Liputan6.com, Jakarta - Pengasuh LPD Al Bahjah Cirebon KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya menerangkan, pada hari kiamat tepatnya di Padang Mahsyar Nabi Muhammad SAW menyeru semua umatnya. Setelah itu, nabi bersama umatnya ke tempat khusus untuk minum di telaga nabi.
“Kemudian rombongan ini dipanggil, ‘Mana umatku’. Semuanya datang dan umat nabi sesungguhnya secara otomatis akan mendengar seruan tersebut,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Rabu (15/3/2023).
Buya Yahya menuturkan, Nabi Muhammad SAW di Padang Mahsyar sangat terlihat. Meskipun demikian, tidak semua orang bisa mendekat kepada nabi.
Baca Juga
Advertisement
“Nabi mencari, “Mana umatku?’ Allah memberikan kekuasaan dan kemampuan kepada Nabi Muhammad untuk menjangkau semua umatnya,” terangnya.
Setelah semua umatnya dijangkau, nabi berjalan menuju surga bersama umatnya. Namun, ada orang yang akan tertinggal dari rombongan tersebut. Lalu mereka menyeru, “Ya Rasulullah kami umatmu yang tertinggal. Kami umatmu, tunggu kami ya Rasulullah.”
Nabi mendengar seruan itu, kemudian berhenti dan menoleh untuk mencari seruan itu. Nabi menoleh ke sana kemari, “Mana umatku?”
Mereka mengatakan, “Kami ya Rasulullah. Kami adalah umatmu.”
Nabi memandang mereka dan mencari mereka. “Mana? Apa bukti yang bisa engkau berikan bahwa kau adalah umatku?”
Buya Yahya menjelaskan, golongan yang tertinggal itu menceritakan bahwa mereka pernah menghadiri pengajian Islami tentang Rasulullah SAW. Mereka berharap bisa menjadi umat nabi sesungguhnya.
“Akan tetapi, nabi bergeleng. ‘Tidak, aku tidak bisa mengenalmu saat ini karena kau tidak pernah kenal aku di dunia dengan hatimu.’ Lalu ditinggal oleh Nabi Muhammad SAW, sehingga orang yang dulu di dunia mengaku umat Nabi Muhammad saat itu gigit jari, memakan tangan mereka sampai habis tumbuh lagi, makan lagi tumbuh lagi, sampai kecebur ke neraka jahannam,” tutur Buya Yahya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Masih Ada Waktu
Ulama kharismatik ini mengingatkan, selama masih diberikan kesempatan hidup di dunia dan belum di Padang Mahsyar, masih bisa mengejar untuk bisa mengenal, mencintai, dan meneladani Rasulullah SAW agar menjadi umatnya.
“Saat ini masih mungkin kita mengejar Rasulullah yaitu dengan menanam kecintaan yang sesungguhnya. Jangan sampai mau tertinggal dari rombongan mulia baginda Nabi Muhammad SAW. Segala keindahan adalah bersama Rasulullah SAW, bersama rombongan nabi dan nabi menunggu umatnya untuk menyeberang shirotol mustaqim untuk masuk surga. Tidak ingin satu umat pun yang tertinggal. Nabi menginginkan seperti itu,” imbuhnya.
“Tapi orang yang di dunia hanya mengaku cinta bahkan ada yang menjual nabi, maka dialah yang berkhianat kepada nabi biarpun dia mengakui cinta Rasulullah, tapi nabi tidak akan kenal dengan orang tersebut,” tambah Buya Yahya.
Advertisement