Liputan6.com, Seoul - Korea Utara meluncurkan rudal balistik jarak jauh atau rudal balistik antarbenua (ICBM) pada Kamis (16/3/2023) pagi. Peristiwa tersebut dikonfirmasi para pejabat Jepang dan Korea Selatan.
Kepala staf gabungan Korea Selatan (JSC) mengungkapkan bahwa setidaknya satu rudal balistik tidak dikenal ditembakkan ke perairan timur Semenanjung Korea sekitar pukul 07.10 waktu setempat.
Advertisement
Rudal balistik antarbenua Korea Utara dilaporkan menempuh jarak sekitar 1.000km dan kemungkinan mencapai ketinggian lebih dari 6.000km sebelum jatuh di perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang.
"Militer Korea Selatan mempertahankan postur kesiapan penuh sambil bekerja sama erat dengan Amerika Serikat (AS)," ungkap JCS seperti dilansir CNN.
Kementerian Pertahanan Jepang memperkirakan bahwa rudal jatuh di luar Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Jepang, sekitar 550km di sebelah timur Semenanjung Korea.
Korea Utara terakhir menguji rudal balistik antarbenua pada 18 Februari 2023 dan yang terbaru merupakan peluncuran ICBM keempat dalam waktu kurang dari satu tahun. Sebelumnya, pada Minggu (12/3), Korea Utara menembakkan dua rudal jelajah strategis dari kapal selam dan pada Selasa (14/3), Pyongyang melakukan uji coba rudal balistik jarak pendek.
Bertepatan dengan Latihan Militer Gabungan AS-Korea Selatan
Uji coba pada Kamis pagi berlangsung di tengah latihan militer bersama antara AS dan Korea Selatan, Freedom Shield, yang digelar selama 11 hari.
Selain itu, peluncuran rudal juga terjadi jelang pertemuan pemimpin Jepang dan Korea Selatan di Tokyo. Itu merupakan tatap muka perdana antara pemimpin kedua negara dalam 12 tahun terakhir dan dinilai sebagai tonggak penting dalam pengembangan hubungan bilateral.
Kedua sekutu AS di Asia Timur itu memiliki sejarah hubungan yang panjang, yang berasal dari pendudukan kolonial Jepang di Semenanjung Korea seabad yang lalu.
Korea Selatan dan Jepang menormalisasi hubungan pada tahun 1965, tetapi perselisihan historis yang belum terselesaikan tetap memburuk. Di lain sisi, ketidakharmonisan hubungan keduanya memicu kekhawatiran AS yang perlu menghadirkan front untuk melawan Korea Utara dan China.
"Ada peningkatan kebutuhan bagi Korea Selatan dan Jepang untuk bekerja sama," ujar Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol sebelum bertolak ke Tokyo, mengutip meningkatnya ancaman nuklir dan rudal Korea Utara serta gangguan rantai pasokan global. "Kita tidak bisa membuang waktu dengan membiarkan hubungan Korea Selatan-Jepang yang tegang."
Baca Juga
Korea Utara Tembakkan 2 Rudal Balistik Jarak Pendek, Korea Selatan Siaga Tinggi di Bawah Koordinasi AS
Korea Utara Belum Bayar Utang Pemesanan 1.000 Volvo ke Swedia Sejak Tahun 1974, Rutin Ditagih tapi Tak Digubris
Jelang Latihan Militer AS-Korea Selatan, Korea Utara Tembakkan 2 Rudal Jelajah Strategis dari Kapal Selam
Advertisement