Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komoditas nonmigas berkontribusi paling besar dalam kinerja ekspor selama Februari 2023. Termasuk juga impor yang yang didominasi oleh komoditas non migas.
Mengacu data BPS, ekspor non migas menyumbang 94,45 persen dari total ekspor di Februari 2023. Dengan kontribusi terbesar dari Industri Pengolahan sebesar USD 15,52 miliar.
Advertisement
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah menerangkan Selama Januari–Februari 2023, ekspor nonmigas Indonesia menurut sektor industri pengolahan menurun 0,26 persen dibanding 2022 yang disumbang oleh menurunnya ekspor pakaian jadi (konveksi) dari tekstil.
"Ekspor produk pertanian, kehutanan, dan perikanan menurun 1,95 persen yang disebabkan oleh menurunnya ekspor kopi, sedangkan ekspor produk pertambangan dan lainnya naik 58,76 persen yang disumbang oleh meningkatnya ekspor batubara," terangnya dalam konferensi pers, Rabu (15/3/2023).
Mengacu data, ada 5 komoditas yang mengalami peningkatan ekspor terbesar selama Februari 2023 secara bulanan (mtm).
Diantaranya, mesin dan perlengkapan elektronik dan bagiannya (HS 85) senilai USD 141 juta atau tumbuh 10,93 persen. Diikuti dengan produk lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) senilai USD 106,2 juta atau tumbuh 4,50 persen.
Kemudian, Timah dan barang daripadanya (HS 80) senilai USD 46,4 juta atau tumbuh 107,77 persen. Besi dan baja (HS 72) senilai USD 44,6 juta atau tumbuh 2,11 persen. Serta Berbagai produk kimia (HS 38) senilai USD 41,3 juta atau tumbuh 7,45 persen.
Paling Banyak Diimpor
Lebih lanjut, Habibullah mencatat ada 5 komoditas nonmigas yang mengalami peningkatan impor selama Februari 2023. Mulai dari bijih logam hingga kopi, teh dan rempah-rempah.
Rinciannya, Bijih logam, terak, dan abu (HS 26) merupakan golongan barang dengan peningkatan terbesar senilai USD 111,1 juta atau meningkat 249,87 persen.
Diikuti oleh binatang hidup (HS 01) senilai USD 27,9 juta atau meningkat 1.033,95 persen. Lalu susu, mentega, dan telur (HS 04) dengan nilai USD 23,5 juta atau meningkat 21,41 persen.
Selanjutnya, kereta api, trem, dan bagiannya (HS 86) senilai USD 17,5 juta atau meningkat 73,30 persen. Serta kopi, teh, dan rempah-rempah (HS 09) senilai USD 15,9 juta atau meningkat 26,82 persen.
Impor Non Migas Indonesia Paling Banyak dari China
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor nonmigas Indonesia paling banyak masih disuplai oleh China. Angkanya mencapai USD 4,04 miliar atau setara 29,89 pangsa pasar impor.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah menerangkan, China jadi salah satu dari 3 negara dengan penyumbang impor terbesar. Negara lainnya adalah Jepang dan Thailand.
Kendati begitu, melihat angka yang ditampilkan dalam data BPS, perbedaan antara impor dari China dan Jepang memiliki selisih hampir USD 2,6 miliar atau sekitar 19 persen pangsa pasar.
"3 negara pangsa impor non migas terbesar Tiongkok, Thailand, dan Jepang," katanya dalam konferensi pers, Rabu (15/3/2023).
"Untuk Tiongkok sebesar USD 4,04 miliar, dengan pangsa pasar 29,89 persen. Negara Jepang dengan nilai USD 1,41 miliar dengan pangsa pasar 10,41 persen, Thailand dengan USD 0,90 miliar dengan pangsa pasar 6,65 persen," paparnya.
Kemudian, diikuti dengan Korea Selatan dengan nilai USD 780 juta atau 5,74 persen pangsa pasar. Australia dengan nilai USD 620 juta atau 4,60 persen pangsa pasar.
Lalu, Singapura dengan nilai USD 600 juta atau 4,41 persen pangsa pasar. Amerika Serikat dengan nilai USD 580 juta atau 4,32 persen pangsa pasar.
Selanjutnya, India dengan nilai USD 530 juta atau 3,93 persen pangsa pasar. Malaysia dengan nilai USD 460 juta atau 3,37 persen pangsa pasar. Sertaz Taiwan dengan nilai USD 280 juta atau 2,08 persen pangsa pasar.
Advertisement
Ekspor Non Migas
Diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor non migas dari Indonesia masih paling banyak menyasar ke China dengan nilai USD 5,04 miliar pada periode Februari 2023. Kendati pada periode yang sama, ada penurunan yang cukup besar terhadap ekspor non migas ke China.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Habibullah mengatakan China masih memegang pangsa pasar ekspor non migas Indonesia dengan 24,93 persen. Diikuti oleh Amerika Serikat, Jepang, India, dan Malaysia.
"3 negara pangsa ekspor non migas terbesar itu Tiongkok, Amerika Serikat dan Jepang," kata dia dalam konferensi pers, Rabu (15/3/2023).
"Tiongkok sebesar USD 5,04 miliar dengan pangsa sebesar 24,93 persen. Untuk Amerika Serikat dengan nilai USD 1,91 miliar dengan pangsa pasar 9,46 persen. Jepang USD 1,74 miliar dengan pangsa 8,60 persen," sambung Habibullah.
Mengacu data yang ditampilkannya, India juga turut jadi tujuan ekspor Indonesia dengan nilai USD 1,61 miliar atau pangsa pasar 7,98 persen. Kemudian Malaysia dengan USD 910 juta dengan pangsa pasar 4,51 persen.
Selanjutnya, ada Singapura dengan nilai USD 810 juta atau 4,02 persen pangsa pasar. Korea Selatan dengan USD 710 juta atau 3,52 persen pangsa pasar.
Lalu, Thailand dengan nilai USD 560 juta atau 2,75 persen pangsa pasar. Taiwan dengan nilai USD 540 juta atau 2,66 persen pangsa pasar. Serta, Belanda dengan USD 310 juta atau 1,53 persen pangsa pasar.