19 Maret 2016: Bom Bunuh Diri Hantam Area Perbelanjaan Istanbul Turki, 5 Orang Tewas

Pada 19 Maret 2016, area perbelanjaan di Istanbul dihantam bom bunuh diri yang mematikan. Lima orang tewas dan 36 lainnya terluka.

oleh Alycia Catelyn diperbarui 19 Mar 2023, 06:00 WIB
Polisi Turki, forensik, dan layanan darurat bekerja di lokasi ledakan. (AFP)

Liputan6.com, Istanbul - Area perbelanjaan di Istanbul, Turki dihantam serangan bom pada 19 Maret 2016. Kejadian itu menewaskan lima orang, termasuk seorang pelaku bom bunuh diri, dan 36 lainnya terluka. 

Ledakan itu terjadi di dekat kantor gubernur distrik setempat di Jalan Istiklal, sebuah area pejalan kaki yang dipenuhi toko dan restoran internasional.

Menteri Kesehatan Turki Mehmet Müezzinoğlu mengatakan bahwa 12 dari 36 orang yang terluka adalah orang asing, yang terdiri dari: enam orang Israel, dua orang Irlandia, empat dari Jerman, Islandia, Iran dan Dubai. Sementara dua orang Israel dengan kewarganegaraan ganda Amerika Serikat (AS) dan seorang WN Iran juga tewas dalam ledakan.

Melansir dari The Guardian, Kamis (16/3/2023), bom meledak lebih awal dari yang pelaku inginkan dan diketahui bahwa tersangka ingin mencapai target yang berbeda.

Pasca-ledakan, polisi menutup tempat kejadian perkara dan helikopter berputar-putar di atas saat pasukan keamanan menyelidiki daerah itu. Beberapa ambulans juga bergegas ke tempat kejadian.

Seorang saksi mengatakan bahwa ia mendengar ledakan keras dan melihat beberapa orang terluka tergeletak di tanah sebelum ia lari dari tempat kejadian. Badan penyiaran Turki, RTÜK, telah mengeluarkan larangan siaran.

Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoğlu mengecam serangan itu sebagai "tidak manusiawi" dan mengatakan Turki akan melanjutkan perjuangannya melawan terorisme.


Reaksi dari Serangan Bom di Istanbul

Ilustrasi bendera Turki. (Pixabay)

Usai kejadian bom itu, Israel mengirim dua pesawat ke Turki untuk membawa pulang warganya yang terluka. Direktur-Jenderal Kementerian Luar Negeri Israel, Dore Gold, membatalkan perjalanan ke AS untuk melakukan perjalanan ke Istanbul pada Minggu, 20 Maret 2016.

Ned Price selaku juru bicara dewan keamanan nasional Gedung Putih mengatakan, "Kami berhubungan dekat dengan otoritas Turki dan menegaskan kembali komitmen kami untuk bekerja sama dengan Turki untuk menghadapi kejahatan terorisme. Turki sekali lagi mengalami serangan teroris yang mengerikan dan kami tetap teguh mendukung sekutu dan mitra NATO kami. Tindakan terorisme berulang kali di Turki ini harus diakhiri."

Menteri Perdagangan dan Luar Negeri Irlandia Charlie Flanagan turut merespons tragedi serangan bom itu, "Saya sangat sedih dengan serangan bom mengerikan hari ini di Istanbul tengah. Saya telah berbicara dengan duta besar Brendan Ward di Turki dan dapat memastikan bahwa kami mengetahui sejumlah warga Irlandia di antara yang terluka. Seorang pejabat kedutaan berada di Istanbul untuk memberikan bantuan konsuler."

Sementara Sekretariat Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyatakan serangan itu adalah "satu lagi kemarahan teroris yang menargetkan warga sipil tak berdosa dan sekutu kami Turki."


Bukan yang Pertama di Turki

Kendaraan polisi berpatroli di depan Hagia Sophia di Istanbul pada 11 Juli 2020. Pemerintah Turki memutuskan untuk mengembalikan status Hagia Sophia menjadi masjid setelah difungsikan sebagai museum. (AFP/Ozan KOSE)

Sebelum kejadian pada Sabtu, 19 Maret 2016 itu, Jerman menutup kedutaannya di ibu kota Turki, Ankara dan konsulat jenderalnya di Istanbul pada Kamis. Sebab, mereka merasa ada "kemungkinan serangan yang akan segera terjadi".

Sekolah Jerman dan Goethe Institute di Istanbul, keduanya berada di kawasan Taksim, juga telah ditutup. Pada Jumat, gubernur Istanbul menuduh misi diplomatik Jerman menciptakan kepanikan dan bereaksi sebelum waktunya terhadap "informasi yang belum dikonfirmasi".

Turki berada dalam siaga tinggi setelah mengalami serangkaian serangan teroris mematikan di wilayahnya. Lebih dari 200 orang tewas dalam lima pemboman besar sejak Juli 2015. Pembom bunuh diri minggu lalu juga terjadi, menewaskan 37 orang di sebuah halte bus di Ankara. The militant Kurdistan freedom falcons atau militan elang kebebasan Kurdistan (TAK) mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Kelompok itu, sebuah cabang dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang, mengatakan bahwa pengeboman itu adalah pembalasan atas operasi keamanan yang sedang berlangsung di wilayah tenggara yang didominasi Kurdi dan mengancam bahwa serangan akan berlanjut. TAK mengaku bertanggung jawab atas bom mobil bunuh diri terpisah di Ankara bulan lalu yang menewaskan 29 orang.


Bom Bunuh Diri Tewaskan Gubernur Taliban Afghanistan, ISIS Klaim Bertanggung Jawab

Ilustrasi bom. (Unsplash/Zeferli)

Pada kabar lain: tidak lama ini, gubernur Taliban di Provinsi Balkh, Afghanistan, Mohammad Dawood Muzammil tewas dalam bom bunuh diri yang diklaim dilakukan kelompok ISIS. Muzammil tewas di kantornya di ibu kota provinsi, Mazar-e Sharif, pada Kamis (9/3/2023).

Ia adalah pejabat Taliban paling senior yang terbunuh sejak kelompok itu kembali berkuasa pada 2021. Sejak itu, tokoh-tokoh pro-Taliban telah menjadi sasaran ISIS.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan via media sosial Twitter bahwa Muzammil mati syahid dalam ledakan oleh musuh-musuh Islam.

Muzammil telah memimpin perang melawan ISIS dalam jabatan sebelumnya sebagai gubernur Provinsi Nangarhar. Ia dipindahkan ke Balkh pada Oktober lalu.

Juru bicara kepolisian Balkh Mohammed Asif Waziri mengonfirmasi bahwa bom bunuh diri terjadi pada Kamis pagi di lantai dua kantor gubernur.

"Ada ledakan. Saya jatuh ke tanah," kata Khairuddin, salah seorang korban terluka akibat ledakan itu kepada AFP, seperti dilansir BBC, Jumat (10/3/2023).

Baca selebihnya di sini...

Infografis Gempa Dahsyat dan Mematikan di Turki. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya