Liputan6.com, Jakarta - Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) memutuskan memberikan dividen sebesar 40 persen dari laba bersih atau Rp 7,32 triliun.
Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar menuturkan, pihaknya membagikan dividen sebesar 40 persen dari laba bersih. Angka tersebut meningkat 2,69 kali lipat dari total dividen tahun buku 2021 senilai Rp 2,72 triliun.
Advertisement
"Dengan demikian nilai dividen per lembar saham kali ini ditetapkan Rp 392,78 atau lebih tinggi dibanding tahun lalu sebesar Rp 146," kata Royke dalam konferensi pers virtual, Rabu (15/3/2023).
Sementara itu, dengan memperhitungkan komposisi saham milik Pemerintah yang sebesar 60 persen, maka perseroan akan menyetorkan dividen senilai Rp4,39 triliun ke rekening kas umum negara.
"Atas kepemilikan 40 persen saham publik senilai Rp 2,92 triliun akan diberikan kepada pemegang saham sesuai dengan porsi kepemilikannya masing-masing," kata dia.
Sedangkan sebesar 60 persen dari laba bersih perseroan atau senilai Rp10,98 triliun akan digunakan sebagai saldo laba ditahan untuk pengembangan usaha berkelanjutan BNI ke depan.
Perseroan tetap optimistis dapat membukukan pertumbuhan kinerja positif seiring dengan agenda transformasi yang masih berjalan pada 2023.
Dia bilang, kenaikan rasio pembayaran dividen menjadi 40 persen pada tahun ini dilakukan seiring dengan kinerja keuangan perseroan yang terus membaik dengan capaian laba Rp18,3 triliun pada 2022.
BNI juga mampu mengelola rasio kecukupan permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) pada level yang sehat mencapai 19,3 persen pada Desember 2022, sehingga kami memiliki kapasitas untuk membagi dividen dengan rasio dan nilai yang lebih besar.
BNI Optimistis Pertumbuhan Kinerja 2023
Dengan meningkatnya nilai dividen per lembar saham tahun ini menjadi Rp 392,78, diharapkan dapat memberikan dividen yield yang optimal kepada share holder.
Royke menuturkan perseroan optimistis dalam meningkatkan kinerja secara berkelanjutan. Secara umum, 2023 diprediksi sebagai tahun yang penuh tantangan dengan masih berlanjutnya isu geopolitik, perlambatan ekonomi dan tekanan inflasi secara global. Inflasi pun diperkirakan melandai ke 3,8 persen setelah meredanya dampak kenaikan harga BBM ke inflasi konsumen. Stabilnya ekonomi domestik ini tentunya akan menjadi katalis pertumbuhan bisnis yang sehat bagi perbankan.
"Dengan mempertimbangkan prospek dan potensi bisnis serta kondisi makro ekonomi, perseroan tetap optimis pertumbuhan kinerja akan positif seiring dengan agenda transformasi yang masih berjalan di 2023,” imbuhnya.
Advertisement
BNI Siapkan Rp 905 Miliar untuk Buyback Saham, Ini Alasannya
Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) bakal menggelar aksi korporasi pembelian kembali (buyback) saham perseroan dengan dana Rp 905 miliar atau 10 persen dari total modal disetor.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (11/3/2023), Manajemen BNI menjelaskan, rencana buyback disiapkan Perseroan dengan tujuan untuk mengimbangi tekanan jual di pasar saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang berfluktuasi.
BACA JUGA:IPO, Trimegah Bangun Persada Milik Grup Harita Incar Dana Segar hingga Rp 15,11 Triliun
Selain itu, buyback saham digelar untuk memberikan keyakinan kepada investor bahwa perseroan memandang harga saham saat ini tidak mencerminkan fundamental perseroan yang terus membaik.
Valuasi saham perseroan (Price to Book Value) per 8 Maret 2023 sebesar 1,22 kali, berada di bawah rata-rata 10 tahun yang sebesar 1,40 kali. Kondisi ini mengindikasikan saham perseroan saat ini masih undervalued.
Aksi korporasi tersebut bakal digelar usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Lantaran, aksi buyback saham ini perlu memperhatikan pasal 2 ayat (3) POJK 30/2017 yang mengatur bahwa pembelian kembali saham wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan RUPS serta pasal 17 dan pasal 18 POJK 30/2017 yang mengatur terkait pengalihan saham hasil pembelian kembali.
Sementara itu, perseroan telah melakukan Pemanggilan RUPS Tahunan Tahun Buku 2022 perseroan. RUPS Tahunan Tahun Buku 2022 Perseroan (RUPST) akan diselenggarakan pada 15 Maret 2023.
Kemudian, mata acara Kelima RUPST adalah persetujuan atas rencana pembelian kembali saham (buyback) perseroan dan pengalihan saham hasil buyback yang disimpan sebagai saham treasuri (treasury stock).
BNI Pede Kredit Tetap Tumbuh Tinggi pada 2023, Ini Penyebabnya
Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) optimistis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023. Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar menyampaikan pertumbuhan kredit pada 2023 masih akan tetap sejalan dengan pertumbuhan industri. Kondisi ekonomi di dalam negeri memiliki rapor positif dan telah sejalan dengan arah kebijakan pemerintah untuk terus mengupayakan pertumbuhan tetap positif.
Terlebih, sentimen 2023 cukup baik seiring dengan terkendalinya pandemi dan Bank Indonesia (BI) juga memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi di 2023 masih akan positif di kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen. "Kami di BNI cukup yakin dan optimistis bahwa ekonomi tahun ini akan tetap baik, walaupun memang masih ada beberapa tekanan yang perlu dihadapi terutama dari global" ujar Royke dalam keterangan resmi, Selasa (7/3/2023).
Menurut Royke, koreksi harga di sektor komoditas dan melandainya harga minyak dinilai dapat membantu dalam mengendalikan inflasi.
Advertisement
Pembiayaan Hilirisasi
Selain itu, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter juga dapat mengendalikan suku bunga dan menjaga nilai tukar rupiah, sehingga kondisi ekonomi dapat tetap stabil. Dia juga menekankan, penurunan harga komoditas dapat membuka peluang bagi sektor perbankan untuk meningkatkan pembiayaan.
"Ketika komoditas turun, mereka yang dulu belum memerlukan kredit, sekarang akan membutuhkan kredit. Dulu waktu economic boom mereka pakai uang sendiri, sekarang pasti mereka butuh kredit untuk ekspansi, untuk capital expenditure, dan lain-lain. Hal ini akan sangat berpengaruh positif untuk bank," kata Royke.
Pembiayaan Hilirisasi
Di sisi lain, Royke juga menyambut baik upaya hilirisasi yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurut dia, hal ini akan menjadi peluang bagi BNI untuk membiayai hilirisasi dan memperkuat sektor ekonomi dalam negeri. "Memang BNI banyak fokus di ekspor impor, ke depan kami masih optimistis dengan program hilirisasi ini, pertumbuhan ekspor memang luar biasa terutama di nikel dan besi," imbuh dia.