutnya, negara kawasan Asia Tenggara hari ini mulai dari dolar Singapura (SGD) memiliki kurs jual Rp 11.469,95 dan kurs beli Rp 11.354,98 juga Ringgit Malaysia dengan kurs jual Rp 3.448,66 dan kurs beli Rp 3.409,78.
Kurs jual Peso Filipina hari ini berada di Rp 280,78 dan kurs beli Rp 277,68 serta Thailand dengan kurs jualnya Rp 448,81 dan kurs belinya 444,08 per Baht.
Rupiah Menguat Lawan Dolar AS, Efek Inflasi Amerika Serikat Turun
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada awal perdagangan Rabu menguat seiring penurunan inflasi Amerika Serikat (AS).
Rupiah pada Rabu pagi dibuka naik 12 poin atau 0,08 persen ke posisi 15.373 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.385 per dolar AS.
"Rilis data inflasi konsumen AS bulan Februari kemarin yang menunjukkan angka inflasi yang lebih rendah dari sebelumnya menambah ekspektasi pasar bahwa The Fed mungkin tidak akan agresif menaikkan suku bunga acuannya lagi," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Rabu (15/3/2023).
Ariston menuturkan inflasi AS turun menjadi enam persen secara tahunan (year on year/yoy) di Februari 2023.
Inflasi menjadi pertimbangan utama Bank Sentral AS atau The Fed dalam menaikkan suku bunganya sejak tahun lalu. Meskipun angkanya masih jauh dari target dua persen, tapi di tengah krisis perbankan AS saat ini The Fed bisa mengerem laju kenaikan suku bunganya.
Advertisement
Lepas Aset Berisiko
Menurut dia, kebangkrutan dua bank besar AS, Silicon Valley Bank dan Signature Bank, sudah membalikkan ekspektasi suku bunga The Fed yang agresif. Kebangkrutan dua bank besar tersebut disinyalir akibat kebijakan suku bunga tinggi The Fed.
Di sisi lain, sebagian pelaku pasar mengambil sikap keluar dari aset berisiko sambil mengevaluasi perkembangan masalah kebangkrutan tersebut. Hal itu bisa menahan penguatan rupiah yang termasuk aset berisiko.