Ekspor Februari 2023 Turun 4,15 Persen, Tak Sedalam Januari

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor pada Februari 2023 turun 4,15 persen dari Januari 2023.

oleh Arief Rahman H diperbarui 15 Mar 2023, 12:30 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada penurunan tingkat ekspor Indonesia di Februari 2023 sebesar 4,15 persen dari Januari 2023. Secara nilai, besaran ekspor mencapai USD 21,40 miliar. (dok: SI)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor pada Februari 2023 turun 4,15 persen dari Januari 2023. Namun, angka penurunan ekspor ini tidak lebih dalam dari bulan sebelumnya.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan kalau tren penurunan ekspor terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Di awal 2023 ini, penurunan terdalam masih dicatatkan pada ekspor Januari 2023.

"Secara grafis tampak dilihat kita lihat 2021, 2022 dan 2023 nilai ekspor Indonesia kembali melambat di Februari di 2023, tapi tak sedalam bulan sebelumnya," kata dia dalam konferensi pers, Rabu (15/3/2023). 

"Penurunan ekspor total ini tak sedalam terhadap bulan sebelumnya. Pada Januari ekspor turun 6,31 persen terhadap Desember 2022," sambung Habibullah.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada penurunan tingkat ekspor Indonesia di Februari 2023 sebesar 4,15 persen dari Januari 2023. Secara nilai, besaran ekspor mencapai USD 21,40 miliar.

Dia mencatat penurunan ini merupakan tren yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir. Sebut saja Januari 2023 yang kinerja ekspor juga mengalami penurunan.

"Secara month-to-month nilai ekspor Februari 2023 mencapai USD 21,40 miliar dan turun 4,15 persen dari bulan sebelumnya," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (15/3/2023).

Ekspor Migas dan Non Migas

 Jika dirinci, ekspor migas mengalami penurunan sekitar -20,26 persen atau turun dari USD 1,49 miliar ke USD 1,19 miliar.

Kemudian, ekspor non migas juga mengalami penurunan dari USD 20,83 miliar ke USD 20,21 miliar. 

"Pertama untuk nilai ekspor migas yang diwarna kuning itu terjadi penurunan minus 20,26 persen atau turun nilai USD 1,49 miliar menjadi USD 1,19 miliar. Ekspor non migas turun dari USD 20,83 miliar, menjadi 20,21 miliar usd atau turun -3,00 persen," urainya.


Resesi Global Menghantui, Mendag Siapkan Jurus Dongkrak Ekspor

Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan ekspor barang dan jasa kuartal II/2020 kontraksi 11,66 persen secara yoy dibandingkan kuartal II/2019 sebesar -1,73. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Kementerian Perdagangan telah menyiapkan sejumlah strategi hadapi potensi kelesuan ekonomi dan resesi global di 2023. Khusus untuk ekspor, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan akan melakukan penyederhanaan regulasi, dan mencari pasar-pasar ekspor baru.

"Jadi satu ekosistem yang kita sambungkan. Kita akan pertemukan UMKM dengan lokapasar, ritel, modern, dan bank," ujar Zulkifli Hasan saat membuka rapat kerja Kementerian Perdagangan di Lampung, Rabu (1/3/2023).

Zulkifli mengatakan, jika ekosistem yang disiapkan saat ini berjalan baik, maka semua pihak akan mendapat manfaat yang besar. Dan kolaborasi merupakan kunci keberhasilan ekosistem.

Selain penyederhanaan regulasi ekspor dan menambah pasar-pasar ekspor baru, Zulkifli menuturkan pihaknya berkomitmen untuk menyelesaikan perjanjian perdagangan dengan negara-negara mitra.

Dia juga mengatakan, Kemendag tengah mengembangkan ekosistem di dalam negeri untuk membantu meningkatkan kapasitas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Ekosistem ini, ditopang melalui empat pilar yaitu pelaku UMKM, lokapasar untuk mendukung akses digitalisasi, perbankan untuk mendukung akses pembiayaan UMKM, dan ritel modern untuk mendukung akses kemitraan.

 


Transformasi Perdagangan

Meski ekonomi global diprediksi tidak cukup cerah, Zulkifli optimis Indonesia dapat tetap bertahan. Kinerja positif ekonomi Indonesia pada 2022 pun dijadikan acuan untuk tahun 2023.

Rapat Kerja Kemendag tahun 2023 mengambil tema “Transformasi perdagangan mendukung pembangunan ekonomi bernilai tambah dan berkelanjutan”. Rapat Kerja digelar pada Rabu-Kamis, 1-2 Maret 2023. Turut hadir secara virtual, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

“Dalam dua tahun terakhir, perekonomian kita melemah dan banyak fasilitas publik ditutup. Di belahan dunia lain terjadi defisit. Setelah dua tahun ini, perekonomian kita masih tumbuh 5,3 persen pada 2022, bahkan lebih baik dari beberapa negara lainnya seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, Tiongkok, dan Uni Eropa," sebutnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya